3. A Hope

259 35 0
                                    

Hanbin tersenyum masam saat mengingat kejadian seminggu yang lalu. Seandainya dia datang lebih cepat, mungkin kamu tidak akan terbaring lemah seperti sekarang. Mungkin saat itu kamu sudah menjalani terapi dan keadaanmu sudah lebih baik. Seandainya waktu bisa di ulang.

Hanbin akhirnya memutuskan untuk membereskan alat sibinmu, memasukkannya ke dalam kamar mandi agar nantinya dibersihkan oleh suster. Lelaki itu beranjak untuk kembali menanda tangani dokumennya selagi menunggu kamu sadar. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya karena Hanbin selalu ke rumah sakit setiap pulang dari kerja, kemudian dia akan menjemput Sela saat Bobby sudah pulang dari studionya.

Beberapa saat kemudian, karena sudah merasa jenuh, Hanbin meraih bunga mawar merahnya dan menaruh karangan tersebut ke dalam vas di sebelah ranjangmu. Hanbin tersenyum menatanya sambil membayangkan wajahmu yang akan tersenyum senang saat membuka mata nantinya, menemukan bunga favoritmu. Hanbin bersenandung senang sebelum akhirnya ia mendengar suara pintu terbuka.

Jung Jaehyun datang dengan buket bunga mawar putih di tangannya. Hanbin menatap lelaki itu sejenak kemudian lebih memilih untuk kembali melanjutkan aktifitasnya. Sedangkan Jaehyun tersenyum miring dan berdecih, menganggap bahwa kehadiran Hanbin disini sangat tidak pantas. Semestinya Hanbin malu untuk menunjukkan batang hidungnya.

"Lu ngga malu ya tiap hari dateng kesini?" Jaehyun membuka suaranya santai sambil menaruh buket bunganya ke meja disamping Hanbin, perlahan ia juga membuka jas kerjanya dan melempar jas tersebut ke sofa.

Hanbin menghentikan aktifitasnya namun tetap menatap pada bunga mawar yang ia rangkai. Hanbin tersenyum pelan kemudian melempar tatapan tajam ke arah Jaehyun.

"Gue disini sebagai cowok yang dicintai sama Nana, ngga ada yang ngelarang gue. Bahkan suratnya Nana udah ngejawab gimana besarnya rasa cinta dia ke gue. Disini yang harusnya malu itu elo. Udah jelas banget kan gimana Nana ngga mau sama lo?" Hanbin tersenyum puas saat melihat raut wajah Jaehyun yang berubah. Jaehyun mendekat perlahan pada Hanbin dengan tatapan menantang, ia mendekat hingga jarak benar-benar terkikis tinggal beberapa senti.

"Jangan mentang-mentang Nana sayang sama lu, lu jadi ada di atas awan. Inget... ayah sama ibunya Nana lebih milih gue buat jadi menantu mereka, siapa yang belain lu disini selain Bobby? Siapa sih Bobby? Cuma kakaknya Nana yang ujungnya juga kalah sama ayah. Lu cuma suami orang yang ujung-ujungnya bakal jadi duda anak satu. Pantes buat Nana?" Jaehyun menatap tajam pada Hanbin, sedangkan Hanbin kembali menatap menantang, kedua tangannya sudah mengepal kuat siap untuk melayangkan tinju.

"Kㅡ kak..." satu suara lirih mengalihkan eksistensi kedua lelaki itu. Hanbin terbelalak kaget saat kamu mulai membuka mata, ia langsung mendekat kearahmu, meraih tanganmu begitu lembut.

"Nana? Aku disini." Hanbin membelai pelan kepalamu sebelum akhirnya Jaehyun mendorong tubuh Hanbin menjauh hingga hampir menabrak meja. Jaehyun langsung menggenggam tanganmu erat.

"Na... aku disini." Jaehyun membuka suara, perlahan kedua matamu terbuka lebih lebar, mengamati atap kamar berwarna hitam dengan corak emas elegan, kamu masih ada di ruangan rumah sakitmu. Kamu kebingungan setengah mati, apakah ini surga? Atau mungkin bukan? Kamu mulai mendongakkan wajahmu dan menemukan Jaehyun yang menatapmu penuh arti.

Tidak lama kamu langsung menengokkan wajah kembali dan menemukan bunga mawar segar yang ada di vas sebelah tampat tidurmu. Hanya satu orang yang kamu pikirkan. Kim Hanbin. Rindu, kamu merindukannya.

"Kak Hanbin..." lirihmu pelan membuat Hanbin yang sempat terpuruk langsung membuka lebar matanya penuh harap.

"Kak Hanbin dimana?" Kamu bertanya pelan, membuat Jaehyun merasakan remasan kecil di dadanya, mengetahui bahwa bukan dia yang kamu cari pertama kali. Hanbin mendekat kearahmu kemudian menggeser posisi Jaehyun. Hanbin membungkuk meraih tanganmu kemudian tersenyum penuh arti.

"Aku disini, Na." Hanbin berucap lirih, kamu merasakan tenang yang luar biasa, air mata mengalir dari kedua matamu, begitu pula dengan Hanbin yang kemudian mengecup dahimu pelan.

"Kak, aku kangen." Satu kata yang kamu ucapkan pelan, Hanbin mengangguk mengerti kemudian tersenyum begitu bahagia, masih tetap meneteskan air matanya.

"Iya Na, iya. Aku juga kangen. Sekarang kita panggil dokter dulu ya? Kita periksa dulu kamu." Hanbin berucap begitu lembut sambil membelai kepalamu pelan, kamu mengangguk dan saat itu juga Hanbin menekan tombol suster.

Jung Jaehyun terdiam, berdiri dalam keheningan menatap kalian berdua, sadar bahwa sekarang tembok tinggi yang tebal makin amat terbangun jelas antara kamu dan Jaehyun.

•••

Dokter memeriksa seluruh keadaanmu secara mendalam, sedangkan kamu merasakan kembali kosong. Kamu kira semuanya akan berakhir, kamu kira saat kamu membuka mata, kamu akan menemukan sebuah kedamaian lain yang tidak terhingga. Namun kamu kembali ke dalam ruangan ini, kamu masih menjalani kehidupanmu kembali.

Entah bagaimana kejadian sebenarnya, tapi kamu ingat bagaimana kamu kehilangan nafas dan kehilangan jiwamu. Sampai pada akhirnya kamu sudah tidak sadar sepenuhnya. Kamu kira kamu akan menjalani kehidupan selanjutnya di alam lain dengan keadaan yang lebih damai. Namun salah, Tuhan berkata lain.

"Syukur kamu masih bisa diselamatkan. Kita mati-matian buat selamatin Nana yang sempet hilang detak jantungnya beberapa detik. Nana, sekarang kita harus menghargai kehidupan kita ya?" Dokter berkata lembut, kamu hanya mampu menatapnya kosong, tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulutmu.

Dokter hanya mampu bernafas pelan kemudian tersenyum padamu. Perlahan akhirnya ia menghadap pada Hanbin dan Jaehyun yang berdiri mengamati pemeriksaan.

"Nana baru bangun, jangan dibikin bingung ya? Habis ini bisa disuapin makanan yang udah dianter, jangan banyak tekanan dulu ya. Jangan luput dari pengawasan juga, keadaan Nana masih rawan. Boleh saya bicara sama keluarganya?" Sang dokter bertanya serius, saat itu juga baik Hanbin dan Jaehyun langsung mengajukan diri bersamaan.

"Saya tunangannya, Dok." Jaehyun berucap cepat membuat Hanbin langsung menoleh tidak percaya. Tunangan katanya?

"Lu tunangan darimana? Dok sama saya aja." Hanbin mengajukan diri membuat Jaehyun menatap tidak terima.

"Lu juga siapa sih anjir?! Lu siapanya?!" Jaehyun menatap menantang membuat dokter ikut kebingungan. Akhirnya dokter mengalah kemudian memisahkan Hanbin dan Jaehyun. Daripada keadaan menjadi lebih kacau, lebih baik dipisahkan sebelum kedua lelaki ini meruntuhkan bangunan rumah sakit.

Sedangkan kamu mengamati punggung ketiga lelaki yang ada di depanmu, termasuk sang dokter. Kamu lebih memilih untuk mengalihkan pandangan dan tidur memiringkan badan. Yang ada dalam pikiranmu sekarang begitu kacau, apa yang kamu tuju ternyata gagal, dan menjalani kembali kehidupan akan terasa semakin berat.

Dokter melihatmu sekilas kemudian menghembuskan nafasnya pelan,

"Keadaan Nana pasti sekarang masih syok, karena dia pasti punya pikiran dia akan bangun dengan ekspektasi bahwa dia akan di dunia lain, atau seengganya penderitaan yang dia emban itu udah berakhir. Tapi dia ternyata masih ada disini, sama aja kaya dia akan bertambah beban karena ada riwayat suicide di cacatan hidupnya. Jadi tolong, jangan tambahi beban Nana. Seengganya berikan tempat yang nyaman." Sang dokter menatap Jaehyun dan Hanbin bersungguh-sungguh karena dia tau, kedua lelaki itu tidak akur.

"Besok jam 9, Nana ketemu Psikiater ya, Dokter Jun Jihyun dan Dokter Na Jaemin. Tolong kerja samanya ya? Berikan Nana rasa nyaman dan jangan terlalu memberi tekanan." Sang dokter berpesan kemudian Jaehyun dan Hanbin sama-sama mengangguk sebelum akhirnya dokter menghilang dari balik pintu.

Jaehyun menatap Hanbin dengan tajam, begitu pula dengan Hanbin yang menatap Jaehyun menantang. Namun mereka sama-sama diam tanpa menimbulkan kegaduhan. Iya, mereka tau bahwa mereka harus menjagamu.

Euphoria Season 2 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang