Akad

668 50 0
                                    

Note: jangan membaca cerita ini diwaktu-waktu sholat

Ketika waktu yang dinantikan kini akhirnya tiba. Setelah tiga minggu mempersiapkan semua keperluan hari yang sakral itu akhirnya akan diselenggarakan beberapa jam lagi. Riuh kegembiraan dari kedua belah pihak sangat jelas terlihat. Namun, tidak dengan para mempelainya. Syanum mencoba untuk menerima ikatan itu dengan ikhlas tetapi rasanya tetap diselimuti kekhawatiran di dalam pernikahannya. Dan sama halnya dengan laki-laki itu yang tidak jauh berbeda dengan keadaan Syanum saat ini.

"MasyaAllah, Mbak Syanum cantik banget." Puji tukang rias itu ketika ia sudah benar-benar selesai dengan dandanannya.

"Mbak bisa aja, deh," jawab Syanum tersipu malu.

"MasyaAllah. Ini benaren kamu, Syan?" pekik Fazira saat sampai di dalam kamar Syanum.

"Ya Allah, Zi kamu bikin kaget tau gak," protes Syanum pada suara Fazira yang nyaring.

"Heheh, maaf-maaf calon pengantin baru. Ya Allah, Syan aku Masih belum nyangka lo aku bakal ditinggal nikah sama kamu," sambung Fazira Masih menatap lekat wajah Syanum.

"Jodoh, maut, dan rezeki kita gak ada yang tau kapan dan di mana datangnya, Zi. Mana tau sekarang aku dan besoknya mungkin kamu bakalan nyusul."

"Aamiin. Kalau jodohnya udah datang sih, Syan," kekeh Fazira.

"Bismillah, Syan. Semua pasti lancar dan baik-baik saja dan sekarang udah waktunya, Syan." Seketika suasana hening mendengarkan ijab qobul yang dilantunkan di bawah sana dengan hikmat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Syanum Wardatul Arsy binti Wijaya Iskandar dengan emas kawin dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Hafiz  lantang dengan sekali tarikan nafasnya.

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah!!" jawab para saksi dan tamu yang hadir.

"Baarakallaahu laka, wa baarakAllahu ‘alaika, wa jama’a baiNakuma fii khaiir."

"Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan.”  (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn Majjah).

"Alhamdulillah, Syan. Sekarang kamu sudah sah menjadi seorang istri. Jadilah istri yang taat dan sholehah untuk suamimu. Jadilah madrasah pertama untuk putra-putri kalian nantinya." Peluk Fazira dengan erat perlahan mulai merenggangkan pelukan itu dan menghapus lembut air mata Syanum yang mulai membasahi pipi.

"Terima kasih, Zi. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang selalu membimbing Syan selama ini," balas Syanum kembali menghabur kepelukan Fazira.

"Ya, pantasan lama ternyara ada acara peluk-pelukan, toh," celutuh seseorang dari balik pintu kamar Syanum.

"Ya elah, kamu Yud kaya gak tau aja," potong Fazira.

"Gua gak kebagian peluk-pelukannya nih?" tanya Yuda kembali.

"Dasar modus mulu," sergah Fazira kembali.

"Haha, santai kali, Zi. Oh ya, Syan, selamat ya! Gua ikut bahagia akhirnya lo nikah juga, walau bukan dengan gua. Gua harap semua keberkahan menaungi rumah tangga kalian. Ya, gua kena tinggal nikah beneran," sambungnya dan dibalas tawa dari dua wanita itu.

"Oh iya, gua hampir lupa! Gua disuruh buat jemput lo tapi malah baper-baperan di sini. Udah yuk, kita turun," ajak Yuda dan Umingguki keduanya. Syanum menuruni anak tangga dengan diikuti oleh Yuda dan Fazira.

"Jangan gugup gitu, Syan. Santai aja," gumam Fazira yang melihat Syanum bgitu tegang saat menuruni anak tangga.

"Iii, Zi. Aku gak gugup, kok," protes Syanum.

Syanum kembali menuntun langkahnya satu demi satu menuruni anak tangga. Semua pasang mata yang hadir menatap takjub dengan penampiran Syanum yang dibalut gaut berwarna putih gading. Tak terkecuali laki-laki yang kini telah berstatus sebagai suaminya itu.

Sesaat mata mereka bertemu namun gengsi dari Hafiz itu langsung memutuskan kontak mata keduanya.
Setelah sampai Syanum langsung dituntun untuk duduk di samping Hafiz. Dengan perasaan gugup Syanum akhirnya bersanding dengan Hafiz di tengah-tengah para tamu undangan.

"Baiklah, karena mempelai wanjta sudah ada di sini mari kita langsung saja ke acara tukar cincin dan nanti akan dilanjutkan dengan acara penandatanganan buku nikah," tutur penghulu.

Hafiz dengan gugup memberanikan diri menyematkan cincin itu kejari manis Syanum. Syanum yang ada di posisi itu hanya bisa menunduk. Hingga tiba giliran Syanum pula yang menyematkan cincin pada jari manis milik Hafiz.

Setelah cincin itu berhasil tersematkan tanpa aba-aba Hafiz langsung mengecup kening Syanum dan diikuti Syanum dengan menyalami dan mencium punggung tangan Hafiz. Begitu hikmat hingga mereka melupakan bahwa mereka tengah diperhatikan oleh banyak pasang mata.

"Ya, ini namanya pengantin barunya nyari rusuh nih! Lama banget, Bang. Bisa nangis di pojokan para jomblo ini," sindir aisyah yang merupakan adik bungsu dari Hafiz sendiri dengan memasang muka pura-pura sebal miliknya. Mendengar hal itu semua tamu pun tertawa keras dan menyadarkan kedua insan itu untuk mengakhiri kemesraan meraka.

"Apaan sih, Dek!" protes Hafiz.

Setelah prosesi akad selesai kini tiba saatnya mereka melanjutkan acara resepsi pernikahan yang di selenggarakan disalah satu hotel berbintang di ibukota. Dengan gaun berwarna navy dan kerudung senada yang menjuntai indah hingga menutupi perut, Syanum terlihat begitu anggun ditambah lagi dengan mepelai pria dengan setelan jas hitam yang menambah keserasian keduanya.

Tanpa Hafiz sadari, matanya tak mau lepas menatap wanita yang telah sah menjadi istrinya itu. Merasa diperhatikan Syanum pun menoleh menatap suaminya itu. Namun, dengan ego yang tinggi Hafiz langsung memalingkan pandangannya tanpa mau menangakui ia telah terpesona dengan kecantikan Syanum.

"Lihat ke depan dan tetaplah tersenyum." Perintahnya dengan nada dinginnya itu.

🌸🌸🌸
Allhamdulillah, akhirnya aku bisa update IDSM lagi.
Aku mohon maaf karena akhir-akhir ini jarang banget update.
Tapi kalian gak usah khawatir karna, insyaallah aku bakal slow update.
dan aku mau kasih kabar gembira buat kalian, allhamdulillah beberapa waktu lalu IDSM lolos seleksi penerbitan dan insyaallah IDSM akan segera ada versi cetaknya. jangan lupa buat tungguin POnya ya🤗🤗 aku bersyukur banget dengan adanya kalian yang mau membaca IDSM di sini sehingga aku punya keberanian untuk mengikuti seleksi tersebut. aku bukan apa-apa tanpa kalian semua💜💜

Imam dari Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang