28. Susu Strawberry

121 22 5
                                    

Dahi Leila berkerut samar. Kedua matanya menatap bingung ke arah meja yang sudah seminggu nggak ia sambangi.

Kok nggak ada?

"Nyarii apaan sih?" tanya Rizka yang sejak tadi melihat Leila kebingungan mencari sesuatu di mejanya.

"Nggak."

"Nggak ada PR kok. Palingan mulai minggu ini ambil nilai buat UAS."

Leila cuma mengangguk acuh. Kepalanya menunduk untuk mengecek laci. Nihil. Barang yang biasanya selalu ada di mejanya tiap pagi nggak ada.

"Lo nyariin susu strawberry?"

Pertanyaan Rizka itu sontak membuat Leila menegakkan punggung dan menggeleng cepat. "Nggak."

Kedua mata Rizka memicing. "Bohong."

"Terserah!" Leila mengibaskan tangannya di depan wajah. Ia mulai mengeluarkan buku-buku untuk memulai pelajaran hari ini.

"Tapi, gue juga nggak lihat Arya sih tadi di barisan kelasnya. Mungkin dia telat jadi susu strawberrynya nggak nyampe sini," ujar Rizka lagi yang membuat Leila terdiam.

Genap seminggu sekolah libur, seminggu tanpa susu strawberry dari Arya yang membuat Leila akhirnya membeli sendiri susu kotak rasa strawberry dengan merk yang sama. Leila kira begitu ia masuk kelas pagi ini, akan ada susu strawberry di mejanya tapi sampai selesai upacara bahkan kini guru matematikanya sudah muncul, barang itu nggak ada di hadapannya.

Leila menghela napas pelan. Ia tau nggak seharusnya ia mengharapkan hal itu. Tapi, perasaannya mengatakan hal lain, sekuat apa pun ia berusaha menerima kenyataan bahwa susu kotak rasa strawberry yang jadi penanda keberadaan Arya itu nggak ada di mejanya, Leila tetap merasa aneh. Ia terlanjur terbiasa dengan keberadaan benda itu di mejanya tiap pagi.

"Kalo masih cinta, bilang aja, Le."

"Apa?!"

Rizka tersenyum lebar tanpa menampakkan giginya yang membuat teman sebangkunya ini terlihat sangat menyebalkan apalagi sorot mata jahilnya itu. "Samperin aja anaknya, lagian nggak guna diem-dieman gini. Semua hal bisa dibicarakan."

"Apaan sih gue nggak ngerti," balas Leila ketus dengan nada sepelan mungkin, karena guru matematikanya mulai menerangkan materi.

"Gue bantu bilang ke Arya kalo lo kangen."

•×•

Leila menyeruput es jeruknya perlahan, sambil mengamati koperasi yang lumayan ramai siang ini. Ia menunggu hasil fotocopy materi minggu depan yang harus dibagikan ke seluruh kelas jurusan Ilmu Sosial siang ini dari guru Sejarah mereka.

Kepala Leila bersandar pada pilar di sampingnya. Senin ini terasa begitu lama, ia nggak bersemangat untuk ngoceh panjang lebar bersama Rizka membahas Day6 atau drama Korea bersama teman-temannya yang lain, ia membatalkan niatnya untuk melahap soto mie kantin sepuluh yang ia rindukan kemarin dan penyebab semua ini adalah susu kotak rasa strawberry yang absen dari mejanya.

Leila menghela napas panjang. Ntar pulang sekolah beli sendiri, Le, cuma susu doang.

"Nungguin apa, Le?"

Kepala Leila mendongak. Septian berdiri di depannya dengan tatapan tanya, di tangannya cowok itu membawa bungkusan plastik yang pasti berisi donat gula.

"Nungguin fotocopy sejarah, tadi Bu Mar minta tolong katanya buat semua kelas."

Septian mengangguk dan ikut duduk di samping Leila. "Mau?" tawar Septian menyodorkan plastik donat gula itu ke arah Leila.

DistorsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang