Rindu Yang Menyiksa

421 18 0
                                    

Hujan mengguyur ibukota dengan deras malam itu. Hitamnya lagit semakin pekat saat awan hitam terus memenuhi bentangan langit. Angin yang kencang seakan ikut menjadi saksi betapa dinginnya suasana malam.

Di sudut ruangan itu terlihat Syanum termenung dengan tatapan kosong setelah ia menyudahi kewajibannya sebagai seorang hamba. Hanya kepada sang penciptalah ia bisa mengadukan segala keluh kesahnya tanpa harus takut terkhianati. Sudah tiga bulan ia meninggalkan rumah sakit. Selama itu pula penglihatannya menggelap. Ia tak lagi bisa menikmati rintik hujan yang jatuh melalui penglihatannya.

Setelah satu minggu Syanum sadarkan diri hari itu, Hasna dan Azzam berniat membawa Syanum pindah dari keDiaman lama mereka. Hingga kini keluarga itu tak lagi menempati rumah yang telah banyak memberikan kenangan kepada mereka lagi. Semua itu Hasna lakukan demi kebaikan Syanum ia tak ingin jika Hafiz kembali mengusik ketenangan yang sudah Syanum dapatkan.

"Assalamualaikum. Bunda!" sapa Yusuf dengan lembut memeluk Syanum. Syanum yang dapat merasakan pelukan dari Yusuf mencoba meraba-raba agar bisa menyentuh anak itu.

"Waalaikumsalam, anaknya Bunda," jawab Syanum saat sudah dapat menyentuh puncak kepala Yusuf.

"Bunda lagi ngapain?" tanya Yusuf sambil duduk di samping samping Syanum.

"Gak lagi ngapa-ngapain, kok, Sayang," jawab Syanum terus memeluk tubuh kecil Yusuf.

"Bunda gak boleh sedih lagi ya? Kan ada Yusuf di samping Bunda," ucapnya lagi dan kembali memeluk erat tubuh Syanum.

Tak ada jawaban dari Syanum, dadanya terasa sesak saat mendengar ucapan Yusuf.

"Yusuf sayang Bunda," sambung bocah itu.

"Bunda juga sayang banget sama Yusuf," jawab Syanum.

Syanum sangat bersyukur sebab Allah telah menitipkannya orang-orang yang begitu menyayanginya. Meski dalam keadaan buta mereka masih setia menemani Syanum. Memperlakukan Syanum dengan sangat baik. Hingga mereka rela meninggalkan keDiaman lama mereka hanya untuk kebaikan Syanum.

Semenjak tak lagi bisa melihat, semua keperluan Syanum diurus oleh Hasna, Azzam dan Nabil. Mereka bertiga begitu kompak untuk selalu menguatkan Syanum. Terkadang Syanum merasa bersalah sebab terlalu banyak menyusahkan mereka. Saat semua urusannya diurus dengan baik oleh keluarganya, sedangkan untuk urusan butik Syanum serahkan kepada Syifa.

Semenjak hari pemakaman Rifai hubungan Syanum dan Syifa kembali membaik. Mereka kembali menjalin pertemanan hingga Syanum memberikan kepercayaan kepada Syifa untuk mengurus butik miliknya.

"Syan?" panggil Hasna menyadarkan Syanum dan sedikit mengedurkan pelukannya pada Yusuf.

"Iya, Umi," jawab Syanum menoleh ke sumber suara.

"Kita turun, Yuk. Tadi Kakak kamu masakin cake coklat buat kita," aja wanita paruh baya itu mendekati anak dan cucunya.

"Cakenya udah masak, Nek?" tanya Yusuf antusias sambil tak sadar ia sudah berdiri dari duduknya.

"Udah dong, Sayang. Ya udah yuk kita ke bawah," ajak Hasna kembali setelah melihat anggukan Syanum. Perlahan Hasna membantu Syanum untuk menuntun langkahnya.

