13. AAT Sesion

178 32 0
                                    

"Nana!" Jaemin berseru saat melihatmu keluar dari pintu rumah, bahkan ia beberapa saat terpesona dengan paras cantikmu yang luar biasa. Hari ini kamu menggunakan make up tipis dipadukan dengan dress baby pink yang anggun. Kamu tersenyum melambai pada lelaki itu, ayahmu ikut mengantarmu kedepan membuat Jaemin mau tidak mau turun dari mobil mewahnya.

"Pagi, Om." Jaemin menunduk dan menjabat tangan ayahmu, ayahmu tersenyum kemudian menepuk pundak Jaemin.

"Kamu makin seger aja, Dok. Gimana rumah sakit?" Ayahmu berbasa-basi sedangkan kamu langsung menyenggol pinggang ayahmu agar ia tidak berlama-lama mengobrol.

"Rame, Om. Saya sih bersyukur banget bisa kesini, sekalian kabur dari rumah sakit hehehehe." Jaemin tertawa polos membuat ayahmu kembali tersenyum lebar kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kan sama aja kamu kerja, kamu kesini kan mau terapi sama Nana." Ayahmu menggoda Jaemin yang kemudian membuat lelaki berkemeja kuning langsat itu tertawa bersama ayahmu. Kamu menggeleng pelan kemudian menarik Jaemin untuk masuk ke dalam mobil. Jika tidak begini, bisa sampai pagi urusannya.

"Ayah, Nana pergi dulu ya. Jaemin ayo." Kamu menarik tangan Jaemin yang akhirnya menunduk memberi salam pada ayahmu. Bisa gawat jika tidak segera dibawa pergi dari situ. Akhirnya kamu dan Jaemin melenggang menembus jalanan menuju ke ibu kota, menuju ke salah satu cafe unik yang membuatmu tersenyum lebar.

Kamu berjalan antusias masuk kedalam cafe membuat Jaemin juga ikut tersenyum lebar.

"Ini beneran terapi hari ini kita ke cafe ini?" Kamu kembali bertanya tidak percaya, Jaemin mengangguk tanpa jeda karena jadwal hari ini memang animal therapy. Ia membawamu ke salah satu dog cafe yang terkenal, Jaemin tersenyum senang saat melihatmu memeluk salah satu anjing putih kecil yang menghampirimu dengan girang.

"Kamu gemes banget? Namanya siapa? Caca? Halo sayang..." kamu membaca nama yang ada di kalung anjing kecil itu. Kamu menggendong Caca, sebelum akhirnya anjing-anjing lain menyerbumu hingga kamu kualahan dan hanya mampu tertawa lepas. Jaemin berjongkok menemanimu yang masih asik tertawa bersama anjing-anjing tersebut, Jaemin mengamati setiap pergerakanmu, begitu cantik dan indah di matanya.

Jaemin sadar betul bahwa kamu sekarang sudah jauh lebih baik dari saat pertama kali kalian bertemu, pipimu sudah mulai berisi, tawamu begitu lebar dari pipi ke pipi, dan yang paling penting dari laporan harian, tingkat depresimu sudah menurun drastis. Jaemin memang dokter yang sangat handal, dia berhasil menyembuhkan banyak pasien, namun entah mengapa ia merasa sedih sekarang. Jika kamu sembuh, maka alasan kalian untuk bertemu sudah tidak ada bukan?

Jaemin menghembuskan nafasnya, membuatmu juga ikut menengok kearah Jaemin. Kamu tersenyum kemudian berbisik pada Caca agar berlari pada Jaemin, dan benar saja Jaemin langsung terkejut saat Caca menubruknya begitu lucu.

"Jangan cemberut makannya." Kamu berucap bercanda kemudian bermain dengan anjing-anjing lainnya, sedangkan Jaemin malah mengamatimu bersungguh-sungguh, perlahan tangannya terulur dan menggenggam tanganmu begitu erat, membuatmu mengalihkan eksistensi yang ada.

"Engga tau kenapa aku ngerasa sedih karena kamu semakin hari semakin membaik." Jaemin menatapmu dalam, kamu mendongak menatap pada manik coklat lelaki itu. Jaemin melihat betapa cantiknya dirimu dengan tatapan polos yang sangat indah.

"Kalau kamu sembuh, kita bakal makin susah punya alasan buat ketemu, dan aku ngga suka itu. Aku pengen ketemu kamu terus, pengen liat kamu tiap hari, pengen nemenin kamu." Jaemin berucap jujur membuatmu terdiam setengah mati, tidak akan mengira jika Jaemin akan mengatakan itu semua. Kamu membuka dan menutup mulutmu kebingungan, tidak tau apa yang harus kamu jawab. Sedangkan Jaemin menatapmu penuh dengan harapan, mengijinkan dirinya untuk bertemu denganmu setiap hari.

