1 - PROLOG AND CAST

2.7K 130 54
                                    

Seorang lelaki berperawakan tinggi berkulit putih dengan rambutnya yang ikal berponi acak, baru saja memarkirkan motor vespa bututnya di pelataran parkir sebuah rumah mewah.

Marcello Antariksa, sebut saja Mars.

Mars yang kini berprofesi sebagai penjaga warnet turun dari motornya dan melangkah masuk ke rumah mewah itu.

Dia berjalan sembari menimang-nimang kunci motor di tangan dan sesekali bersiul santai.

Mars mengetuk pintu rumah tersebut.

"Permisi," teriak Mars setelah celingukan mencari bel tapi tak menemukannya juga.

Seorang wanita paruh baya berjalan tergesa ke arahnya dari dalam rumah.

Sepertinya sih itu pembantu di rumah ini, terka Mars dalam hati.

"Den ini yang namanya Mars?" tanya wanita tadi. Dia menunjuk ke arah Mars menggunakan ujung ibu jarinya.

Mars mengangguk cepat. "Yup, betul sekali Bu. Saya Mars, saya ada janji dengan Venus," jawab Mars disertai senyuman ramahnya.

Wanita paruh baya itu mempersilahkan Mars masuk. Mars mengekorinya dari belakang.

"Den Mars, sudah ditunggu sama Tuan Venus dari tadi. Saya Asih, asisten rumah tangga di sini," beritahu wanita bernama Asih itu selagi mereka berjalan menuju ruangan di mana sang pemilik rumah kini sedang menunggu kedatangan Mars.

Mars yang saat itu tak mampu menutupi kekagumannya akan kemewahan dan kemegahan rumah Venus hanya bisa berdecak kagum dalam hati. Sepasang netranya terus saja menyapu sekeliling ruangan yang dia lewati bersama Asih.

Ruangan besar dengan ornamen-ornamen mahal dan mewah. Benar-benar menakjubkan. Sisa-sisa bekas pesta pernikahan masih terlihat di sana. Seumur hidup, ini kali pertama Mars masuk ke dalam istana semegah ini.

Di ruang tengah, Mars melihat beberapa lelaki berseragam hitam berdiri di setiap sudut ruangan. Sementara seorang laki-laki berperawakan tegap dengan kulit seputih salju, terlihat duduk dengan angkuh di salah satu sofa yang terdapat di ruangan itu.

"Anda yang bernama Mars?" tanya lelaki itu seraya melepas kaca mata bacanya dan menaruh koran ke meja. Dia menatap lekat ke arah Mars.

"Ya, saya Mars," jawab Mars. Lelaki itu mengulurkan tangan mengajak Venus bersalaman.

"Aku Venus. Silahkan duduk," ucap Venus dengan sedikit gerakan kepalanya.

Mars menarik kembali uluran tangannya yang tidak bersambut.

Lelaki itu tersenyum kecut.

Sombongnya orang ini!

Maki Mars dalam hati, merasa jengkel.

Mars duduk dengan cukup nyaman di atas sofa super empuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja disediakan oleh Asih.

"Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.

Mars mengangguk pelan.

"Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk.

"Ini uang mukanya, sisanya akan dibayar setelah Suci hamil. Seluruh keperluan Anda dan Suci nanti akan diurus oleh para asisten rumah tangga di rumah ini," Venus diam sejenak. Tatapannya saat itu sulit diartikan. "Mungkin nanti, dalam tiga bulan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk sekadar mengecek keadaan Suci. Jadi pastikan Anda tidak berbuat aneh-aneh padanya di luar tugas yang seharusnya Anda kerjakan! Paham, Mars?"

WANITA BUTA DAN SUAMI BAYARAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang