15

55 11 2
                                    

"Karena yang terlihat oleh mata, belum tentu nyata. Mungkin, itu hanya sebatas fatamorgana belaka."

•••

"Abang!" ucap Ara kepada seorang laki-laki yang baru saja datang.

Devan segera menghampiri adiknya dan mencium Ara dengan gemas. Lalu, tatapannya beralih pada seorang gadis yang sedang menatap mereka.

"Lo ada di sini? Ngapain?" tanya Devan kepada Ralisha yang sedang menatapnya.

"Lagi–"

"Devan!" teriak Fira menggema di se-penenjuru ruangan.

"Berisik!" ucap Devan ketus.

"Hehe, lo kok baru balik sih?"

"Ngapain lo di sini?" tanya Devan sinis pada Fira.

"Ett, galak banget sih." Fira terkekeh.

"Gue ada urusan sama tente, tapi udah ini juga mau balik, lagian lo kok kepo sih?"

Devan memutar bola matanya malas. "Siapa juga yang kepo, gue cuma nanya."

"Sama ae."

"Eh, kenalin, temen gue Ralisha Aquila, panggil aja Ralisha atau Shasa," kata Fira sambil memegang bahu Ralisha.

"Udah kenal."

"Syukurlah,"

"Hah, kenapa?"

"Nggak. Gue balik ya? Paypay,"

"Dadah Ara!"

"Dadah Kak Fila. Nanti ke sini lagi, ya?"

"Oke."

"Udah pergi sana!"

•••

Fira mengejar Ralisha yang sedang berlari menjauhinya. Tadi Ralisha kesal karena Fira sudah membohonginya.

"Sha tunggu!"

"Gak. Gue kesel sama lo!"

"Kalau lo gak berhenti, gue sumpahin lo kesandung."

"Bodo. Emang gue peduli–aduuh!" Fira tertawa terbahak-bahak melihat Ralisha terjungkal. Siapa suruh tidak nurut kepada Fira?

Fira menghampiri Ralisha yang sedang meringis memegang lututnya.

"Ngomong dong kalau tante lo itu ibunya Kak Devan!" ucap Ralisha kesal.

"Emangnya kenapa?"

"Nggak."

"Lo tau kan, Devan itu sepupu gue?" Ralsiha mengangguk. "Nah, kenapa lo nanya lagi?"

"Gue kira, Tante Dira itu bukan ibunya Kak Devan."

Mereka berdiam beberapa saat. Hening. Tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi mengalihkan perhatian mereka. Seorang cowok keluar dari mobil dan menghampiri mereka berdua.

"Ralisha? Kok belum pulang?"

"Eh, iya Kak, lagi nunggu angkot. Tadi udah nganter Fira ke rumah tantenya."

"Oh."

"Naik yuk?" ajak Azam.

"Ah, nggak usah Kak, takutnya nge–"

"Boleh Kak." Fira menginjak Kaki Ralisha.

"Ya udah ayo!"

Mau tak mau Ralisha menerima tawaran Azam. Sebenarnya dia tidak enak, apalagi beberapa terakhir ini Azam sudah banyak membantunya.

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang