Possessive Owner 9

536 49 14
                                    

Too Hot Too Close

Prem merasa dunia ini tak adil. Boun tampak cantik sekaligus tampan. Setiap kali berdiri di sampingnya, Prem merasa seperti sekarung kentang. Bahkan saat dia telah berusaha menurunkan berat badan.

Boun sendiri merasa Prem sangat menggemaskan. Dia tak menyadari tatapan iri Prem saat mereka bersama. Tapi yang paling mengesalkan, Prem sama sekali tak menyadari pesonanya. Sehingga dia juga tak menyadari saat banyak orang mencoba mendekatinya.

***

Prem POV

Aku menatapnya dari tempatku duduk. Dia terlihat seksi. Gerakannya nampak natural. Dia tak perlu banyak gaya dan usaha. Hanya dengan menatap tajam dan sedikit smirk di bibirnya.

Dan saat dia melakukan gerakan menguncir rambutnya. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku.

'Bisakah kau berhenti nampak sempurna sebentar saja Phi?!' batinku.

Dia kembali melirik tajam. Aku tahu dia tak melihatku, walau begitu jantungku kembali berdetak lebih cepat.

Selalu seperti itu akhir-akhir ini.

"Kau mau sendok?"

"Huh?"

"Untuk memakannya..." sahut P'Patty, "Melihat caramu melihatnya aku tidak akan heran jika kau akan segera menyerah na... Lagipula aku tak melihat banyak harapan bagimu untuk lepas dari pesonanya!"

"Phi..." erangku mendengar prediksinya,

"Alai na? Ada yang salah dari kata-kataku?"

"..."

Tak ada yang ingin kukatakan karena aku bisa merasakan kebenaran dalam kata-katanya. Semenjak P'Boun mengungkapkan perasaannya. Sedikit demi sedikit aku mencoba memahami perasaanku sendiri. Dan semakin aku mengerti, aku semakin menyadari.

Bahwa aku tak menganggapnya hanya sebagai teman.

Teman tidak sembunyi-sembunyi menatap celah kemejanya yang terbuka. Teman tidak memuji ketampanannya yang tidak membumi itu. Teman tidak memerah hanya karena melihatnya menatap dengan senyum lembut.

"Kau membuatnya menunggu begitu lama Nong... Sudah saatnya kau memutuskan che mai? Aku yang melihatnya saja merasa tak tahan!" keluh P'Patty.

Aku hanya bisa menghembuskan napas pelan dan kembali menatap handphone di tanganku. Entah berapa lama terlewat sampai aku merasakan seseorang duduk di sampingku.

Aku hanya berniat melirik sekilas dan melihat dia duduk di sofa di sampingku.

'Terlalu dekat!'

Empat dari enam kancing di kemeja putihnya dalam keadaan tak terkancing. Jelas memperlihatkan dada putih yang kini sedikit basah karena titik keringat. Aku membawa pandanganku naik melewati leher jenjang dan wajahnya kini tengadah ke arah langit-langit.

"Huiii... So hot na..." katanya sambil mengipasi tubuhnya dengan menggerakkan kemejanya, membuatku bisa melihat puting kecokelatan yang nampak menonjol,

'Shiaaa... Kemana jalan pikiranku?!'

"Oi... Kau mati Nong!" sahutnya,

"Hah??"

"Karaktermu mati... Dia membunuhnya!" kata Boun sambil menunjuk layar handphoneku,

"Shiaaa!!"

Aku merasa kesal karena perhatianku teralihkan olehnya. Dengan sedikit keras aku meletakkan handphoneku di meja dan mengerang frustasi.

"Kau ini melamun apa hah?" tanyanya, "Tenang saja! Nanti malam aku bantu kau push rank... Sekarang kerja dulu!"

CAST STORY of Until We Meet Again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang