23. Hitam Putih

128 30 5
                                    

Sudah seminggu lebih dari terakhir kali Leila melihat Arya di ambang pintu kelasnya. Cowok itu nggak pernah lagi muncul di hadapannya.

Seminggu itu pula Leila mulai menata kembali hidupnya. Ia mulai memfokuskan diri menghadapi ujian akhir semester satu bulan lagi, ia juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama Rizka dan jadi penasehat percintaannya yang mulai mengalami peningkatan. Leila juga dengan sengaja makin menceburkan diri dalam dunia KPop sebagai pelarian, biasnya sekarang adalah Wonpil Day6 -terimakasih untuk Rizka yang selalu mencekokinya konten Day6 tiap hari-.

Leila berusaha untuk nggak memikirkan apapun soal DraftPN, walaupun beberapa hari lalu kelasnya kembali heboh karena Septian lagi-lagi dapat pesan dari penggemar rahasianya. Hubungannya dengan Astrid makin membaik, tiap hari cewek itu curhat tentang keribetan tim rahasia PN yang bergantian mengurusi DraftPN dan beberapa celetukan dari Bella atau Friska yang merindukan keberadaannya. Leila masih belum berani menyapa mereka, kejadian hari itu masih membayangi sampai detik ini dengan rasa bersalah yang belum juga surut.

"Gue udah lama nggak lihat Arya."

Leila mengedikkan bahu, meminum susu strawberry yang selalu ada di mejanya tiap pagi dengan mata yang tertuju pada akun twitter di ponselnya. Sejak resmi menasbihkan diri sebagai pecinta Kim Wonpil, Leila jadi getol scrolling twitter tiap saat.

"Lo nggak penasaran tuh susu dateng dari mana?" tanya Rizka lagi.

Leila geleng-geleng kepala. "Asal masih belum kadaluarsa ya gue minum aja."

Rizka mendecak. "Emang lo nggak kangen Arya?"

Leila menaruh ponselnya di meja. Seminggu ini ia nggak pernah lagi memikirkan Arya, telepon terakhirnya malam itu dan ungkapan perasaannya cuma Leila anggap angin lalu.

"Nggak."

"Terus sekarang lo jomblo dong?"

Dahi Leila berkerut. "Iya kali."

"Ish!"

Leila tersenyum tipis pada Rizka yang berkutat pada ponselnya. Leila belum menceritakan apa pun tentang permasalahannya dengan Arya, tapi teman sebangkunya ini nggak pernah lagi bertanya tentang masalahnya, paling cuma hal-hal remeh remeh seperti barusan.

Kepala Leila mendongak, matanya langsung menatap ke arah pintu kelasnya saat ia mendengar satu suara yang akrab di telinganya. Nihil. Cuma ada Willy dan gerombolannya yang masuk kelas dengan tawa receh.

Pandangan Leila beralih ke jendela kelasnya, berharap bisa menemukan sosok itu lewat di antara banyaknya orang yang lalu lalang di koridor. Tapi, harapannya cuma tinggal harapan, cowok itu nggak terlihat di mana pun. Bahu Leila melunglai, digenggamnya kotak susu strawberry dengan erat.

Bukan pertama kali, ia berusaha mencari Arya saat suaranya tiba-tiba masuk ke pendengarannya, seolah keberadaan cowok itu begitu dekat di sekitarnya, tapi Leila nggak menemukan Arya dimana pun. Hanya susu strawberry yang jadi penanda bahwa cowok itu masih membayanginya.

•×•


"Lo ngapain sih, Ya?"

Arya yang berjalan di samping Angga sambil memeluk cowok itu dari belakang dan menyembunyikan kepala di punggung lebarnya cuma geleng-geleng kepala.

"Gue nggak keberatan dibilang homo, tapi nggak sama lo juga, Nyet!" ujar Angga berusaha melepaskan diri dari Arya.

Orang-orang yang berada di koridor menatap keduanya dengan pandangan aneh. Arya baru melepaskan pelukannya saat mereka hampir mencapai kelas paling ujung di koridor lantai tiga itu.

DistorsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang