Kembali Kepada Sang Pencipta (2)

340 16 1
                                    

"Pagi, Den," jawab Bi Dijah dengan ramah kepada tuannya.

"Syanum mana, Bi?" Akhirnya Hafiz bertanya sebab tak kunjung menemukan Syanum.

"Oh itu, Neng Syanum udah berangkat ke butik, Den. Katanya hari ini ada pengunjung penting. Jadi harus berangkat pagi-pagi," ucap Bi Dijah menjelaskan keberadaan Syanum.

Hafiz yang mendengarkan itu hanya menganggu mengiiyakan. Tak ada sedikit pun raut khawatir atau pun bersalah dari wajahnya.
Di seberang sana tampak Syanum begitu sibuk dengan semua pengunjungnya. Semenjak Fazira yang harus mengurusi semua bisnis ibunya, Syanumlah yang kembali mengurusi butiknya. Ia masih enggan mencari orang untuk membantunya, karena ia berharap dengan kesibukan di butik ia bisa melupakan masalah-masalah nya.

"Assalamualaikum, Syan," sapa Fazira yang sudah berdiri manis di ambang pintu butik. Tanpa aba-aba senyum Syanum langsung merekah.

"Waalaikumsalam, Zi. Tumben siang-siang ke sini, Zi?" tanya Syanum yang langsung melirik jam tangannya. Ia tau betul kalau jam segini Fazira pun sangat sibuk.

"Emangnya gak boleh?" tanya Fazira sambil mengerutkan keningnya.

"Ya bolehlah, Zi. Masak gak boleh," jawab Syanum yang menarik tangan Fazira untuk masuk.

"Ii, aku gak mau masuk!" potong Fazira cepat saat melihat Syanum yang sudah mulai menariknya.

"Lah terus?" tanya Syanum bingung.

"Aku mau ajak kamu makan," cengirnya lebar. "Lapar Syan. udah waktunya makan siang juga, kan? temanin makan, ya?" bujuk Fazira pula.

Bukannya Fazira tak tau keadaan Syanum setelah kejaDian di cafe tempo hari, karena hal itulah Fazira berusaha untuk kembali menyemangati Syanum.

"Dasar kamu tu, ya. Ada maunya aja, ya udah, ayuk berangkat. Lagian aku juga lapar," sindir Syanum lalu di iringin dengan cengirannya pula.

Tawa keduanya pun terdengar menyenangkan. Dengan tangan yang masih mengapit satu tangan Fazira, Syanum melenggang ke luar butik. Sudah waktunya Dia melepaskan semua kepenatan di dalam butik itu dan waktunya untuk memberi jatah perutnya dengan makanan.

Tak membutuhkan waktu lama Syanum dan Fazira sampai di sebuah resto mini tempat langganan mereka.
Baru saja langkah mereka berjalan keluar dari dalam mobil, mata mereka langsung di sambut dengan penampakan Hafiz dengan seorang wanita. Mereka tertawa dengan bebas tanpa terlihat ada beban di dalam diri Hafiz saat itu.

"Syan, bukannya itu suami kamu?" tanya Fazira memastikan apa yang barusan ia lihat. Syanum hanya terdiam.

"Udah gak usah dipikirin. Makanannya kita bungkus aja, ya?" pinta Syanum.

"Kalau kamu gak nyaman, kita bisa cari tempat yang lain kok, Syan," bujuk Fazira yang daoat melihat perubahan raut wajah Syanum.

"Udah gak papa. Kita bungkus aja. Lagian udah sampai di sini," jawab Syanum langsung menarik Syanum menuju resto itu.

Sekilas diliriknya ke dua manusia yang tengah terbahak dengan senangnya di sudut ruangan. matanya kembali memanas menahan sesak. Namun, dengan cepat Syanum kembali mencari arah pandang yang lain. Ia tidak ingin menjadi Syanum yang lemah lagi.

"Mbak kita pesan..." pinta Fazira pada pelayan resto itu sambil menyebutkan satu persatu pesanan mereka.

"Baik mbak. Mbak bisa menunggu sebentar, ya," jawab pelayan resto dengan ramah dan meninggakkan keduanya. Mata Fazira Masih berkeliaran memperhatikan tempat duduk yang tersisa agar mereka bisa duduk. Namun, hanya satu meja yang tersisa dan itu berada di dekat meja Hafiz.

"Kita duduk di sana aja, zi," pinta Syanum menunjuk ke arah meja yang tadi dilihat Fazira.

"Tapi kamu gak papa, Syan?" tanya Fazira memastikan.

Imam dari Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang