26

27 8 4
                                    

"Ternyata berharap padamu bisa se-menyakitkan ini. Bayangkan saja, aku selalu mati rasa dibuatnya."

•••

"Dipanggil Fira, katanya mau balik," ucap Devan yang tiba-tiba datang memotong pembicaraan mereka.

Ralisha menoleh kepada Devan, kemudian mengangguk. "Iya, makasih Kak." Lalu ia bangkit dari duduknya.

"Kak Azam, aku duluan ya?" pamit Ralisha. Gadis itu pergi meninggalkan kedua cowok yang sedang sama-sama terdiam.

"Jangan terlalu deketin dia," kata Devan.

"Kenapa?" tanya Azam heran. "Gak salah dong gue deketin dia, kita sama-sama sendiri," terang Azam. Memang benar mereka masih sendiri. Tak ada masalahnya.

"Terserah, tapi gue udah ingetin lo jangan deket-deket sama dia."

"Kenapa? Lo cemburu? Lo suka sama dia?"

Suasana di sana semakin dingin, ditambah angin malam ini yang bertiup kencang.

"Gak sama sekali." Devan kemudian pergi meninggalkan Azam sendiri.

•••

Setelah acara ulang tahun dirinya selesai, dan semua orang pulang, kini Nabila sedang ada di dalam kamarnya. Ia membuka hadiah-hadiah dari teman-temannya dengan semangat.

Hadiah dari Devan jelas yang paling berharga baginya. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat hadiah dari Ralisha. Isinya sangat mengejutkan.

•••

Ralisha, Fira dan Jeje sudah berada di kosannya. Kini mereka tengah duduk menunggu Fira yang sedang membuka pintu.

"Guys, kuncinya gak ada serius," ucap Fira sambil merogoh kantung celananya, mencari kunci kost-an untuk kesekian kalinya.

"Gak percaya gue, lo kan suka ngibul," balas Ralisha. Memang Fira suka berbohong membuat Ralisha tidak gampang percaya pada gadis itu.

"Beneran gak ada? Masa sih Ra?" tanya Jeje panik.

"Serius. Tadi kan gue simpen di sini," ucap Fira menunjuk pada kantung celananya.

"Ilang kali, gimana kita masuknya?"

"Coba dicari lagi,"

"Gak ada serius," ucap Fira pasrah.

"Ya udah ayo cari!"

Semuanya mencari kunci itu. Di rumput, tanah, dekat pohon-pohon, dan meraba-raba kolong kursi. Namun tak ada juga.

Saat Ralisha sedang mencari kunci itu, ia melihat sebuah kotak yang sangat familiar, sepertinya ia mengenal kotak itu.

"Ketemu! Untungnya!" ucap Fira menemukan kunci itu.

Ralisha akhirnya mengalihkan pandangannya sebentar pada Fira.

Namun ketika ia berbalik untuk melihat lebih dekat lagi kotak itu, ternyata kotaknya sudah menghilang. Sepertinya ia salah lihat, mungkin karena terlalu kecapekan.

Di dalam kamar Ralisha terus melamun. Pikirannya sedang berkecamuk, hingga akhirnya Fira menepuk pundaknya.

"Bengong terus, kenapa sih? Banyak pikiran ya? Udah tua sih," ledek Fira.

Ralisha mendengus. "Gue lagi kepikiran sesuatu,"

"Alah, jangan dipikirin, mending tidur. Besok sekolah lho."

Pangeran NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang