Regrets Came Slightly Late
Prem yang merasa bersalah memutuskan untuk merawat Boun yang sedang demam. Sementara dia harus mengerti perasaan yang baru dia rasakan setiap kali bersama seniornya, dia juga harus meyakinkan Boun agar tak menjauh darinya selagi dia mencoba memahami isi hatinya.
Bisakah Boun bersabar menghadapi Prem dan kegalauan hatinya? Sementara dirinya sendiri harus berjuang menata hati agar tidak kecewa di kemudian hari.
Prem POV
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya P'New dari ujung sambungan,
"Uhn... P'Boun masih tidur. Aku sudah minta dia untuk minum obat. Jangan khawatir Phi!" sahutku meyakinkannya,
"Tentu saja aku khawatir... Kenapa justru dia yang sakit sedangkan kau segar bugar begini. Jika dia merawatmu aku bisa tenang. Tapi kau yang merawatnya?? Kau tak membakar rumah Boun saja aku sudah bersyukur!" omelnya,
"Kejamnya Phi... Kau melukai hatiku!" sahutku sambil terkekeh,
"Sudahlah! Aku mengirim makanan dan obat untuknya. Pastikan kau menjaganya na..." pinta P'New,
"Krap phom!"
Apa susahnya menjaga P'Boun? Ini hanya demam biasa... Kami akan baik-baik saja.
Pastikan pakaiannya tetap kering. Pakaian lembab akan memperparah demamnya. Dan... Prem... Jangan tinggalkan dia sendiri!
Pesan itu masuk ke whatsappku hampir bersamaan dengan P'New mengakhiri telponnya. Aku tahu mereka sangat dekat. Tapi aku tak tahu P'New akan sekhawatir ini mendengar P'Boun sakit.
Semua ini berawal dari kejadian kemarin dimana dia memaksakan diri untuk melakukan perjalanan Bangkok-Amphawa-Bangkok dalam 24 jam plus sibuk mengurusi acara keluarga disana. Akhirnya dia kelelahan karenanya.
Walau itu sebagian memang salahku juga.
Semalam aku menemukan dia dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam kamarnya. Walau dia bilang dia hanya jatuh tertidur karena lelah, aku tak begitu saja percaya. Karena aku mencoba membangunkannya berkali-kali tanpa hasil. Orang mana yang tidur dan tak bisa dibangunkan?
Melihat keadaannya semalam, bagaimana mungkin aku tega meninggalkannya. Aku sedikit menyesal melakukan apa yang telah aku lakukan. Bukan niatku untuk menghindarinya, tapi sejak P'Boun menyatakan perasaannya, aku bisa merasakan perhatiannya yang hampir terasa menyesakkan.
Aku menjadi panik dan akhirnya berusaha menghindarinya.
Aku hanya butuh waktu.
Paling tidak itu pemikiranku sebelumnya. Tanpa sengaja aku telah melukainya. Itulah yang aku sadari saat aku melihat air matanya jatuh saat memintaku untuk melupakan pernyataannya.
"Jika perasaanku membuatmu menghindariku. Maka aku tarik kembali pernyataanku!"
Tapi begitu selesai mengatakan kalimat itu, aku bisa melihat bagaimana air matanya menggenang dan pada akhirnya meleleh jatuh di pipinya. Dan bahkan dia tidak menyadarinya sama sekali. Tidak sampai saat aku memeluknya dan mengomelinya.
Melihatnya seperti itu membuatku sedih. Aku tahu, aku peduli pada P'Boun. Aku hanya tak mengerti perasaanku padanya. Apakah ini hanya perasaan pada Phi ataukah sesuatu yang romantis?
Aku mengamati wajahnya yang nampak pucat berlatar belakang sarung bantal warna merah kesukaannya. Dia nampak benar-benar lelah.
"Ungh..." keluhnya sambil berbaring miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAST STORY of Until We Meet Again
FanfictionProject ini akan berisi cerita-cerita yang terjadi dalam keseharian para cast UWMA. Bagaimana hubungan dari para cast mereka berkembang dari awal pertemuan mereka. Fluke, Ohm, Boun, Prem, Kao, Earth, dkk... May consist the ghost ship story...