Senin pagi Leila nggak beda sama senin-senin lainnya. Bedanya hari ini ia berulang kali melihat cerminan diri di layar ponsel, juga keberadaan Arya yang membayanginya di tangga menuju kelas.
"Masih cantik kok."
Leila melesatkan tatapan sinis pada Arya yang cuma nyengir. Cowok itu telat sepuluh menit pagi ini, untungnya Leila lagi nggak mood marah-marah, jadi ia membiarkannya.
"Mending lo ngaca deh."
"Kenapa emang? Gue udah ganteng."
Satu pukulan mendarat di lengan Arya. "Dasi lo tuh benerin. Rambut lo tuh udah kayak sarang burung puyuh!"
Selesai mengatakan kalimat sadisnya pagi ini, Leila mempercepat langkahnya menuju kelas, meninggalkan Arya yang berdiri di tengah tangga dengan tatapan bingung.
"Sarang burung puyuh tuh kayak gimana?"
Arya merogoh kantongnya, mengambil ponsel dari sana. "Anjir!"
Bayangan dirinya di layar ponsel benar-benar mengejutkannya. Ketampanannya turun lima puluh persen karena rambutnya yang awut-awutan. Arya buru-buru menaiki tangga dan berbelok ke dalam toilet.
Di depan wastafel ia membasuh wajahnya sekali, lalu kembali menatap cerminan dirinya di cermin besar depan wastafel. Sambil membetulkan dasinya, ia kembali memikirkan Leila. Cewek itu kelihatan nggak baik-baik aja, kantung mata di wajahnya pagi ini adalah sebuah bukti nyata.
Sepulang makan es krim kemarin, Leila masih nggak banyak bicara walaupun beberapa kali memakinya. Pagi ini pun sama, walaupun ia telat menjemput Leila nggak melontarkan kalimat sinis atau pun ekspresi marah, cewek itu cuma memandangnya sekilas dan langsung naik ke boncengannya. Untuk kali pertama, tak ada perdebatan di antara mereka sepanjang jalan ke sekolah.
Arya menyugar rambutnya ke belakang, sesuai perintah Leila, ia potong rambut semalam, tapi cewek itu bahkan nggak menyadarinya. Arya menghela napas, diraihnya topi dari kantong bagian luar tasnya, lalu ia pakai terbalik.
Arya berjalan keluar toilet sekolah dengan tatapan tertuju pada ponsel yang menampilkan berbagai foto sarang burung. "Gue jadi pengen makan telor puyuh," gumam Arya.
Di lantai tiga gedung sebelas pintu kelas ke dua, Arya masuk dengan santainya. Matanya tertuju pada satu titik yang masih belum menyadari keberadaannya dan sibuk dengan ponsel. Langkah Arya berhenti di samping meja Leila.
Tangannya menaruh sekotak susu di atas meja sambil menatap Rizka yang dari tadi memandangnya dengan tatapan tanya. "Pagi, Riz. Sarapan dulu, biar nggak pingsan," ucap Arya dengan senyuman simpul.
"Lo ngapain?"
Ia beralih menatap Leila yang mendongak ke arahnya. Ia menunjuk kotak susu di atas meja dengan dagunya. "Nganter itu. Tadi lupa."
Arya tau Leila pasti akan menolaknya, jadi ia buru-buru membalikkan badannya dan berjalan ke luar kelas Leila, mengabaikan panggilan cewek itu berulang kali.
Arya tau kalau susu kotak rasa strawberry yang ia ambil dari jatah snack milik adiknya nggak akan bisa bikin Leila melupakan kesedihannya, tapi seenggaknya Arya berharap sekotak susu itu memberi sedikit kekuatan pada Leila, biar nggak pingsan pas upacara nanti.
•×•
Leila nggak paham sama kelakuan Arya hari ini. Cowok itu mendadak bersikap sok ganteng, tiba-tiba ngasih susu strawberry ke kelas, tiba-tiba ngechat ijin makan sama temen-temennya dan bilang akan nyusul ke lab komputer lima belas menit sebelum bel masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi
Teen Fiction"Kenapa lo nggak sekalian hilang dari hidup gue, Ar? Kenapa lo harus selalu ninggalin jejak yang bikin gue nggak bisa lupa sama lo?" Distorsi Elok Puspa | Mei 2020 credit photo from Pinterest