7. Cinta

178 31 6
                                    

Arya tersenyum lebar melihat tanda telah dibaca di samping chat yang baru ia kirimkan pada Leila. Nggak lama lagi cewek itu pasti mencarinya. Arya berani taruhan, mungkin 5 sampai 10 menit lagi Leila akan muncul di ujung kantin.

Jadi, sebelum Leila datang, Arya memilih menghabiskan nasi goreng yang jadi menu makan siangnya kali ini dengan segelas es teh manis.

"Indahnya dunia!" celetuknya di sela kunyahannya saat matanya nggak sengaja menangkap beberapa burung terbang dari dahan pohon mangga di parkiran.

Nggak ada alasan untuk memaki dunia hari ini walaupun biasanya ia selalu kesal tiap hari senin. Ulangan matematikanya tadi berjalan lancar dan kemungkinan Leila akan bersikap lunak padanya setelah ini cukup bikin hati Arya berbunga. Apalagi pas matanya menangkap sesosok cewek yang berjalan di tengah kantin dengan menenteng kotak bekal. Cengiran lebar mampir di wajahnya.

"Eh, Rizka!"

Cewek berambut panjang yang dikuncir asal itu menaikkan kedua alisnya dengan tatapan bingung, tapi akhirnya mendekat dan duduk di depannya.

"Kenapa? Mau nanyain Lele? Dia ada di kelas," terang cewek bernama Rizka yang merupakan teman sebangku Leila itu tanpa diminta.

Arya mengangguk, menggeser piring nasi goreng yang sudah bersih lalu ganti menarik es tehnya. "Bentar lagi juga ke sini."

Rizka mengerutkan dahi, sangsi dengan ucapan Arya yang lebih sering ngaco itu. Leila bilang Arya itu mantannya paling gila dan harus dihindari. Jadi tiap ada Arya, Rizka otomatis bersikap defensif.

"Dua menit lagi," tambah Arya setelah melirik ponselnya.

Rizka menghela napas jengah. "Terserah lo deh. Gue duluan, Arya."

Arya cuma mengedikkan bahu, membiarkan Rizka meninggalkan mejanya. Kedua mata Arya terfokus pada ujung kantin yang jadi akses masuk dari koridor.

Senyumannya kembali terbit saat ia lihat punggung Rizka berhenti di tengah jalannya keluar kantin, sedangkan di ujung kantin Leila tampak terburu-buru memasuki kantin dengan tangan menenteng ponsel.

Arya menikmati pertunjukan seru ini, ketika dua cewek itu bertemu lalu terlibat percakapan yang pastinya menyangkut tentang dirinya sebelum kemudian keduanya berjalan ke arahnya.

"Lo balikan, Le? Kok lo nggak bilang sih?!"

"Apaan sih, Riz! Nggak, gue ada urusan sama Arya!"

"Urusan apa? Katanya lo harus ngehindari Arya sekarang malah nyamperin! Gimana sih?!"

"Udah deh, ntar gue ceritain. Gue harus ngomong sama Arya dulu!"

Percakapan itu sampai di telinga Arya yang cuma senyum-senyum dengan tangan kanannya yang menyangga dagu sedangkan tangannya yang lain mengaduk es teh dengan sedotan.

"Arya!"

"Iya, sayang?"

Wajah Rizka langsung berubah, kedua matanya melotot ke arah Leila meminta penjelasan. Tapi Leila bergeming dan langsung menarik tangan Arya, memaksanya untuk berdiri.

"Ntar gue jelasin, Riz!" ujar Leila sebelum menarik Arya keluar kantin.

Arya memberikan senyum terlebarnya pada Rizka yang masih diliputi kebingungan.

"Duluan, Rizka!"

•×•

Arya pasrah ditarik Leila dari kantin sampai koridor. Senyumannya mengembang melihat tangannya yang berada di genggaman Leila. Rambut panjang Leila yang dikuncir asal itu bergoyang mengikuti gerakannya yang berjalan cepat selangkah di depan. Arya bisa aja meraih tangan itu dan ganti menggenggamnya, atau menjajari langkah Leila yang pendek itu, tapi kali ini Arya memilih diam.

DistorsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang