19

49 9 2
                                    

"Karena aku masih belum bisa membedakan; mana perhatian, dan mana kasihan."

•••

Tepat malam ini Farel mengunjungi kost-an Ralisha seperti yang ia katakan tadi pagi di telepon. Ia menghembuskan napasnya, lalu melangkah untuk mengetuk pintu. Di tangannya terdapat sebungkus martabak kesukaan Ralisha yang sengaja dibeli tadi sebelum datang ke sini.

Tok tok tok!

Seorang gadis berambut pendek keluar, ia memilin-milin Rambutnya. Itu Fira. Si gadis aneh dan menyebalkan.

"Ngapain lo ke sini?" tanyanya sinis.

"Ralisha ada?"

"Gak ada."

"Jangan bohong lo," kesal Farel.

"Siapa Ra?" tanya seorang gadis berkacamata di samping Fira.

"Nih bule gila,"

"Farel? Mau apa Rel?" tanya Ralisha heran.

"Kan gue udah bilang, mau ke sini."

"Oh, iya."

"Eh, apa tuh?" ucap Fira sambil menunjuk bungkusan di tangan Farel.

"Ini martabak buat—"

"Ya ampun makasih banyak my crazy bule." Fira merebut bungkusan itu dan membawanya ke dalam.

"Woy itu buat Ralisha!" teriak Farel prustasi. Namun Fira seakan-akan tidak mendengar dan tidak peduli.

Ralisha tertawa melihat tingkah mereka berdua. Perasaan, baru kemarin-kemarin Fira naksir pada Farel karena dia cowok yang tampan. Tapi entah kenapa sekarang seakan-akan Farel adalah musuhnya.

"Gak-papa kok," kekeh Ralisha.

"Tapi itu buat lo," lirih Farel.

"Gak-papa. Oh iya, lo bawa catatan yang tadi?"

Farel menggaruk kepalanya. "Itu...."

"Jangan bilang lo ngibulin gue?"

Farel meringis. "Hehe...."

•••

Devan menatap sepasang remaja yang sedang tertawa. Itu adalah Ralisha dan Farel—adik kelasnya sesama pemain basket.

Devan menghampiri mereka berdua lalu berdehem.

"Ekhem!" Dehemannya membuat kedua remaja itu mengalihkan pandangannya.

"Kak Devan?" ucap Ralisha terkejut.

"Firanya ada?" tanya Devan datar.

"A-ada kok," ia segera bangkit dari duduknya, "bentar ya Kak, dipanggilin dulu."

"Udah lama di sini?" tanya Devan pada Farel.

"Lumayan."

"Lo pacaran sama dia?" tanyanya.

"Nggak. Maunya sih gitu, tapi dia sukanya sama orang lain." Devan hanya ber oh ria.

Ralisha datang sambil membawa Fira.

"Mau apa lo? Kangen sama gue?" tanya Fira berbangga diri.

"Kepo."

"Devan serius!"

"Gue mau bicara empat mata."

"Gaya lo," lalu mereka menjauh dari Ralisha dan Farel.

Setelah lama berbincang-bincang, akhirnya Farel pamit pulang.

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang