29. The Best for You

155 27 0
                                    

Kamu membuka matamu perlahan kemudian terkejut bukan main saat menemukan hari sudah menggelap, bahkan kamarmu benar-benar tidak ada pencahayaan sama sekali. Tanganmu segera meraih lampu nakasmu dan menyalakannya, pukul 10 malam, sepertinya kamu sudah tertidur cukup lama.

Pun dengan langkah yang berat, kamu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sampai akhirnya kamu memutuskan untuk keluar dari kamar. Persetan dengan Kim Hanbin, mungkin lelaki itu sudah pulang karena pasti Sela sudah merengek di rumah neneknya.

Namun dugaanmu salah saat kamu membuka pintu, Kim Hanbin tertidur pulas diatas bantal besar dengan kertas dokumen yang ia peluk. Ia tidak menyerah untuk menunggumu.

Kamu menghembuskan nafas begitu kesal, tentu saja kamu mendengar semua penuturan Kim Hanbin tadi, mungkin ini semua memang salahmu karena terlalu cepat membuat kesimpulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu menghembuskan nafas begitu kesal, tentu saja kamu mendengar semua penuturan Kim Hanbin tadi, mungkin ini semua memang salahmu karena terlalu cepat membuat kesimpulan. Tapi siapa juga yang rela melihat kekasihnya berciuman dengan wanita lain?

Akhirnya kamu meninggalkan Hanbin, memutuskan untuk turun ke bawah, menenangkan pikiranmu dengan segelas susu hangat mungkin? Namun yang ada kamu terkejut dengan keberadaan Bobby yang duduk menatap tajam padamu.

"Ya ampun, jangan ngagetin dong ah!" Kamu melangkah santai melewati Bobby kemudian langsung ke kulkas untuk mengambil kotak susu. Bobby melangkahkan kakinya mendekatimu.

"Bangunin Hanbin gih. Dia ngga mau makan dari siang, lu juga kan? Lu berdua lagi diet apa gimana sih? Jangan gitu ah. Kalo ada masalah diomongin, gue yakin Hanbin ada alasan, dan gue ngga mungkin ngijinin dia masuk kesini kalo dia salah. Lu haruㅡ"

"Iya gue tau. Gue cuma lagi bingung harus gimana." Ucapmu pelan, nyatanya memang begitu, sebagaimana pun Hanbin, kamu tau dia adalah lelaki yang setia, dan kamu tau Bobby pasti tidak akan mengijinkan Hanbin masuk jika memang Hanbin yang memiliki kesalahan.

Bobby menghembuskan nafasnya pelan, "sana bangunin, ajak makan, diomongin baik-baik mumpung ayah ibu lagi ngga di rumah. Ngga lucu kalo ampe ayah tau, bisa-bisa ngga mau tau alesannya, Hanbin disate."

Kamu menghembuskan nafas, akhirnya kamu menurut pada kakakmu dan kembali melangkahkan kaki ke lantai dua. Hanbin masih tertidur begitu pulasnya, sesekali ia mengerutkan dahi, entah apa yang ia mimpikan. Kamu berjongkok menatap pada kekasihmu itu kemudian menekan jari telunjukmu pada pipi Hanbin.

"Kak... bangun." Kamu menusuk-nusuk pipi Hanbin hingga lelaki itu terganggu, menampar pipinya sendiri yang ia kira dihinggapi nyamuk. Namun hal itu nyatanya membuat Hanbin terbangun, kamu menutup bibirmu untuk menahan tawa kemudian mengalihkan pandangan.

"Engh.... Nana..." Hanbin bergumam kemudian mendudukkan tubuhnya, ia menatapmu langsung dengan tatapan yang begitu sedih, seakan-akan meminta kesempatan ampunan padamu. Kamu menatap Hanbin datar.

"Ayo makan." Hanya dua kata yang keluar dari bibirmu. Hanbin masih mencoba untuk mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya, menatapmu lekat kemudian menarik tanganmu dalam genggamannya.

"Ayo makan dulu, Kak. Kamu belum makan dari siang." Ucapmu kemudian bangkit, Hanbin menatap punggungmu yang semakin menjauh kemudian memutuskan untuk mengikutimu ke dapur. Yah memang benar setidaknya ia harus menurutimu untuk makan dulu.

•••

"Nana..." Hanbin kembali membuka suara saat kamu sedang mencuci piring di wastafel, perlahan Hanbin memelukmu dari belakang, menyandarkan dagunya pada pundakmu. Kamu diam tanpa bersuara mencoba untuk fokus pada aktifitasmu sekarang.

"Sayang jangan marah ya? Aku minta maaf." Ucap Hanbin berbisik, kamu masih setia mendengarkan hanya mampu menghala nafas. Hanbin menyadari itu kemudian mengeratkan pelukannya.

"Tadi aku ke pantry, mau bikinin kamu kopi terus mau minta maaf. Aku salah udah bentak kamu, dan aku juga salah karena terlalu fokus sama kerjaan. Tapi ngga tau kenapa Ina malah gitu, aku nolak dia, dan aku beneran marah tadi. Aku sama sekali ngga bermaksud buat nyakitin kamu." Hanbin masih berusaha menjelaskan, kamu membilas bersih piring yang ada kemudian menata pada rak di samping wastafel. Perlahan Hanbin meraih kain pengering dan mengeringkan tanganmu dengan telaten, masih tetap memelukmu dari belakang.

Kamu mengamati tangan Hanbin yang kini menggenggam erat tanganmu, merapatkan pelukannya. Hanbin mendongakkan wajah menatap sudut wajahmu yang begitu cantik baginya, kemudian Hanbin mengecup pipimu ringan, gitu lembut tanpa paksaan, nafas hangatnya menerpa kulitmu.

"Maafin aku ya?" Hanbin kembali membuka suara, akhirnya kamu memberanikan diri untuk membalik badan menghadap Hanbin, Hanbin masih setia memeluk pinggangmu, masih menatapmu memohon.

"Kak Hanbin jujur kan sama aku?" Kamu mulai membuka pertanyaan, Hanbin langsung mengangguk bersumpah.

"Mana berani aku bohongin kamu, Na? Mana tega aku? Kamu tau gimana aku sayang banget sama kamu, kalau kamu ngga percaya, tanya aja Yeri. Dia jadi saksi aku beneran marah sama Ina." Hanbin memelukmu, menyamankan tubuhnya bersandar padamu, kamu balas memeluk Hanbin, kalian berdua sama-sama menghela nafas karena memang semua ini terasa melelahkan. Namun kalian percaya satu sama lain bahwa semua akan berlalu baik-baik saja.

"Maafin aku juga udah bentak kamu, aku cuma lagi pusing. Maaf ya? Ngga seharusnya aku kaya gitu dan ngga seharusnya juga aku jadi ngga mikirin soal nikahnya kita. Aku janji habis ini aku bakal fokus sama semua persiapan, maaf ya, sayang? Maafin aku." Hanbin kembali menatapmu, membelai pipimu lembut. Akhirnya kamu mengangguk, kamu percaya pada Hanbin apa lagi Bobby masih memberikan kesempatan pada Hanbin untuk bertemu denganmu, pasti Bobby akan memberikan yang terbaik untukmu.

Hanbin tersenyum kemudian mengecup bibirmu perlahan, menyatukan penuh kasih sayang dengan jemarinya yang membelai pipimu lembut.

"Aku mau cium kamu sampe pagi, aku ngga suka banget ada orang lain yang ngambil hak kamu. Ngga suka banget." Hanbin berbisik.

"Really?" Kamu bertanya menggoda, Hanbin kemudian tertawa dan mengangguk yakin.

"Karena kamu itu udah lebih dari cukup buatku."

Iya, selalu. Kim Hanbin dan dirimu.

Euphoria Season 2 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang