9. Teddy Bear

198 33 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 9 malam, kamu duduk memandang padatnya lalu lintas malam ini. Perlahan kamu menghembuskan nafasmu pelan. Hanbin tidak kunjung datang, biasanya ia akan datang pukul setengah 5 tepat sambil menenteng bunga dengan senyuman di wajahnya. Namun hari ini, Hanbin tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali.

Kamu bangkit, mencoba untuk sekali lagi mencari keberadaan handphonemu namun nihil. Seandainya kamu tau kemana handphonemu, mungkin akan lebih mudah bagimu untuk menghubungi Hanbin.

"Mas, tau hp gue dimana ngga? Dahyun, tau hp gue dimana?" Kamu bertanya pada dua orang manusia yang masih asik menonton televisi. Bobby dan Dahyun bertukar pandangan, sama-sama melempar tatapan, 'sana cari alasan!'

"Eng... ngga tau. Emang lu taruh mana?" Dahyun akhirnya menyengir berbohong. Kamu mengerutkan alis masih berusaha untuk mencari di dalam laci nakas.

"Kalo gue tau, gue ngga nanya." Kamu gelisah tentu saja. Sedangkan Bobby menghela nafas panjang, handphonemu ada di saku lelaki itu. Ia tidak ingin kamu membuka portal media dan melihat berita yang sedang gempar suarakan. Semuanya bisa kacau, begitu juga dengan kesehatanmu.

"Selamat malam!"

Satu suara mengagetkan kalian bertiga. Jaemin masuk dengan senyum lebarnya bersama seorang perawat yang mengekori. Kamu tersenyum menyambut lelaki itu.

"Nana lagi cari apa? Kok mukanya bingung gitu?" Jaemin menatapmu lekat sambil membungkukkan badannya karena tinggimu jauh di bawah lelaki itu. Kamu tersenyum menggeleng.

"Handphoneku ngga ada. Tapi ngga papa, nanti juga ketemu." Kamu menjawab ringan kemudian Jaemin mengangguk dan mempersilahkan kamu kembali tidur di atas ranjangmu. Jaemin membantumu tentu saja, lelaki itu begitu telaten padamu sampai suster di sampingnya terheran-heran. Tidak biasanya Jaemin begitu sayang pada pasiennya sampai seperti ini.

Jaemin mengukur suhu tubuhmu, detak jantungmu dan lain sebagainya. Lelaki itu mengangguk mengerti kemudian menggenggam tanganmu lembut.

"Kalau kamu tambah sehat terus kaya gini, bisa nih pulang tiga hari lagi. Tapi berarti kita bakal jarang ketemu dong?" Jaemin menatapmu sedih. Sedangkan kamu malah tersenyum senang, memikirkan banyak rencana yang bisa kamu lakukan bersama dengan Hanbin nantinya.

"Hehe... aku seneng kalau aku bisa pulang. Bisa tidur di rumah." Kamu menjawab jujur dengan polos membuat Jaemin tersenyum padamu, mengamati bagaimana rona pipimu menjadi merah karena rasa bahagia. Cantik, kamu sangat cantik.

"Tapi terapinya tetep jalan ya? Janji sama aku juga, meski kamu udah sembuh, kita harus tetep ketemu ya!" Jaemin mengulurkan kelingkingnya untuk membuat janji padamu, kamu tertawa pelan kemudian menyambut tangan lelaki itu.

"Janji!" Kamu berucap bersemangat karena Jaemin memang lelaki yang cukup baik untuk menjadi temanmu. Ia tidak pernah memberikan dampak negatif sama sekali, mungkin karena memang ia sudah bisa bersikap dan tau cara menghadapi orang sepertimu.

"Oh iya, aku tadi jalan-jalan ke mall, sebenernya cuma ngadem aja sih. Terus aku liat ini, jadi inget kamu." Jaemin memberikan satu paper bag padamu. Kamu tersenyum kemudian membukanya perlahan, satu teddy bear lucu menyambutmu, membuatmu tersenyum semakin lebar.

"Kalau kamu ngerasa sedih, peluk aja, telepon aku. Aku pasti bakal dateng buat kamu." Jaemin mengacak rambutmu pelan, kamu mengangguk kemudian memeluk teddy bear tersebut.

" Jaemin mengacak rambutmu pelan, kamu mengangguk kemudian memeluk teddy bear tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bobby mengamati kalian berdua, mematung melihat Jaemin yang menatapmu penuh arti. Seakan-akan dia rela menembus hujan badai hanya untuk bertemu denganmu. Bobby berdecak pelan kemudian keluar dari ruangan. Ia tau, Jaemin berperan bukan hanya sebagai dokter saja.

•••

"Pak Hanbin bisa pulang hari ini, minggu depan kita buka jahitannya ya. Jangan lupa untuk makan asupan gizi yang baik agar lukanya cepat mengering." Seorang dokter berucap lembut pada Hanbin. Lelaki itu hanya sekedar mengangguk, ingin cepat-cepat pergi dari sini karena sudah 3 hari ia terjebak di kamar rumah sakit. Ia harus bertemu denganmu.

Hanbin meringis saat ia mencoba untuk menapakkan kakinya pada lantai, perlahan ia mencoba untuk berjalan menggunakan kruk.

"Bisa ngga, njir? Kaya kakek-kakek lo." Bobby berkata pelan kemudian membantu Hanbin untuk berdiri tegap.

"Masih untung tembakannya meleset kena kaki, itu aja pelurunya cuma nyerempet. Coba kalo beneran di dada. Apa kaga nangis lo kangen sama gue?" Hanbin berkata santai kemudian melangkah perlahan, sedangkan Bobby mendenguskan nafasnya kesal.

"Gue kaget banget pagi-pagi liat portal, ngga lama lo telepon gue. Curut banget lo! Untung Nana lagi terapi." Bobby memukul belakang kepala Hanbin, membuat lelaki itu mengaduh keras kemudian memukul kaki Bobby dengan kruknya. Bobby hanya tertawa merangkul Hanbin untuk keluar dari kamar rawat sementaranya menuju ke kamarmu.

"Nana kaget ngga ya liat gue kaya gini ntar?" Hanbin iseng bertanya sambil berjalan beriringan dengan Bobby, Bobby langsung mengangguk tanpa jeda.

"Iya lah anjir. Apa kaga panik ntar dia? Terus si Jungha sama Jaehyun gimana?" Bobby bertanya mulai tertarik, sedangkan Hanbin langsung tersenyum masam.

"Dua duanya udah dibawa ke kantor polisi. Sidang cerai gue minggu depan, sidang pidananya Jungha sama Jaehyun tiga hari setelah sidang cerai gue. Gue udah fix banget bakal menangin gugatan." Hanbin berucap santai, ada sedikit rasa kasihan pada Jungha, karena bagaimana pun, dia belum sempat memperlakukan Jungha dengan baik.

Bobby mengangguk mengerti kemudian tertawa puas, "ini kalo emak bapak gue ngerti kelakuan Jaehyun, marah dah mereka berdua."

Hanbin dan Bobby sama-sama tertawa, Hanbin bercerita secara detail bagaimana kejadian semalam sangat menguras tenaganya, Bobby menyimak dengan serius sambil berjalan menuju ke kamarmu, sebelum akhirnya satu suara perempuan mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Pak Hanbin!" Seol Ina tergopoh-gopoh berlari menuju pada Hanbin sambil membawa satu rangkaian bunga di tangannya. Bobby memandang Hanbin bertanya sedangkan Hanbin hanya mampu menghela nafas panjang.

"Kayanya dia cewek baru di kantor gue. Gue lupa." Hanbin berbisik pada Bobby yang kemudian lelaki itu mengangguk mengerti.

"Pak, saya dapet kabar, katanya Bapak kena tembak? Ngga papa? Sakit?" Ina bertanya khawatir kemudian pandangannya turun pada kaki Hanbin yang sudah di perban. Hanbin menatap Ina kebingungan, begitu juga dengan Bobby.

"Saya ngga papa. Kamu kesini sendirian?" Hanbin melihat ke belakang Ina, mengira teman kantor akan ada yang menyusul, namun Ina segera mengangguk menandakan bahwa ia sendirian. Hanbin tertawa pelan.

"Makasih ya udah dateng, saya udah ngga papa dan udah boleh pulang kok. Ini saya mau pulang." Hanbin berkata secara tidak langsung agar Ina pergi, namun gadis itu malah masih menatap lekat pada Hanbin.

"Saya anter ya, Pak? Ngga mungkin bisa bawa mobil kan?" Ina langsung menggandeng lengan Hanbin membuat Bobby dan Hanbin sama-sama terkejut, dengan segera Hanbin berusaha pelan untuk melepas tangan Ina dari lengannya.

"Saya mau ke kamar pacar saya, kamu pulang aja dulu ngga papa kok." Hanbin menolak dengan halus, sedangkan Ina mengerutkan alisnya tidak suka. Pacar? Bukannya Hanbin sudah memiliki istri seperti yang dikabarkan diberita? Bukankah mereka akan segera bercerai?

"Saya ikut!" Ina berseru kembali mengagetkan Bobby dan Hanbin. Mereka bertiga terjebak dalam keheningan hingga Bobby mendengus kesal, namun Hanbin akhirnya mengangguk pelan.

"Yaudah. Mumpung kamu udah sampai disini, ngga papa." Hanbin akhirnya mengijinkan Ina dengan terpaksa, sedangkan Ina hanya tersenyum senang menanggapi itu.

Euphoria Season 2 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang