Leila sedang berdiri di depan lemari pendingin minimarket depan kompleksnya saat seseorang menepuk pundaknya dari samping, ia sontak menoleh dan mendapati senyum yang sangat dikenalnya.
"Lo ngapain di sini, Sep?"
Iya, Septian yang itu.
"Mau beli minum lah."
Leila mendecak. "Maksud gue, kok lo bisa sampe sini? Rumah lo kan jauh dari sini?"
"Abis dari rumah temen. Haus di jalan terus mampir ke sini."
"Oh." Leila mengangguk-angguk.
"Gue kira yang bengong di sini bukan lo, pas deket ternyata emang lo," ujar Septian membuka lemari pendingin di depan mereka.
"Gue nggak bengong, Sep. Lagi mikir doang," elak Leila.
Cowok itu cuma mengangguk kecil. "Lo mau apa, Le?" tanya Septian setelah mengambil sebotol kopi instan.
"Susu strawberry deh, dua."
Septian mengambil dua kotak susu warna biru dengan sedikit warna pink itu lalu memberikannya pada Leila. "Lo nggak bosen minum susu strawberry mulu?"
Leila menoleh ke belakang, menatap Septian yang mengekorinya menuju lorong snack. "Lo bosen nggak makan donat gula tiap hari?"
Bibir Septian membentuk garis lurus. "Nggak sih. Kadang-kadang doang."
Leila mengedikkan bahu. "Nah!" langkahnya berhenti di depan rak berisi berbagai macam snack.
"Lo suka apa?"
"Suka yang lagi promo," jawab Leila dengan mata membaca satu persatu kertas yang ada di rak, menghitung cepat estimasi harga promo yang tertera.
Septian terkekeh di belakang Leila. Tangannya bergerak mengambil dua pouch wafer yang sedang promo. "Ambil satu lagi, ntar bonusnya buat lo."
Leila mengangguk dengan senyum lebar dan secepat kilat menyambar pouch wafer rasa coklat.
Keduanya berjalan menuju kasir, Septian langsung mengambil posisi di depannya, mengambil alih semua barang yang mereka bawa.
"Gue dulu yang bayarin," kata Septian yang Leila angguki dan memberikan tas canvas miliknya pada cowok itu.
Leila memutar tubuhnya, mengambil jarak agak jauh dari kasir karena ada orang lain yang mengantri di belakang Septian. Ia memutuskan berdiri dekat stand roti dengan mata yang menatap punggung Septian yang kelihatan ganteng hari ini dengan kaos dan jeans serta kemeja flanel yang seluruh kancingnya sengaja dibuka.
Leila nggak bohong waktu bilang Septian ganteng. Faktanya cowok itu emang ganteng walaupun nggak bisa dibilang ganteng banget dan nggak seganteng Wonpil. Cukup lah untuk bisa dipamerkan, cowok itu juga pintar dan tinggi. Sungguh tipe pacar yang ideal.
Ponsel di saku cardigannya bergetar, ia memutuskan keluar mini market dan berdiri dekat pilar. Layar ponselnya menampilkan pesan dari Rizka yang sedang dalam mode fangirlingan gara-gara preview terbaru drummer favoritnya, cewek itu juga mengirimkan foto Wonpil yang langsung membuat hormon serotonin dalam tubuh Leila meluap, senyumnya makin lebar menatap foto dalam bentuk preview itu dengan mode zoom.
"Lihatin apaan sih?"
Kepala Leila mendongak, Septian sudah berdiri di depannya dengan tatapan tanya dan tangan yang menenteng tas canvas serta dompetnya.
Leila menggeleng dan mengantongi ponsel. "Lihatin orang ganteng," jawabnya masih dengan senyum lebar.
"Lo pulang naik apa, Le?" tanya Septian mengedarkan pandangannya ke halaman parkir minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi
Teen Fiction"Kenapa lo nggak sekalian hilang dari hidup gue, Ar? Kenapa lo harus selalu ninggalin jejak yang bikin gue nggak bisa lupa sama lo?" Distorsi Elok Puspa | Mei 2020 credit photo from Pinterest