"Selamat pagi, Dokter Jaemin. Hari ini terapi lagi ya?" Satu pelayan cafe memecahkan keheningan diantara kamu dan Jaemin, membuat Jaemin mau tidak mau mengalihkan perhatiannya dan tersenyum sopan pada sang pemilik cafe. Kamu bernafas lega, karena jujur, kamu tidak tau harus menjawab apa. Bagaimana bisa Jaemin berfikir hingga seperti itu?

Kamu keluar dari cafe sekitar pukul 1 siang, hari ini begitu menyenangkan karena sesi terapi dilakukan bersama banyak anjing yang membuatmu merasa nyaman dan rileks, dalam istilahnya merupakan AAT, animal-assisted therapy dan justru ini adalah terapi paling mengesankan yang pernah kamu lakukan.

Kamu menunggu di dalam mobil selagi Jaemin masih berbincang dengan pemilik cafe. Tidak lama, handphonemu bergetar, kamu mengalihkan pandangan kemudian tersenyum menatap pada layar handphone yang menampilkan nama Hanbin.

"Halo?" Kamu mengangkat telepon masih dengan senyuman, di seberang sana Hanbin langsung tersenyum saat mendengar suaramu. Ia sedang duduk di kursi pengadilan bersama pengacaranya dan Donghyuk karena beberapa menit lagi, sidang akan di mulai.

"Terapinya udah selesai?" Hanbin bertanya sambil sesekali mengangguk saat ditanyai oleh sang pengacara.

"Iya udah selesai. Hari ini aku diajak Jaemin ke dog cafe gitu, lucu banget, akunya jadi makin rilex. Terus kata Jaemin, aku udah mau sembuh loh!" Kamu berucap begitu gembira, Hanbin juga ikut tersenyum. Ia menyadari bahwa kini kamu perlahan sudah berubah jauh lebih baik, Bobby tidak lagi melapor saat tengah malam tiba-tiba kamu berteriak histeris, atau kamu tidak mau makan. Bahkan kamu sekarang selalu tersenyum menampilkan gigi putihmu, berpadu dengan pipi yang mulai berisi. Hanbin tersenyum lega, meski ada perasaan tidak nyaman kepada Jaemin, ia bersyukur Jaemin bisa menyembuhkanmu.

"Lima belas menit lagi sidangku mulai, habis ini aku tutup ya? Janji sama aku, makan siang yang banyak. Nanti kalau selesai sidang, aku ke rumah kamu oke?" Hanbin kembali tersenyum sambil mengamati fotomu yang terpajang di memo booknya, kamu mengangguk dengan antusias sebelum akhirnya eksistensi Jaemin menyita perhatianmu.

"Loh Caca? Kok Caca ikut?" Kamu bertanya pada Jaemin yang membawa Caca, anjing putih yang sangat akrab denganmu, masuk bersama Jaemin. Caca langsung bergerak heboh untuk duduk di pangkuanmu membuatmu tertawa kemudian mengecupi kepala anjing kecil itu.

"Hadiah buat kamu, biar kamu ada temennya. Caca bakal sama kamu terus mulai sekarang. Jadi jangan takut sendirian ya?" Jaemin mengelus pucuk kepalamu lembut, kamu mengangguk antusias kemudian langsung menyambung telepon pada Hanbin kembali.

"Kak, aku dapet anjing! Lucu banget namanya Caca! Nanti malem Kak Hanbin main ya! Kita main sama Caca!" Kamu begitu antusias tidak menyadari di seberang sana, Hanbin cemburu setengah mati karena Jaemin yang selalu memberikan sesuatu kepadamu. Namun perlahan kerutan di alis Hanbin menghilang saat kamu berkata bahwa ingin memperkenalkan ia pada Caca, itu berarti Hanbin adalah orang pertama yang ingin kamu bagi kebahagiaan bukan?

"Iya sayang. Nanti aku kesana, sekarang aku matiin dulu ya teleponnya? Sampai ketemu nanti malam ya?" Hanbin sekali lagi tersenyum, tidak sabar ingin bertemu denganmu dan juga teman barumu.

Sedangkan di sebelahmu, Jaemin menatap dengan lekat, melihat bagainana pipimu merona hanya karena Kim Hanbin yang akan berkunjung ke rumahmu malam ini. Jaemin sadar bahwa rona pipimu tidak akan pernah ia dapatkan untuk dirinya, dan ia sadar bahwa tatapan penuh cinta itu tidak akan ia dapatkan. Jaemin tersenyum dalam diam, mengagumimu tanpa mampu berkata apapun.

Euphoria Season 2 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang