20

37 7 4
                                    

"Ingin melupa, namun sudah terlanjur suka.
Ingin melepas, namun sudah terlanjur terikat.
Ingin menjauh, namun masih belum mampu."

•••

Ralisha, Fira, Jeje dan Nabila seketika menoleh ke arah Devan.

"B–boleh Kak," ucap Nabila dengan tersenyum. Gadis itu menggeser posisinya agar Devan bisa duduk di sampingnya.

Devan duduk di samping Nabila, lalu ia melirik sekilas ke arah Ralisha. Pandangan mereka bertemu, sontak Ralisha mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tumben lo mau duduk bareng kita, kerasukan apa lo?" sindir Fira.

Devan tak menggubris perkataan Fira, ia malah berbincang-bincang kecil dengan Nabila.

Fira mendengus, "Gue ngomong sama lo Devan Sergio!" kesal Fira.

"Lo ngomong sama gue?"

"Gak! Gue ngomong sama botol kecap ini!" ucapnya kesal.

Sedangkan Devan tertawa puas.

"Van! Pacaran mulu," ucap Angga yang baru datang, ia mendelik ke arah Devan dan Nabila. Lalu ia duduk di samping Jeje dan tersenyum ke arah Jeje membuat gadis itu kikuk.

Devan menautkan kedua alisnya. Sedangkan pipi Nabila merona merah.

PACARAN? Itu membuat Nabila tersipu.

Ralisha yang tidak nyaman dengan keadaan seperti ini langsung meminum habis jusnya. Awalnya ia ingin berlama-lama lagi berada di sini, namun karena suasananya yang tidak nyaman membuat ia harus pergi.

"Gue duluan ya semuanya," ucapnya lalu berdiri.

Azam yang ada di sampingnya mencekal lengan Ralisha. "Gue ikut, ada yang mau gue bicarain." Semua orang yang ada di meja melirik lengan Ralisha yang dicekal Azam.

"Makin deket aja tuh si Azam," ucap Angga memandang kepergian Azam dan Ralisha.

Azam mengajak Ralisha menjauh dari kantin, ia melangkahkan kakinya jauh dari keramaian. Tak lupa dengan lengannya yang masih mencekal Ralisha. Hal itu membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Kak?" ucap Ralisha membuat Azam menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

Ralisha melirik ke arah lengannya, "Lepasin dulu."

"Sorry gue lupa." Azam melepaskan cekalannya.

Ternyata Azam membawanya ke taman di belakang perpustakaan. Tempat yang sepi dan tenang. Cocok untuk berbincang-bincang.

Mereka duduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah tanaman-tanaman yang menjajar.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Azam to the points.

"Iya Kak." Ralisha mendengarkan.

"Lo tau kan bentar lagi Nabila mau ulang tahun?" Ralisha mengangguk. "Gue, Devan, Angga, sama Arya mau ngasih kejutan buat dia. Lo mau ikutan gak?"

Tentu saja Ralisha tak menolaknya. "Mau Kak!" serunya. "Mmm ... gimana kalau aku ajak Fira sama Jeje juga? Gak-papa kan?"

"Gak-papa, lebih banyak lebih bagus."

Ralisha tersenyum. Senyum yang membuat Azam mengingat seseorang dari masa lalunya. Gadis manis dengan senyuman yang alaminya. Senyuman yang tidak dibuat-buat. Ralisha dan gadis itu memiliki banyak kesamaan. Matanya, sifatnya, dan terutama senyuman yang alami itu. Azam seakan-akan melihat sosoknya yang hidup kembali.

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang