15

11 3 0
                                    

"capek juga ya" ucapnya pada rendy yang duduk disebelahnya.

kini syeila dan rendy telah duduk berdua dikantin. karna aryo,vano,dan bela masih belum selesai berganti pakaian.

"ngeluh aja terus" bantah cowok itu

"ih kan gue jujur. emang capek kok" kesalnya

"iya iya, kan gue becanda putri kecil" rendy mencoba menenangkan syeila

"udah lo pesen makan gih, laper" rengeknya

"hmmm, habis marah marah tiba tiba manja kek anak kecil" paparnya yang kemudian langsung berdiri dari kursi kantin itu.

"mau makan apa?" tanya cowok itu

"bakso sama es teh aja satu"jelas syeila padanya

"siap komandan" sambil tanganya diatas alisnya gaya hormat seperti biasanya. lalu melangkah pergi menuju penjual bakso langgananya.

saat ini pikiran syeila benar benar dipenuhi oleh cowok yang tidak masuk pagi ini, kalau telat pun tidak mungkin, masa sampai 3 jam pelajaran belum kelihatan batang hidungnya, begitulah pikirnya.

tapi, saat syeila kemarin bertemunya dia masih biasa biasa saja, tidak memiliki tanda tanda orang sakit pada umumnya seperti wajah pucat, lemas, atau flu dan batuk batuk. bahkan kemarin dia terlihat sehat seperti biasanya.

atau jangan jangan, gara gara terkena hujan saat memayunginya? masa hanya terkena beberapa tetesan air dari atas sana mampu membuatnya langsung meriang?

arghhh... syeila kesal dengan pikiranya yang tak kunjung berhenti memikirkan alex.

"woy ngelamun aja lo" senggol orang itu seraya duduk di bangku sebelahnya

"ngagetin lo anjay" ucapkan yang memang terkejot oleh kedatangan orang itu

"hehe maap" dia hanya menyengir seperti biasanya

"btw, mana si rendy sama antek anteknya?" tambahnya bertanya

syeila tak menjawab namun wajahnya menunjuk pada arah penjual bakso yang terdapat rendy diantara antrian itu.

bela yang hanya mengangguk tanda mengerti apa yang dimaksud syeila.

"duh, mana dateng lagi tu curut" kesalnya melihat vano yang datang menuju meja mereka

"biasa aja kali bel" goda syeila padanya sambil menyenggol lengan bela

"gerah juga ya" ucap cowo itu yang tiba tiba duduk, dia adalah vano

"karna lo dari pagi gak mandi. ih jorok" ucapnya dengan gaya jijik pada vano

"kan lo gak mau mandiin" vano bertingkah manja saat itu

"semerdeka lo deh" bela yang kesal hanya menjawab dengan singkat.
"hahaha" sontak aryo, syeila, dan vano tertawa lepas melihatnya.

tak lama syeila melihat sicowo yang ia tunggu itu datang membawa dua mangkok bakso dan dua gelas es teh diatas nampan berwarna hijau itu.

"pesanan datang" ucapnya seraya menaroh mangkok dan gelasnya tepat dideoan dia dan syeila

"loh loh loh, kok cuma dua?" tanya aryo pada rendy yang hanya membawa 2 pesanan saja

"ya mesen lah, enak aja mau dipesenin" rendy sambil mengaduk minumanya.

"sama bawain nih nampan ya, makasih" tambah cowok itu
terlihat wajah kesal aryo yang segera bergegas berdiri dan hendak memesan makananya.

"eeh, tunggu. gue pesenin juga ya" ucap vano

"gue juga, samain aja deh kek punya lo, makasih aryo" tambah bela dengan wajah yang ia manis manisnya.

"hmm" singkat aryo yang pergi membawa nampan itu. memang nampaknya aryo sangat kesal, dia capek dan sangat lapar tentunya. namun saat melihat rendy malah hanya membawa 2 pesanan saja.

disamping menunggu kedatangan aryo memesan makanan, keadaan memang sempat hening. vano dan bela yang fokus pada ponsel mereka, sedangkan rendy dan syeila yang fokus pada acara makanya.

"eh guys" bela memecah keheningan disana.

"hmm" sekilas rendy menjawabnya

"kalian tau gak, si alex gak masuk kenapa?"

uhuuukkk...

tiba tiba syeika tersedak mendengar pertanyaan yang dilontarkan bela saat itu.

"isi pikiran bela keknya emang mirip kek punya gue deh" batin syeila sambil masih memakan baksonya.

"nih minum, makanya hati hati. gitu aja keselek" rendy segera menyodorkan gelas milik syeila pertanda menyuruhnya untuk minum

"sakit" vano yang masih menatap lurus pada ponselnya

"ha? sakit?" itulah yang terlintar dari mulut beladan syeila secara bersamaan.

kedua cowok didepanya hanya menatap bingung pada dua cewek didepanya yang mengucapkan bertanyaan secara bersamaan seperti telah direncanakan

"iya, tadi mamahnya alex yang ngomong sendiri ke gue pas waktu gue nyamperin aryo kerumahnya" jelas vano
" iya kan yo" tambahnya lagi saat aryo telah kembali ke meja itu lagi.

"hmm" hanya mendapat jawaban itu dari aryo.

"kok bisa mamanya alex ngomong sama lo pas waktu nyamperin aryo?" tanya syeila seperti orang yang kawatir.

vano menghela nafas sebentar "yakan rumah si alex depan rumahnya aryo"

"ohhh" syeila yang berusaha membuat ekspresinya biasa saja.

"lo kok keliatan kawatir banget si sel?" tanya bela menatap lekat sahabatnya itu.

"enggak, ngapain juga kawatir" elak syeila berpura pura.

"tapi kok..." ucapan bela belum selesai

"diem gue mau makan" wajah syeila yang tiba tiba berubah setelah menyelat perkataan bela.

sambil memgunyah makananya itu, terlintas di pikiran syeila tentang laki laki itu. alex..

apakah alex benar benar sakit? padahal kemarin dia masih terlihat biasa biasa saja. tidak ada tanda tanda wajah pucat, atau mata merah sekalipun.

bahkan, dia terlihat seperti biasanya, seperti orang pada normalnya.

apakah dia sakit akibat kemarin? setalh ia memayungkan jaketnya untuk syeila? tapi apakah bisa jika baru setetes air dia langsung bisa meriang?.

itulah yang selalu di benak syeila, memikirkan alex yang kini tidak ada hentinya selalu saja memenuhi pikiranya.

"nanti kalo misal dia 2 hari kedepan gak masuk kita jenguk kerumah deh" ucap rendy

"setuju!!!" vano,aryo,dan bela menjawab serentak.

kecuali syeila yang masih diam dan menatap kosong sekitarnya. wajahnya seketika berubah semenjak tau, bahwa orang yang sedang ia pikirkan iru terbaring sakit hingga tidak bisa mengikuti kelas.

yuhuu... kesian ya alex sakit:(

pokoknya jangan bosen ya bagi kalian yang baca hehe

kasih vote kalian dibawah ya👇. makasih

Memorie & RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang