"Kenapa lo nggak sekalian hilang dari hidup gue, Ar? Kenapa lo harus selalu ninggalin jejak yang bikin gue nggak bisa lupa sama lo?"
Tenggorokannya kering. Pertanyaan Leila barusan seolah mencekiknya. Arya menelan sisa-sisa rasa kopi dalam mulutnya.
"Gue nggak bisa, Le," ujarnya pelan.
"Kenapa nggak bisa?!" bentak Leila. "Dulu lo pernah dengan gampangnya ninggalin gue dan bersikap seolah gue nggak pernah ada di hidup lo. Kenapa sekarang nggak bisa?!"
Arya balas menatap Leila. Kedua matanya tertuju lurus pada manik mata yang menatapnya nanar. "Karena sekarang gue sayang sama lo, lebih dari sebelumnya."
Leila menyipitkan kedua matanya dengan tatapan jengah. "Nggak pernah sekali pun gue percaya sama omongan lo."
Arya menghela napas panjang. Ia menegakkan punggung dan melempar pandangan ke arah lampu taman di depan rumah Leila.
"Gue tau, makanya gue mau buktiin lewat tindakan."
Arya berdiri dari duduknya, meraih tasnya di lantai. Hanya selangkah, ia kembali berhenti dan menunduk di depan Leila, bertumpu pada kaki kirinya. Di posisinya ini, ia bisa melihat dengan jelas seluruh wajah Leila yang hanya diterangi lampu teras.
"Gue bakal hilang dari hidup lo, sementara," ujar Arya pelan.
"Tapi, maaf, gue nggak akan berhenti naruh susu strawberry di meja lo, gue nggak akan ngelepas mata gue dari lo."
Arya melepas gelang dengan bandul berbentuk gembok pemberian Leila. "Titip. Gue ambil kalo lo udah siap gue perjuangin lagi."
Ditaruhnya gelang itu di telapak tangan kanan Leila yang Arya genggam dan dalam satu tarikan cepat, kedua lengan Arya merengkuh tubuh Leila dalam pelukannya.
Pelukan itu hanya sebentar. Singkat. Cepat. Tapi, sukses menghangatkan hati Arya yang memendam rindu selama ini.
"Gue pulang. Makasih kopinya."
Arya berdiri, menepuk pelan puncak kepala Leila dan mengucapkan salam sekali lagi. Arya berusaha keras untuk nggak menoleh ke belakang walaupun punggungnya terasa seperti dilubangi oleh tatapan mata Leila.
Arya menstarter motornya. Ia menghela napas sekali lagi sebelum kemudian melajukan kendaraan berharganya itu, meninggalkan Leila dalam keterdiaman dan perasaan sesak yang ia pendam dalam-dalam.
•×•
Leila menatap gelang Arya yang kini ada di genggamannya. Ia ingat saat membeli gelang ini di salah satu toko pernak pernik di mal. Leila jatuh cinta pada gelang ini di detik pertama ia melihatnya, satu hal yang langsung muncul di pikirannya saat itu adalah Arya. Leila lantas membelinya sepasang dengan gelang yang punya bandul bentuk kunci.
Tangannya bergerak memasang gelang itu di pergelangan kirinya, berdampingan dengan gelang kunci miliknya. Sekarang dua gelang pasangan ini ada di tangannya dan otaknya kembali memutar kalimat Arya tadi.
"Titip. Gue ambil kalo lo udah siap gue perjuangin lagi."
"Kenapa dia pede banget kalo gue mau sama dia?"
Leila meraba tali hitam gelang itu. Dibanding miliknya yang masih terasa mulus, gelang punya Arya agak kasar dan pudar.
"Pasti dipake mulu."
"Gue bakal hilang dari hidup lo, sementara."
Leila geleng-geleng kepala, berusaha mengeluarkan sepotong kenangan yang baru sejam lalu terjadi. Suara Arya masih terdengar begitu jelas di telinganya, ekspresi serius cowok itu sangat berbanding terbalik dengan Arya yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi
Teen Fiction"Kenapa lo nggak sekalian hilang dari hidup gue, Ar? Kenapa lo harus selalu ninggalin jejak yang bikin gue nggak bisa lupa sama lo?" Distorsi Elok Puspa | Mei 2020 credit photo from Pinterest