note: jangan membaca cerita ini di waktu-waktu sholat.🌸🌸🌸
Sepoi angin senja membelai lembut pipi yang merona itu. Waktu seakan ikut dibawa berlalu oleh sang angin. Tanpa terasa janji yang terucap diantara keduanya telah berguril di tepian waktu. Komitmen yang masih saling dijaga tanpa harus mengikat keduanya dalam belenggu dosa. Itulah yang kedua insan itu yakini.
"Lo kenapa senyum-senyum aja sih dari tadi, Syan?" tanya Syifa yang heran melihat tingkah temannya sepanjang hari ini.
"Gak kenapa-kenapa kok," balasnya cepat
"Gak kenapa-kenapa tapi senyum mulu, sambil ngeliatin hp pula. Siniin hp Lo, gua mau liat," pinta Syifa dengan tangan gesitnya itu seketika HP Syanum sudah beralih tangan.
"Waaa, gila ni anak. Jadi dia udah berani ngirim pesan ke lo Syan?" tanyanya kembali saat mendapatkan nama Rifai di room chat Syanum.
"Ya elah gak ada romantis-romantisnya tu orang. Masa mau ngungkapin perasaan gak pakai basa-basi dulu," protes Syifa ketika membaca isi pesan itu.
"Syan! bilangin ke dia, dia harus les ngegombal dulu sama si Yuda. Masa seterus terang itu. Aaa' gak banget tau gak. Yang satu kaku, yang satunya lagi keturunan antartika," celotehnya terus-menerus.
Bagi orang lain itu sesuatu yang sangat aneh dan terkesan kaku. Namun bagi Syanum itu lebih dari cukup untuk saling mengungkapkan perasaan dan benar-benar sesederhana itu.
“Belum balik, Syan?” Suara yang tak asing itu mendarat lembut di pendengarannya. Ya, siapa lagi kalau bukan suara laki-laki yang mengisi hati dan mengukir janji dengannya itu.
“Ehh, belum, kak. Masih nungguin bang Zam ngejemput,” jawabnya sambil tersenyum lembut dan kembali menundukkan pandangannya.
“Tapi ini udah gelap lo Syan. Tunggu di sini bentar, aku panggilin Ais dulu,” ucap laki-laki itu lalu pergi meninggalkan Syanum.
“Syan, kamu pulang bareng Ais aja ya. Udah aku bilangin kok” Selang beberapa waktu dia kembali dengan seorang perempuan yang tengan mengendarai sepeda motornya yang tersenyum ramah dengannya.
“Tapi entar ngerepotin lagi Kak,” ucap Syanum berusaha menolak tawaran itu.
“Gak ngerepotin kok Syan. Lagian rumah kita searah juga kok” Kini Aisyah yang angkat suara.
Ya, wanita itu adalah teman sekelas Rifai yang juga satu-satunya perempuan yang mengetahui apa yang terjadi di antara Syanum dan Rifai. Tanpa bisa menolak Syanum akhirnya menyerah mencari alasan dan ikut pulang bersama Ais. Seperti itulah hal baru yang selalau Rifai lakukan kepada Syanum ketika belum dijemput oleh abangnya. Rifai tau dan berusaha untuk tetap menjaga batasan antara dia dan Syanum. Dia tidak ingin Syanum merasa canggung bila dia terlalu dekat.
“Makasih ya, Kak,” ucap Syanum setelah keduanya sampai di depan rumahnya.
“Iya Syan. Ya udah, Kakak duluan ya,” balas Ais dan langsung kembali melajukan sepeda motornya.
“Assalamualaikum, Mi, Abang. Syan pulang,” ucapnya saat telah sampai di dalam rumah.
“Waalaikumsalam, ya Allah Dek. Maaf abang ketiduran,” jawab Azzam yang terlihat urak-urakan. Syanum tau betul laki-laki di hadapannya itu pasti baru bangun dari tidurnya.
“Iiii Abang kebiasaan deh, tidur sore-sore. Untung aja ada temen pulang”
“Hehe, iya maaf. Besok-besok gak lagi deh. Oh ya tadi pulang diantar siapa? Gak Rifai kan?” tanya Azzam malah balik mengintrogasi adiknya itu.
“Satu-satu nanyanya Bang,” balas Syanum lalu melenggang dan menghempaskan badannya di sofa ruang tamu itu.
“Iya-iya. Mangkanya jawab, Dek”
“Tadi adek pulang bareng kak Ais Bang, buka sama kak Rifai. Jadi Abang tenang aja Ok, kan Syan udah bilang Insyaallah Syan akan jaga diri baik-baik abangku sayang” Mendengar jawaban itu Azzam sedikit lega.
“Bang! Umi mana?” Tiba-tiba Syan yang balik bertanya.
“Ooo Umi hari ini nginap di rumah Tante Sonya. Tadi abis kamu berangkat sekolah perginya,” jawab Azzam dan mendengar itu Syanum hanya mangut-mangut lalu beranjak menuju kamarnya.
Tling!
Kak Rifai.
["Udah sampai, Syan?"]
Syanum.
["Udah kak, makasih ya, udah nyariin temen pulang."]
Kak Rifai.
["Iya sama-sama. Lagi apa?"]
Begitulah rutinitas di ponsel Syanum saat ini, selain sering bertukar pesan dengan Syifa dia juga terus bertukar pesan dengan Rifai. Sudah lebih dari satu tahun Syanum dan Rifai merajut janji itu dan keduanya sama-sama menjaga komitmen itu.
Kini Syanum juga telah menginjak kelas 2 SMA. Walau telah berlangsung 1 tahun lebih, Syan masih sering dinasehati oleh umi dan abangnya untuk selalu menjaga diri dan marwahnya sebagai seorang wanita.
🌸🌸🌸
Allhamdulillah. part 7 dari IDSM udah up nih. yukk buruan dibaca.jangan lupa vote dan coman ya...
karna itu sangat berarti buat aku...terimakasih buat semua pembaca setia IDSM yang sudah setia membaca dan menunggu cerita ini🤗🤗
maaf jika masih banyak kesalahan dan penulisan ceritanya, karena aku masih pemula. oleh sebab itu dukungan kalian sangat berarti buat aku.☺
terimakasih dan sampai jumpa lagi👋👋
jangan lupa bersyukur hari ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam dari Sepertiga Malam
Spiritual[Bila Berkenan Follow Dulu Ya Sebelum Membaca] Romance-Spiritual . . Gadis berparas ayu dengan senyum yang selalu merekah bak matahari, ya dia adalah syanum wardatul arsy. gadis yang memiliki kisah cinta dalam diam di masa Smanya. terungkapnya rasa...