22. Teman

120 31 0
                                    

Leila bersiap melempar segala bentuk makian dan kata-kata sadis untuk seseorang yang duduk di mejanya dengan posisi membelakangi pintu kelas. Kali ini nggak akan ia biarkan lolos tanpa bogem mentah hasil kemarahannya dua hari ini.

"Lo-."

Gerakan tangan Leila di pundak cowok itu terhenti. Bukan Arya, tapi Willy.

"Eh, lo udah dateng?"

Leila menjauhkan tangannya dari Willy saat cowok itu turun dari mejanya dan berdiri di depannya.

"Gue mau minta maaf, Le." Willy menatapnya sekilas sambil menggaruk belakang kepalanya.

Dahi Leila kontan mengerut. Merasa aneh sekaligus awkward. Selama hampir dua tahun sekelas dengan Willy, baru kali ini mereka terlibat perbincangan serius.

"Oh, ya," jawab Leila seadanya. Ia bingung harus menjawab apa, Leila juga nggak menyangka Willy akan meminta maaf, secepat ini dan dengan cara normal.

Willy memberikan sekotak susu coklat berukuran besar yang tadi berada di atas mejanya. Leila menerima dengan tatapan bingung.

"Gue minta maaf ya, Le. Maafin gue kalo gue punya salah," ujar Willy cepat dan tanpa menatap Leila.

Leila mengangguk. "Iya, gue minta maaf juga."

Willy cuma mengangguk dan berjalan ke bangkunya sendiri lewat meja Leila. Sedangkan Septian yang duduk di bangkunya sendiri terbahak.

"Diem lo!" maki Willy menaruh tasnya di atas meja lalu berjalan ke luar kelas, masih tanpa menatap Leila.

Leila duduk di bangkunya dan menoleh ke arah Septian. "Kesambet setan mana dia?"

Septian geleng-geleng. "Setan kolam ikan depan kayaknya," ujar Septian dengan sisa tawa.

Mata Leila menatap susu pemberian Willy di tangannya. "Kenapa dia ngasih gue susu?"

"Gue juga bingung. Tapi, kalo gue jadi lo sih minta sekerdus, Le, baru gue maafin," kekeh Septian.

Leila mendecak. "Kalo tau dia bakalan nyogok gue buat minta maaf, gue minta ditraktir seminggu sepuasnya di kantin, Sep."

Tawa Septian kembali berderai. "Tapi, kemaren lo keren banget sih."

Leila mendelik ke arah cowok berkacamata itu. "Ngeledek ya lo!"

Perhatian Leila teralih karena Rina dan Siska muncul di sampingnya dengan senyum sumringah.

"Lo mau dapet pahala nggak, Le?"

Leila refleks mengangguk.

Rina menyodorkan gelas plastik bekas teh hangat kantin padanya. "Bagi susunya, Le, gue butuh asupan kalsium juga."

"Biar otak gue encer pas MTK," tambah Siska melakukan hal yang sama.

Nggak lama Fara juga muncul di antara Rina dan Siska. "Gue juga mau!"

Leila mendengus, menarik kotak susu dalam pelukannya. "Yang ngetawain gue di grup, nggak gue kasih."

"Gue nggak!"

"Gue ada di pihak lo!"

"Bohong! Dia juga videoin lo waktu berantem sama Willy kemaren!"

"Nggak! Gue cuma repost!"

"Jangan percaya, Le! Gue aja!"

•×•


Arya tau, yang dilakukannya ini percuma tapi ia terlanjur terbiasa membelokkan motornya ke kompleks rumah Leila tiap paginya. Jadi, walaupun cuma bertemu ayah Leila, Arya sempatkan untuk menyalaminya.

DistorsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang