Kembali Dingin

348 17 1
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Apa kabar kalian semua? Aku balik lagi nih dengan Syanum dan Hafiz. Jangan lupa mampir, dan tinggalkan jejak kalian, ya.
Selamat membaca🤗🤗

***

"Mas, hari ini temanin aku belanja bulanan, ya?" pinta Syanum disela sarapan mereka.

"Maaf ya, hari  ini aku gak bisa. Soalnya aku nanti ada meeting penting. Kamu belanja sendiri dulu gak papa, kan?" jawab Hafiz.

"Hm, ya udah. Gak papa kok, Mas," balas Syanum yang sedikit kecewa dengan jawaban Hafiz.

"Mas, gimana kalau akhir pekan ini kita ke rumah Umi?" ajak Syanum kembali meminta kepada Hafiz.

"Aku liat jadwal dulu ya, Syan. Mana tau ada pertemuan mendadak nantinya," sahut Hafiz yang masih sedia dengan suapannya.

"Ya udah, deh," jawab Syanum kembali diam.

Entah mengapa perasaannya tak enak hari ini. Ditambah lagi Hafiz yang terlihat dingin sedari pagi. Namun, Syanum tak mau ambil pusing dengan pemikirannya yang mulai melantur. Baru saja mereka selesai menyantap sarapan mereka. tiba-tiba ponsel Hafiz berbunyi dengan nyaring. Dengan segera Hafiz meraih benda pipih itu.

"Siapa, Mas?" tanya Syanum.
"Gak tau. Nomor baru,” jawab Hafiz lalu menjawab panggilan itu.

Entah siapa yang menghubungi Hafiz, Syanum pun tak tau. Namun, raut wajah Hafiz langsung berubah setelah menerima panggilan itu. Tak berapa lama Hafiz sudah kembali menutup panggilan.

"Siapa, Mas?" tanya Syanum kembali.

"Bukan siapa-siapa!" jawab Hafiz datar. Hal itu membuat raut wajah Syanum semakin berubah.

"Aku langsung berangkat, ya. Assalamualaikum," pamit Hafiz langsung pergi dan mengabaikan uluran tangan Syanum.

Syanum hanya memandang nanar punggung yang semakin jauh meninggalkannya. Setelah seharian berurusan dengan perkerjaannya di rumah. Akhirnya kini  Syanum mencoba merehatkan tubuhnya di sofa.

Hingga malam telah menghampirinya. Namun, Hafiz belum juga pulang. Berulang kali Syanum mencoba menghubunginya tapi tak kunjung mendapat balasan. Sampai jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam deru mesin mobil Hafiz baru dapat Syanum dengar. dengan bergegas Syanum membukakan pintu untuk sang suami.

"Kamu belum tidur?" tanya Hafiz yang sudah mendapati Syanum yang berada di ambang pintu.

"Aku nungguin kamu, Mas," jawab Syanum yang sudah kewalahan menghalau rasa kantuk.

"Kalau sudah selarut ini tidak usah menunggu saya!" ucap Hafiz langsung melenggang meninggalkan Syanum yang masih mematung di depan pintu.

"Kamu kenapa sih, Mas? Dari tadi pagi ketus mulu," sungut Syanum yang mulai lelah melihat perubahan Hafiz.

"Bisa tidak kamu jangan banyak bertanya! Saya capek!" bentak Hafiz dengan suara yang sudah meninggi.

Mendengar amarah Hafiz itu, mata Syanum kembali memanas. Baru saja ia merasakan kebahagiaan dan sedikit cinta di dalam rumah tangganya. Namun, kini ia kembali diuji dengan sikap Hafiz yang kembali berubah.
Hafiz yang membentak Syanum pun berlalu menuju kamar mereka. Syanum yang melihat itu berusaha menguatkan hatinya. mencoba memahami, mungkin suaminya tengah ada masalah di kantor.
Sudah tiga hari semenjak insiden malam itu. perubahan Hafiz semakin terasa. kini ia sangat jarang ingin menyantap makanan yang Syanum buat. Terkadang ia juga sering membentak dan memarahi Syanum tanpa alasan.

Syanum menghempaskan kasar tubuhnya di atas kasur. rasanya ia benar-benar lelah. ditambah lagi dengan sikap Hafiz yang semakin tak jelas.

"Kamu belum tidur?" tanya Hafiz yang mendapati Syanum  masih asik dengan lamunannya.

"Belum ngantuk, Mas," jawab Syanum seadaanya.

"Ya sudah, Mas mau ke bawah dulu. Mau melanjutkan pekerjaan yang tadi belum kelar di kantor," dalihnya bergegas meninggalkan Syanum.

Namun, dari sepeninggalan Hafiz rasa kantuk di mata Syanum semakin menghilang. Pemikirannya kembali berkelana hingga rasa pening menghampiri kepalanya. Apakah sepenting itu pekerjaannya hingga sudah di rumah pun masih harus di kerjakan. Batin Syanum.

Rasa penasarannya semakin memuncak saat Hafiz tak kunjung kembali ke kamar. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Namun, laki-laki itu tak kunjung kembali. Dengan perlahan Syanum membawa langkahnya, berniat untuk menyusul Hafiz.

"Iya, aku akan menemuimu besok. Jangan khawatir. Aku juga mencintaimu."

Deg

Rasanya jantung Syanum langsung berhenti berdetak. Baru saja beberapa waktu lalu laki-laki itu kembali berbicara dengan suara lembutnya. Namun, kini ia harus sudah kembali ditampar oleh kenyataan bahwa suaminya baru saja mengatakan cinta kepada sosok di balik ponsel itu.

Dengan napas yang semakin memburu, Syanum berlari menuju kamarnya. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi. Bagaimana bisa ia tertipu dengan kasih dan sayang yang penuh kepalsuan yang Hafiz ciptakan? Air matanya terus bercucuran tanpa bisa ia kendalikan. Berulang kali ia menyekanya namun air mata itu kembali lolos. Kini lidah dan bibirnya pun terasa kelu untuk sekedar berteriak.
.
.
.
Mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan 🙏

Imam dari Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang