23

41 8 4
                                    

"Yang tak ingin bersama, jangan dipaksa.
Yang tak ingin digenggam, jangan diperjuangkan.
Yang tak ingin tinggal, jangan disesalkan.
Dan, yang ingin pergi, jangan dicegah.
Cukup lepaskan dan ikhlaskan, walaupun itu sangat menyakitkan."

•••

Akhir-akhir ini Ralisha mendapati Nabila dan Devan selalu bersama. Mulai dari berangkat sekolah, ke kantin, pulang sekolah dan kegiatan lainnya. Ralisha yang melihatnya semakin sesak, karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Seperti saat ini, Devan sedang duduk di depan Nabila yang otomatis Ralisha bisa melihat mereka berbincang dengan asik di sampingnya. Ralisha pura-pura memainkan handphonenya walaupun tidak ada satupun notif dari seseorang. Ia pun enggan menatap ke arah Devan takut akan ditanyakan mengenai novel itu.

Namun saat Ralisha memberanikan untuk melirik ke sampingnya, ia melihat Nabila tengah tersenyum memamerkan deretan giginya pada Devan. Devan pun membalas senyuman Nabila.

Tak mau melihat pemandangan yang menyesakkan itu, kini Ralisha bangun dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan mereka.

"Bil, gue ke perpus dulu, ya?" ucap Ralisha sambil tersenyum.

"Oh, iya. Mau aku temenin?"

Ralisha menatap takut ke arah Devan. "Gak usah, Bil. Gue pergi dulu, ya?" Akhirnya Ralisha bisa pergi meninggalkan mereka.

Saat akan memasuki perpustakaan, Ralisha mengurungkan niatnya. Karena ia melihat Farel dan Vina sedang ada di dalam. Ralisha tahu, mereka berdua sedang belajar untuk lomba yang akan mereka ikuti bulan depan.

Ia memutarkan tubuhnya dan pergi dari sana untuk kembali ke kelas. Tapi saat di perjalanan ke kelas, Fira dan Jeje terlintas di pikirannya. Ia pun langsung melangkahkan kakinya ke kelas Fira dan Jeje.

Sesampainya di kelas Fira dan Jeje, suasananya sangat hening, mungkin karena semua penghuni kelas sedang beristirahat di luar. Yang hanya menyisakan beberapa murid saja.

Ralisha menghampiri Fira dan Jeje yang sedang asik dengan handphonenya masing-masing. Ralisha menepuk pundak Fira membuatnya terkejut.

"Eh!" pekik Fira hampir menjatuhkan handphonenya.

"Biasa aja kali, kayak yang lagi lihat hantu aja," ucap Ralisha lalu duduk di depan menghadap ke arah Fira.

"Tumben lo ke sini?" tanya Fira lalu memasukkan handphonenya ke dalam saku.

"Iya Sha, tumben banget?"

Ralisha nyengir memamerkan deretan giginya. "Gue gabut hehe."

Fira memutar bola matanya malas. "Udah gak aneh."

"Nabila gak ikut?" tanya Jeje.

Ralisha menggeleng. "Nggak. Lagi bareng Kak Devan," ucapnya sendu.

Fira terbelalak, matanya menatap Ralisha. Pantas saja ia ke sini....

Sementara Jeje yang masih belum tahu mengenai perasaan Ralisha hanya tersenyum.

"Eh, ada siapa nih?" ucap Bambang yang tiba-tiba datang. Ia mengambil satu kursi dan meletakkannya di samping Ralisha.

"Eh, ada pacarnya Nweng Fira, " ucap Ralisha terkikik geli sengaja menggoda Fira.

Fira melotot. "Dih! Apa sih?"

Bambang tersenyum sambil membenarkan kumisnya yang berantakan. "Nweng Shasa bisa aja," ucapnya.

Ralisha bergidik ngeri melihat kumis Bambang yang lebat itu.

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang