28

69 8 7
                                    

"Luka itu belum juga sembuh, namun kau malah menambahnya dengan luka baru."

•••

"Vin, aku boleh duduk bareng kamu gak?" tanya Nabila pada Vina.

Ralisha yang sedang membaca novel langsung mengalihkan pandangannya ketika ia mendengar suara Nabila. Di sana Nabila tengah berbincang dengan Vina.

"Boleh," kata Vina.

Sementara Putri yang tadinya duduk di sampingnya harus bertukar tempat duduk dengan Ralisha. Dia menghampiri Ralisha sambil menjinjing tas miliknya.

"Gue boleh duduk di sini?" tanya Putri pada Ralisha.

Ralisha mengangguk heran. "Iya, boleh."

Ralisha menatap Nabila di sana, gadis itu tiba-tiba menjauhinya, duduk bersama Vina. Ia berpikir keras mencari-cari kesalahannya, namun ia tak tahu apa salahnya?

"Bil, gue punya salah?" tanya Ralisha sehabis mereka berganti baju.

Nabila hanya terdiam, mengabaikan Ralisha yang sedang bertanya padanya. Ia pura-pura menyibukkan diri, memasuki bajunya kedalam loker.

Karena gemas, akhirnya Ralisha memegang lengan Nabila, namun gadis itu menepisnya kasar.

"Salah gue apa, Bil?"

Nabila hanya terdiam, ia mengabaikan Ralisha, memilih pergi bersama Vina tanpa mengucap sepatah katapun.

Ia bisa melihat Vina yang tengah tersenyum menyeringai ke arahnya. Merangkul Nabila seolah-olah mereka sudah lama berteman. Hal itu membuat Ralisha mendesah prustasi.

Akhirnya gadis itu memukul lokernya kesal. Tepat di kakinya, secarik kertas terjatuh dari dalam loker. Buru-buru ia mengambil, kemudian membacanya.

Aku udah tau kalau kamu suka sama Kak Devan. Jadi, aku minta sama kamu buat jauhin Kak Devan, Sha. Kamu bisa, kan?

Nabila

Ralisha menatap kertas putih itu. Ia menggenggamnya erat sambil menengadah, ternyata Nabila menjauhinya karena ini.

•••

Acara makan siang Bambang harus gagal lagi karena Fira selalu mengabaikannya. Bambang heran, apa yang kurang darinya? Padahal kan ia merasa paling the best. Bahkan, Bambang pun sudah masuk ke dalam tipe Fira. Namun, Fira lagi-lagi menolaknya karena alasan kumisnya yang sangat lebat. Mungkin.

"Bang, lo bisa jauh-jauh dari gue, gak? Gue enek lihat muka lo. Jadi pengen nabok," ucap Fira.

Ia sudah tidak selera untuk makan lagi karena melihat wajah Bambang yang sangat menyebalkan.

Bambang manyun. "Neng Fira jahat sama abwang!" Ia pergi dengan berlagak layaknya drama Korea.

"Lah, ngambek tuh bocah." Fira dan Jeje tertawa, kecuali Ralisha.

Ia menatap Nabila yang terhalang beberapa meja darinya. Gadis itu tangah tertawa bersama Vina dan teman-temannya. Saat Nabila melirik ke arah Ralisha, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya.

Fira memperhatikan Ralisha yang tengah murung. Sejak diajak ke sini, gadis itu hanya terdiam membisu. Tak mendengarkan perkataannya, dan mengabaikan sekitarnya.

"Lo kenapa, Sha?" tanya Fira masih memperhatikan arah tatapan Ralisha.

Ralisha tersentak. "Nggak kok."

"Tumben dia bareng si Vina." Fira menatap ke arah Nabila.

"Kalian lagi berantem?" tanya Jeje seolah tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang