note: jangan membaca cerita ini di waktu-waktu sholat"Aku telah mengupayakannya.
Aku telah berusaha untuk tidak menjadi pusat perhatian.
Sungguh, aku benar-benar telah mengupayakannya."
(Syanum Wardatul Arsy)Selamat membaca
🌸🌸🌸
Pagi ini Syanum kembali diantar oleh Azzam. Entah kenapa keduanya tampak tak banyak berinteraksi seperti biasanya. Semenjak hari itu Syanum lebih sering mendiamkan abang semata wayangnya itu.
“Dek?” panggil Azzam saat mobil yang mereka kendarai tengah melaju membelah jalan kota itu. Tapi tak ada sahutan dari lawan bicaranya itu.
“Syan! abang ada salah sama kamu?” Kembali Azzam bersuara.
“Gak kok” Akhirnya syanum buka suara tapi bukan jawaban seperti itu yang ingin didengar Azzam.
“Terus kenapa ngediemin abang?” tanyanya lagi penuh selidik.
“Gak kenapa-kenapa. Lagi males ngomong aja,” jawabnya cuek.
“Kalau abang ada salah, abang minta maaf, ya” Akhirnya Azzam menyerah saat adiknya masih saja tak mau berbagi cerita dengannya dan mobil itu akhirnya mendarat sempurna di depan gerbang sekolah Syanum.
“Syan berangkat. Assalamualaikum,” ucapnya singkat sambil menyalami abangnya dan langsung melenggang keluar mobil.
Dengan tatapan nanar Azzam memperhatikan adiknya itu. Dia merasa adiknya telah banyak berubah. Pikiran negatif pun melai menyelimuti pikirannya. Tapi melihat sikap adiknya yang masih acuh itu membuatnya mencoba menahan diri dan melangkah.
Tanpa piker panjang Azzam langsung menginjak pedal mobil itu dan kembali melaju menuju kantornya.
Setelah turun dari mobil tadi rasa bersalah kembali menyeruak di relung hati Syanum. Ia merasa bersalah karena telah bersikap acuh kepada abangnya itu. Tapi egonya kali ini berhasil menguasainya. Kata-kata yang sebenarnya bertujuan menasehati seakan terdengar sebagai ancama dan larang yang keluar dari mulut abangnya itu. Dengan langkah gontainya Syan menyusuri koridor itu kembali.
“Eh, dia gak sih yang naksir Rifai?” Sayup-sayup suara yang membuatnya risih itu sampai di pendengarannya. Pandangan kakak-kakak kelasnya itu juga membuatnya risih. Dengan langkah yang dipercepat dan kepala yang tertunduk Syanum berusaha menghindari tatapan itu.
“Syan beneran Lo naksir Kak Rifai?” Baru saja ia sampai di ambang pintu kelas itu dia langsung dihujani pertanyaan dan tatapan penasaran dari teman sekelasnya itu. Dia hanya diam dan melangkah menuju kursi miliknya.
“Yah, dikacangin gua,” celutuk Reza kembali.
“Santai aja kali Syan. Suka sama lawan jenis normal kali,” tambah Yuda dan di iyakan teman-temannya.
Mendengarkan hal itu Syanum mencoba mengangkat kepalanya lagi dan tersenyum walau itu terlihat jelas dipaksakannya.
Hari ini rasanya hari paling buruk yang pernah Syanum jalani semenjak menjadi siswi SMA. Hari ini Syifa tak masuk sekolah karena sakit. Hal itu memaksa Syanum hanya berdiam diri di kelas. Banyak temannya yang lain mengajaknya untuk ke kantin tapi dia menolak, Mood-nya benar-benar hancur hari ini. Saat Syanum hendak pergi ke kamar mandi dan melangkah keluar kelas, seseorang yang ia hindari satu harian ini muncul tepat di ambang pintu itu.
“Syanum, 'kan?” tanyanya datar.
“Hm, iya, Kak,” jawab syamun gugup.
“Temuin saya di taman belakang sekolah setelah bel pulang,” balasnya lalu pergi begitu saja dengan wajah yang masih datar.
Karena kejadian beberapa jam tadi berhasil membuat Syanum semakin tidak focus di kelas. Akhirnya setelah waktu yang panjang menurutnya bel panjang menandakan jam pulang itu berbunyi nyaring. Setelah keluar kelas, Syanum bergegas menuju taman itu. Dan di sana dia sudah mendapati sosok yang membuat janji itu.
“Maaf, Kak, saya telat,” ucap Syanum membuka suara.
“Iya gak papa. Langsung aja. Kamu suka sama saya?” Mendengar pertanyaan itu membuat Syanum semakin gugup. Bagaimana bisa rasa yang ia simpan rapat-rapat bisa di ketahui orang banyak.
“Jawab aja, saya gak akan marah,” pungkas laki-laki itu kembali.
“Maaf Kak karna saya udah lancang menyukai Kakak,” jawab Syanum tertunduk dia tak tau lagi bagaimana harus mengelak dari semua ini.
Yerlihat laki-laki itu tersenyum miring menatap Syanum. Entah apa yang iya pikirkan setelah mendengar pengakuan Syanum itu.
“Ck. Santai aja, gak usah kaya gitu juga. Saya gak makan orang. Suka ya itu biasa menurut saya tapi jangan terlalu sering memperhatikan saya diam-diam, itu membuat semua orang bisa mengetahui perasaanmu,” Mendengar penuturan itu membuat Syanum sedikit lega dan anehnya hatinya seakan kembali bersorak merdeka mendengar kata-kata itu meski malu telah menyeruak di dalam dirinya.
Setelah menjalankan hari yang sangat melelahkan akhirnya Syanum bisa sedikit bernapas lega. Ya, walau rasa itu pada akhirnya terungkap.
🌸🌸
Alhamdulillah part ini terselesaikan juga. gimana dengan part ini? udah mulai masuk dengan ceritanya?
maafkan cerita Author kalau masih monoton ya. isnyaallah part-part menegangkan dan menguras emosi bakalan hadir 🤗😍😍
jangan lupa vott,koman dan follow akun Author ya.🤗🤗
sampai jumpa minggu depan👋👋salam Author IDSM
pebni sonia (wafiq hawa)
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam dari Sepertiga Malam
Spiritual[Bila Berkenan Follow Dulu Ya Sebelum Membaca] Romance-Spiritual . . Gadis berparas ayu dengan senyum yang selalu merekah bak matahari, ya dia adalah syanum wardatul arsy. gadis yang memiliki kisah cinta dalam diam di masa Smanya. terungkapnya rasa...