Badai Pasti Berlalu

519 52 4
                                    

note: jangan membaca cerita ini di waktu-waktu sholat.

Satu bulan telah berlalu setelah kembalinya ia ke tanah kelahiran. meski 2 tahun berlalu namun percikan luka itu tetap masih ada tentunya. mencoba menepis segala kemungkinan yang akan kembali terjadi dan mencoba melangkah maju.

"Assalamualaikum anak umi"

"Waalaikumsalam Umi" Terlukis senyum yang begitu menghangatkan di antara keduanya.

"Kenapa ngelamun aja sih anak umi yang sholehah ini?"

" Syan gak lagi ngelamun kok mi"

"Tapi lagi menghayal ya dek?" Tambah azzam yang baru keluar dari dapur.

"Iii apaan sih bang. sok tau aja"

"Hmm, ya taulah Syan abang inikan abang kamu"

" Oh ya Syan. abang boleh nanya sesuatu?"

"Tanya aja kali bang."

"Selama dua tahun di sana Rifai pernah menghubungi kamu dek?"

"Azzam!" Potong wanita paruh baya itu saat azzam mulai mengungkit kembali tentang pria itu.

"Kan umi udah bilang. jangan bahas masalah itu lagi. lupain semuanya" Tambah wanita itu lagi.

"Udah umi jangan marah-marah gitu. Syan gak apa-apa lagi kok"

" Oh ya Syan, nanti itu di masjid kita ada pengajian lo. kamu mau ikut gak?" Tanya wanita paruh baya itu kembali seakan mengalihkan topik sebelumnya.

"Hmm, boleh Mi. lagian hari ini Syan gak ada kegiatan kok"

"Baguslah kalau begitu. sekalian umi mau kenalin kamu sama umi Umaiyah"

" Umi Umaiyah siapa Mi?"

"Itu lo umi Umaiyah itu dulu pernah tinggal di sini juga tapi mereka pindah ke kota lain dan sekarang sudah 2 tahun ini mereka pindah kesini lagi. umi Umaiyah itu juga yg jadi tukang isi kajian di masjid nak"

"Ooo gitu ya Mi. ternyata banyak yang berubah setelah kepergian Syan ya!"

"Berubah untuk yang lebih baik bukankah itu hal yang bagus nak? sudah sana kamu kemar aja dulu nanti kalau sudah mau berangkat umi panggil"

" Ya sudah Mi, Syan siap-siap dulu ya" Setelah itu syanummun menuntun langkah kakinya untuk kembali ke kamarnya.

"Zam, umikan sudah pernah bilang jangan pernah mengungkit masalah nak rifai lagi. umi gak mau adik kamu terluka lagi. kamu ngerti maksud umikan?"

"Iya umi, Azzam tau. tapi bukankah Syanum juga perlu tau kebenarannya?"

"Iya umi tau Syan berhak tau nak. tapi bukan sekarang waktunya. syanum masih baru kembali, umi tidak mau mengambil resiko"

"Baiklah umi, zam gak akan bahas masalah itu lagi"

***

"Syan kamu udah siap nak?"

"Sudah Mi, kita langsung berangkat?"

"Masyaallah cantiknya anak umi ini." Bukannya menjawab pertanyaan yang di ajukan syanum wanita itu malah memuji kecantikan anaknya di balik balutan gamis navy dan kerudung senada itu.

"Iii umi Syan jadi malu tau gak"

"Memang anak umi ini cantik kok. ya sudah kita langsung berangkat saja. nanti malah terlamabat lagi"

"Zam jagain rumah. nanti kalau Nabil sama Yusuf sudah pulang itu lauk sudah Umi siapin ya"

"Iya Mi. kalian hati-hati ya"

Imam dari Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang