Arya melangkahkan kakinya panjang-panjang menuju meja warkop yang jadi perhentian terakhirnya hari ini sebelum pulang ke rumah. Masih ada waktu setengah jam sebelum mamanya pulang, jadi ia nggak akan berbasa-basi.
"Lo cerita apaan ke Leila?"
Willy yang sedang menyuap mie ke dalam mulutnya sontak mendongak. Menatap Arya dengan tatapan aneh apalagi sorot mata serius yang jarang dilihatnya.
"Apaan sih?" tanya Willy dengan mulut mengunyah.
"Lo ngomong apa aja ke Leila, Nyet?"
Willy mengerutkan dahi, butuh sekitar lima detik sampai ia menyadari ke arah mana pembicaraan Arya. "Oh, gue cuma jawab apa yang dia tanya."
Arya mendecak. Diraihnya gelas berisi es teh yang masih penuh di depannya.
"Anjing! Nggak ada sopan santunnya lo emang!" maki Willy menarik gelasnya dari depan Arya.
"Lo yang nggak sopan, bangsat! Bocor banget mulut lo!" balas Arya kesal. Arya masih nggak terima, Leila tau soal kecelakaan itu dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri dengan waktu yang ia tentukan sendiri.
"Bangsat lah, salah mulu gue temenan sama lo berdua," gerutu Willy menyuap penuh mie dengan kuah pedas ke dalam mulut.
Arya menarik dompet dari dalam tas, mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan meletakkan di depan Willy. "Bayar utang, sekalian nih es teh. Lo itung dah, kalo kurang bilang. Malu-maluin gue banget lo emang, ck."
Mata Willy berbinar bahagia, disahutnya uang itu dengan senyum sumringah. "Kesambet setan apa lo, bayar utang tanpa gue paksa gini?"
Arya menggaruk kepalanya. "Gara-gara lo ember ke Leila, anjir! Gue disuruh bayar utang ke lo. Harga diri gue udah nggak ada depan tuh cewek!"
Willy tertawa keras sampai kedua matanya menyipit. Sedangkan Arya mendesis kesal sambil menghabiskan es teh punya Willy.
"ANJIR!"
"Puas kan lo, bikin gue malu, nggak punya harga diri depan Leila!"
"PUAS! PUAS BANGET!" balas Willy masih dengan tawa disertai tangannya yang berulang kali memukul meja warkop untuk menyalurkan rasa gelinya.
Arya merengut. Setelah bahasan tentang kecelakaannya, tiba-tiba Leila mengingatkannya untuk bayar hutang ke Willy sebelum cewek itu pamit pulang. Jangan tanya gimana ekspresinya, kalau aja bisa Arya pengen mengubur diri dalam dalam saking malunya. Walaupun ia tau, Leila sudah hapal kebiasannya satu itu tapi tetap aja! Harus ada perubahan lebih baik dibanding jaman SMP dulu!
"Makanya modal dulu kalo mau deketin cewek. Gaya lo selangit! Sok ngasih susu tiap pagi padahal belinya minjem duit gue!"
•×•
"Jadi, tadi lo nyamperin Arya?"
Leila menatap ke langit-langit kamarnya yang gelap dihiasi cahaya dari lampu LED di nakasnya. "Iya, gue samperin. Gue agak nyesel sih."
"Kenapa?" tanya Rizka yang telentang di sampingnya dengan kedua mata tertuju pada kelap kelip cahaya galaksi di plafon.
Leila menghela napas. "Gue kelihatan khawatir banget."
"Emang lo khawatir kan?"
"Iya sih. Tapi, gue nggak mau Arya nganggep gitu. Bisa gede kepala tuh anak."
"Tapi akhirnya kan lo samperin juga. Dia gimana reaksinya?"
Leila mengingat-ingat kejadian tadi sore di belakang pos satpam gerbang belakang. "Kaget kayaknya, terus yaudah. Dia kayak nggak mau gue tau kalo dia pernah kecelakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi
Teen Fiction"Kenapa lo nggak sekalian hilang dari hidup gue, Ar? Kenapa lo harus selalu ninggalin jejak yang bikin gue nggak bisa lupa sama lo?" Distorsi Elok Puspa | Mei 2020 credit photo from Pinterest