[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍***
Oke, setelah berdebat panjang sama Geo, akhirnya gue setuju untuk jadi Ibu angkat bayi itu. Gue jelas terima dengan senang hati, lagian, siapa sih yang mau jaga bayinya kalau kondisi aja gak memungkinkan kayak gini? Mungkin kalau gak gue angkat jadi anak, dia akan terlantar di desa pelosok ini. Orang tuanya kan udah meninggal, katanya juga warga setempat gak ada yang tahu keberadaan keluarga mereka.
Yaudah gue terima aja. Gak akan salah juga kalau gue yang jadi Ibu angkat untuk dia.
"Yo, lo yakin mau minta izin sama mereka? Gak sama keluarganya aja yang masih hidup?" Sedikit gak yakin sama apa yang akan Geo lakukan, gue mencegah dia yang mau bersimpuh di samping makam orang tua si bayi.
Geo menoleh, tersenyum simpul dan mengusap kepala si bayi yang asik tertidur di pangkuan gue. "Iya, Na. Keluarganya kan gak tahu dimana, mereka aja pindahan ke desa ini masih baru, gak ada yang tahu asal-asul mereka. Mau gak mau, kita harus minta izin dulu sama orang tuanya, semoga aja mereka denger dan izinin kita gantiin posisi mereka."
Adem banget hati gue dengar penuturan Geo. Gak nyangka jika dia bisa senekat ini, padahal kan dia juga belum punya anak dari istrinya, tapi udah berani angkat anak yang dia sendiri gak tahu kisah hidupnya.
Gue membalas dengan senyum kecil, menganggukan kepala sebagai respon atas ucapannya.
Geo mulai bersimpuh. Pertama-tama dia baca doa, dilanjut sama pembacaan yasin.
Beuh, lancar njir. Gue aja yang setiap hari mengaji gak bisa selancar itu. Geo sebenernya calon Dokter apa calon ustadz? Hebat bener sih menguasai banyak ilmu.
"Kedatangan kami kesini, karena kami ingin mengadopsi anak kalian. Tolong izinkan kami menjaga dia, menafkahinya, memberikannya kasih sayang dan menggantikan kalian sebagai orang tuanya, hanya dikehidupannya, bukan dihatinya."
Udahlah, gue bahagia banget kali ini. Geo bisa ya se-peduli itu sama orang lain, lantas kalau sama anak kandungnya gimana?
Mungkin lebih.
Lama menuturkan kalimat meminta izin, akhirnya usai saat Jia memanggil gue. "NA, AYOK. MOBILNYA UDAH ADA."
Gue melirik belakang, acungin jempol sambil menganggukan kepala. "IYA, INI JUGA UDAH." Setelahnya, Jia pergi dari area pemakaman.
Hari ini memang kepulangan anak KKN. Gak terasa banget udah satu bulan gue bertugas disini, kenalan sama warga yang ramahnya gak main, dan kenalan juga sama tenaga medis yang gak kalah ramah kayak para warga, walaupun cuma seminggu gue kenalan sama mereka.
"Yo, udah ya? Mobilnya udah datang." gue mengintrupsi seraya mengusap bahu Geo pelan.
"Hm." Geo mendongak, mengangguk kecil, lantas bangkit dan genggam tangan gue meninggalkan area pemakaman.
Sesampainya di samping mobil pick up yang dulu bawa rombongan, gue agak menolak naik kesana.
Kenapa? Jawabannya karena bayi ini. Tega banget kalau gue berangkat pakai mobil terbuka itu, kalau bayinya masuk angin, gimana?
"Na, kenapa? Ayok naik." Geo udah naik duluan, selesai bantuin angkat barang anak KKN yang lain, dia ulurin tangannya untuk membantu gue yang masih diem kayak orang bego di bawah.
"Ada angkutan lain gak selain mobil ini?" Tanya gue pelan.
"Emm, gak ada. Cuma ini. Kenapa?" Geo balik nanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]
Romance📌Follow dulu yuk sebelum baca, biar gak ketinggalan infonya😁 [ REVISI ] 15+ ⚠ TOXIC AREA ⚠ Geo Dwirantama. Entah hal apa yang membuat dia berani-beraninya melamar gue di lorong kampus pas orang-orang lagi lalu lalang. Dia cowok brengsek. Orangnya...