Di seberang sana, di sudur ruang yang begitu hening Hafiz menatap kosong langit yang semakin memekat. Menatap sendu saat matanya kembali terbangun dari tidur malam yang sunyi. Hujan masih setia mengguyur bumi tanpa henti. Dinginnya air hujan yang bercampur dengan hembusan angin seakan tak mengusik lamunannya. Sudah satu bulan Hafiz mencoba mencari keberadaan Syanum.

Namun, ia tak kunjung menemukan keberadaan wanita yang sangat dirindukannya.
Setelah hari ia memergoki Tiyaz dan menemukan kebenaran di balik cinta Syanum, Hafiz langsung memutuskan untuk menjumpai Syanum. Namun, harapan semakin sirna saat ia tak lagi menemukan Syanum di rumah sakit. Azzam telah membawa pergi Syanum dan menyembunyikan keberadaannya.

Berulang kali Hafiz mencoba mencari keberadaan Syanum ke kediaman keluarganya tapi tetap sama. Keluarga itu telah pergi meninggalkan rumah mereka. Hingga Hafiz sudah mencoba menemui Fazira, Yuda, Syifa dan orang tuanya, berharap orang-orang itu mau  membantunya. Namun, semuanya sia-sia, semua orang bungkam tak ingin memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.

"Harus ke mana lagi aku mencarimu, Syan?" tanya laki-laki itu lirih dengan suara pelan.

"Apakah sudah benar-benar tidak ada kesempatan untuk diri ini?" tanyanya kembali berbicara sendiri seperti orang gila.

Perlahan ia bangkit dari duduknya, Hafiz berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Saat ini yang ia butuhkan adalah mencurahkan semua kesesakan dihatinya kepada sang pencipta. Mungkin semua cobaan ini Allah berikan kepadanya karena ia sudah begitu lalai dan terlena akan kenikmatan dunia yang sesaat.

Batinnya!

"Allahu Akbar." Takbir pertama Hafiz kumandangkan saat menghadap sang pencipta.

Tatapannya penuh fokus pada satu titik pada sajadah. Dengan khusyuk Hafiz menyelesaikan salat tahajudnya. Kini ia tengah bersimpuh dan bermunajad kepada sang pencipta. Tangisnya kembali pecah saat salam terucap bergetar dari bibirnya. Bayangan kenangan kelamnya perlahan berputar, seakan keadaannya saat ini menampar keras dirinya sebab telah begitu lalai akan kewajibannya.

"Ya Allah, ampuni hambaMu yang terlalu banyak menyia-nyiakan kesempatan dariMu. Hamba memohon atas ampunanMu Ya Robb. Hamba memohan kepadamu, bila Syanum adalah jodoh yang engkau titipkan kepadaku maka izinkan hamba untuk kembali bertemu dengannya, izinkan hamba untuk menebus semua kesalahan yang pernah hamba perbuat padanya," isak Hafiz di dalam doanya.

Setelah menyelesaikan salatnya, mata Hafiz tak lagi mau untuk terlelap. diliriknya setiap sudut kamar terasa sunyi itu. Perlahan ia membawa langkahnya untuk pergi ke kamar Syanum. kini rasa rindu itu kembali mengusik hatinya. Kerinduan yang teramat sangat hingga membuat dadanya selalu terasa sakit dan sesak. Sampai di kamar Syanum, Hafiz langsung duduk di tepi ranjang.

Matanya menatap ke sekitar.
Sepi! Kata itu langsung memenuhi kepalanya. Bukan hanya kamar ini yang sepi namun rumah besar yang ia tempati bersama Syanum itu kini telah benar-benar sepi. Tidak ada lagi suara Syanum yang sering membangunkannya saat waktu subuh telah tiba. Tidak ada lagi suara berisik dari dapur karena Syanum yang sudah asik bergulat dengan bahan masakannya di pagi hari. Akhirnya Hafiz kembali menarik napas panjang, perlahan dia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang masih menyisakan bau harum khas milik Syanum yang masih melekat meski sudah lama tak pernah kembali.
.
.
.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, malam ini IDSM double update loh. Jangan lupa mampir, like dan komen, ya. Mohon maaf jika masih banyak typo dalam penulisan 🙏

Imam dari Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang