48. Bisakah?

202 39 8
                                    

Sejeong masuk ke dalam ruang rawat Doyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejeong masuk ke dalam ruang rawat Doyoung. Gadis itu tersenyum saat mendapati Doyoung yang tengah duduk di ranjang pasien.

"Hey, lama tidak bertemu," ucap Doyoung sembari terkekeh pelan.

Sejeong mengangguk. Ia menarik sebuah kursi ke samping ranjang pasien Doyoung kemudian duduk di kursi tersebut.

"Aku merindukanmu," ucap Doyoung pelan.

Sejeong mendengus. "Ku pikir kau lebih suka tidur dibanding melihatku," ucapnya berpura-pura merajuk.

Doyoung terkekeh kemudian mengacak pelan surai Sejeong. "Aku benar-benar merindukanmu. Mendengar suaramu saja aku sudah sangat senang," ucapnya.

Sejeong tersenyum. "Aku lebih merindukanmu," ucapnya. Ia menarik nafas pelan sebelum berucap, "Jaehyun sudah menceritakan banyak hal padaku."

Doyoung mengangguk. "Ya, dia mengatakan padaku kalau ia menceritakan beberapa padamu."

Sejeong menatap Doyoung tanpa ekspresi. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya kecewa. Tapi...

"Aku tahu kau kecewa padaku," ucap Doyoung.

Sejeong mengerjap sebelum mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia tidak mau menatap Doyoung saat ini.

"Maaf. Aku banyak berbohong padamu," ucap si Lelaki Kelinci.

Sejeong mengepalkan tangannya kuat. "Aku... kecewa," lirihnya.

Doyoung menghela nafas pelan. Ia tahu ini salahnya. Salahnya tidak jujur sejak awal. Mungkin kalau ia jujur, Sejeong tidak akan kecewa padanya seperti saat ini.

Sejeong menatap ke arah Doyoung. "Aku benar-benar kecewa padamu. Tapi bukan berarti aku tidak mau memaafkanmu," ucapnya pelan.

Doyoung tersenyum. Ia mengelus surai Sejeong pelan. "Terima kasih," ucapnya.

Sejeong ikut tersenyum kemudian mengangguk. "Tapi jika kau lakukan lagi, aku tidak akan pernah memaafkanmu," peringatnya.

Si Lelaki Kelinci terkekeh. Ia kini bergerak menautkan kelingkingnya dengan kelingking Sejeong. "Aku janji, tidak akan berbohong lagi," ucapnya.

Sejeong mendengus. "Aku tidak mau percaya pada janjimu. Terakhir kali kita berjanji, kau malah mengingkarinya," ucapnya kesal.

Doyoung meringis sembari menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Sepertinya Sejeong sangat sensitif hari ini.

Teringat sesuatu, Doyoung menatap ke arah Sejeong kemudian bertanya, "Lombanya dua minggu lagi, kan?" tanyanya.

Sejeong mengangguk. Astaga, ia sangat gugup memikirkan itu. Ia sudah latihan dari beberapa bulan yang lalu. Tapi tetap saja ia gugup.

Doyoung menghembuskan nafasnya pelan. "Maaf aku tidak bisa datang," ucapnya pelan.

Sejeong mengerjapkan matanya kaku. Tentu saja Doyoung tidak bisa datang. Doyoung kan harus berjuang. Itu juga yang membuat Sejeong semakin takut.

"Sejeong-ah."

Sejeong tidak menjawab. Ia hanya menatap lekat kedua netra bak kelinci milik Doyoung.

Doyoung menarik tangan Sejeong, menggenggamnya erat kemudian tersenyum. "Apapun yang terjadi, kau harus tetap bernyanyi. Bisakah?"

"Jangan berucap seperti itu," ucap Sejeong pelan. "Kau seperti akan meninggalkanku," lirihnya.

Doyoung terkekeh. "Aku tidak akan meninggalkanmu, aku hanya memintamu untuk terus bernyanyi," jelasnya.

Sejeong menarik nafasnya pelan sebelum tersenyum kemudian mengangguk mengiyakan permintaan Doyoung. Walaupun dalam hatinya, ia sangat takut dengan apa yang nanti akan terjadi.

Apalagi mengingat mulai besok Doyoung akan menjalani kemoterapi dosis tinggi.

Sejeong benar-benar takut setiap kali melihat ke arah jam. Ia takut pada waktu yang terus berjalan. Dan sialnya ia tidak bisa menghindar. Waktu dimana ia tampil akan datang.

Dan tentunya, waktu dimana Doyoung menjalani transplantasi sel induk juga akan datang.

Dan tentunya, waktu dimana Doyoung menjalani transplantasi sel induk juga akan datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

good night kesayangannya zel💚

Your Lie in April - Dojeong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang