"Mau ke mana lo?"
Kulihat Kailand mem-pause PS-nya dan menatapku. Wajahnya tampak heran, hingga harus menatapku dari kepala hingga kaki. "Lo kelihatan beda. Lo mau jalan-jalan?"
Aku berdeham. "Iya. Sama Tissa."
"Wow! Serius lo, Kim?"
Aku duduk di single sofa dekat Kailand lalu mengambil jeruk di atas meja. "Iya."
Kailand menyandarkan tubuhnya di sofa, menyilangkan lengan di depan dada lalu menatapku yang mulai mengupas jeruk. Sepertinya dia sudah kehilangan minat pada game di layar TV karena dia kembali menatapku lekat-lekat. Tumben dia nggak peduli pada game kesayangannya.
Kalau ada yang sukses mengalihkan perhatian Kailand dari play station kesayangannya itu pasti cuma telepon dari Mbak Rere, sahabatnya dari zaman kuliah yang udah dia taksir sejak dulu. Tapi karena dia terlalu cemen mengakui, Mbak Rere jadi dinikahi cowok lain dan sekarang sudah punya dua anak. Herannya, Kailand belum bisa move on dan sampai sekarang masih bertingkah jadi sahabat baik yang siap sedia ketika Mbak Rere membutuhkan.
Iya, Kailand memang seperti itu, menyebalkan tapi bucin setengah mati sama Mbak Rere.
"Akhirnya setelah bertapa sekian tahun lo dapet wangsit juga, ya. Gue mesti sujud syukur atau ngasih sesajen, nih?"
Kailand benar-benar membuatku harus menahan diri biar nggak melempar biji jeruk ke muka tengilnya. "Berisik."
Dia tertawa kecil, "Tapi lo beneran mau jalan? Bukan ke kosan atau ke makam, kan?"
Aku berdecak. "Bawel banget, sih. Emang kenapa kalau gue jalan-jalan? Masalah buat lo?"
"Nah, nah. Nyolot lo udah balik lagi! Lo beneran Kim, kan? Atau lo lagi kesambet?"
"Lo kalo ngomong bisa beneran dikit, nggak? Dari tadi ngawur mulu."
Sebenarnya aku nggak begitu heran dengan sikap Kailand yang seperti ini. Perubahanku jelas membuatnya bingung dan kaget. Tapi tekadku sudah bulat, aku ingin kembali menjadi Kim yang dulu, Kim yang nggak akan menahan ucapannya dan nggak segan mengucapkan apa yang dia pikirkan.
"Kan! Lo tahu Kim? Lo emang suka nyebelin, tapi nyebelin lo kali ini malah bikin gue seneng." Kailand nggak bohong. Mukanya kelihatan semringah, seakan dia sudah menunggu lama untuk melihatku kembali seperti ini.
"Mungkin lo kelewat kangen sama gue."
Kailand berdecak. "Sebenernya gue penasaran kenapa lo bisa berubah drastis kayak gini. Tapi kayaknya itu nggak penting sekarang. Lo balik kayak gini aja udah bikin gue seneng. Sumpah!"
"Siapa yang berubah?"
Suara Bang Krisna membuatku dan Kailand menoleh. Bang Krisna baru keluar dari kamarnya sambil mengacak rambutnya yang setengah basah.
"Adek lo, nih, Kris. Katanya mau jalan-jalan sama Tissa. Tumben banget, biasa keluar rumah kalo nggak ke makam Agha ya ke kosan."
Bang Krisna duduk di sebelah Kailand, lalu menatapku dengan pandangan yang sama seperti Kailand. Heran. "Kamu beneran mau jalan-jalan sama Tissa?"
"Iya, Bang."
Bang Krisna diam sejenak, lalu mengangguk-ngangguk paham. "Bagus kalo gitu. Udah lama nggak refreshing, kan?"
Aku mengangguk.
"Kok lo nggak kaget, sih, Kris?" sambar Kailand. Kalau dilihat-lihat, muka jengkel Kailand sebenarnya lucu juga.
"Kaget, sih. Tapi lihat Kim udah mau jalan-jalan gue udah seneng, kok."
Nggak heran, kan, Bang Krisna jadi abang favoritku dan Tissa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelove Streaming
Roman d'amourAku pernah sangat mencintai karirku. Pergi pagi pulang malam, lembur, sering membawa pekerjaan ke rumah hingga diopname selama seminggu pun nggak pernah membuatku jera. Kalau hal-hal menyangkut diriku saja nggak pernah kuambil pusing, kenapa aku har...