"Oh, jadi ini Doyoung?"
Doyoung tersenyum tipis kemudian membungkukkan badannya, memberi hormat kepada Ibu Sejeong yang baru saja bertanya.
Sang Ibu tersenyum sembari mengusap sayang surai halus Doyoung. "Sejeong banyak bercerita tentangmu," ucap Beliau.
Sejeong melebarkan matanya lalu memberikan getsur meminta sang Ibu untuk jangan memberi tahukannya. Sejeong kan malu, ketahuan cerita banyak perihal Doyoung ke Ibunya.
Sang Ibu pun tertawa.
"Ya sudah, silahkan belajar," ucap sang Ibu masih dengan senyuman hangatnya.
Doyoung mengangguk. Lelaki itu mengikuti arah langkah Sejeong. Namun sebelum benar-benar keluar dari ruang tamu itu, kedua netra Doyoung dapat melihat dengan jelas tatapan Ayah Sejeong yang ditujukan padanya dan raut wajah Beliau terlihat sangat datar.
Keduanya segera mengambil tempat duduk begitu sampai di ruangan luas yang tadi Sejeong sebut ruang belajar.
Jadi, tadi pagi Sejeong mengajak untuk belajar bersama. Mengingat tiga hari lagi mereka akan menjalani ujian kenaikan kelas. Itulah sebabnya Doyoung berada di rumah Sejeong.
Mereka sempat sedikit berbincang sebelum akhirnya mulai berkutat dengan buku-buku di atas meja. Benar-benar hening. Sesekali terdengar suara Sejeong yang bertanya pada Doyoung karena tidak terlalu mengerti dengan apa yang dibacanya.
Terhitung sudah tiga jam mereka serius belajar, tiba-tiba Sejeong menutup bukunya. Padahal keduanya belum selesai belajar.
Doyoung bertambah heran saat Sejeong ikut menutup buku yang tengah dibacanya.
"Kenapa?" tanya Doyoung.
Sejeong menggeleng. "Kepalaku sering pusing jika belajar terlalu lama," ucapnya. "Ayo beristirahat sedikit."
Doyoung mengangguk pelan.
Tiba-tiba pintu ruang belajar terbuka. Ibu Sejeong masuk ke dalam sembari membawa beberapa cemilan dan dua gelas teh hangat.
"Istirahatlah sebentar. Belajar terlalu lama tidak baik bagi kesehatan," ucap sang Ibu pelan dan lembut.
Keduanya langsung tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Begitu sang Ibu keluar dari ruang belajar, Sejeong langsung meraih salah satu gelas teh lalu meminumnya sedikit.
Suasana pun hening. Sejeong hanya menatap gelas teh yang dipegangnya sembari sesekali mengetuk gelas tersebut dengan kuku. Sedangkan Doyoung hanya sibuk memperhatikan keadaan luar di balik jendela besar yang ada di ruangan tersebut.
Sejeong pun berdehem sebelum akhirnya berucap, "Sebenarnya, alasanku berhenti bernyanyi waktu itu bukan hanya karena kematian Jeno."
Doyoung menoleh. Lelaki itu menatap Sejeong, menunggu apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh gadis itu.
"Kau."
Doyoung mengerjap pelan saat mendengar satu kata yang baru saja keluar dari bibir Sejeong. Alisnya berkerut heran, tidak mengerti dengan ucapan dari Gadis yang duduk di depannya saat ini.
"Kau adalah alasan kedua mengapa aku memutuskan untuk berhenti bernyanyi," ucap Sejeong sembari terkekeh pelan.
"Maksudmu?" tanya Doyoung.
"Mungkin kau tidak tahu bahwa aku selalu meraih peringkat pertama sejak sekolah dasar. Namun untuk pertama kalinya, aku menyentuh angka dua karena kau berhasil menyingkirkanku dari posisi teratas," jelas Sejeong.
Doyoung hanya diam, fokus mendengarkan cerita Sejeong. Ia yakin, ada banyak yang ingin diceritakan Gadis itu.
"Ibu dan Ayahku maniak kerja. Semenjak Jeno meninggal, aku selalu sendirian di rumah. Mereka sekarang ada di rumah karena libur 2 hari. Besok mereka akan kembali bekerja," ucap Sejeong.
Doyoung mengangguk pelan. Ia mengerti, sekarang banyak orang tua yang maniak kerja dan membiarkan anak-anak mereka kesepian di rumah.
"Kenapa aku sangat ambisius mengalahkanmu bukan hanya karena aku ingin terus mempertahankan peringatku. Tapi untuk meraihnya kembali dan meminta waktu Orangtuaku untuk liburan bersama sebagai hadiah."
Doyoung mengerjap kaku. Ia mengumpat dalam hati karena pernah berpikir Sejeong sangat childish.
"Jadi itu alasanmu berhenti bernyanyi?" tanya Doyoung. Setelah dijawab anggukkan dari Sejeong, ia berucap, "Karena kau ingin fokus belajar agar bisa meraih kembali peringkat pertamamu."
Sejeong tersenyum tipis kemudian mengangguk sekali lagi. Ia pun berdiri lalu berjalan keluar dari ruang belajar. Namun belum sampai tangannya menyentuh gagang, suara Doyoung menyapa telinganya.
"Kemana?" tanya Doyoung.
Sejeong menoleh sedikit. "Ibu tidak tahu kau penderita anemia aplastik," ucapnya. "Kuambilkan air mineral," lanjutnya kemudian berjalan keluar dari ruang belajar, meninggalkan Doyoung yang terdiam menatap gelas teh di atas meja.
GOOD MORNING, GES!!
MMAKASI BANYAK HIKS, I LOP YU SO MUCHㅠ_ㅠ💚💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Lie in April - Dojeong [✓]
FanfictionTentang Kim Sejeong yang memutuskan berhenti bernyanyi dan keluar dari klub seni. Masa lampau yang menghantui dan masa kini yang terlampau sulit dilewati. Sejeong hanya ingin bahagia, kenapa terasa begitu sulit? Tentang Kim Doyoung dengan sejuta tek...