42. Misi Kedua🐥

22.5K 1.9K 150
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

"YO! KERTASNYA KETUMPAHAN!"

Geo bergeming. Dia menatap kertas skripsinya nanar. Seakan ada pancaran kesedihan yang mendalam.

Gue berhasil! Yes!

"Yo, kertasnya---"

"Gak apa-apa." Ini dia nyaut santai banget. Bahkan masih bisa-bisanya kasih senyuman manis untuk gue.

Gue mengambil napas panjang, please, masa gagal sih? Gue 'kan pengennya dia marah bukan bodoamatan kayak begini.

Ck, dodol ah ide Zenna!

"Gak apa-apa gimana? Flashdisk kamu udah nyemplung dan gak bisa di pakai lagi. Kertas penting kamu juga kena tumpahan Teh, tintanya jadi memudar, Yo. Aku hiks aku minta maaf lagi. Aku gak tau kenapa aku ceroboh di saat kamu lagi sibuk sama pekerjaan kamu. Maafin aku, Yo hiks."

Nah kan, drama gue makin beuh banget nih. Udah duduk di depan kaki Geo dan langsung bersimpuh, memegang kedua kakinya sambil merengek. "Maafin aku, Yo hiks, aku salah. Kamu boleh hukum aku." Suara gue tersendat, sesekali terisak keras juga.

"Ya ampun, Na. Kamu jangan gini. Bangun-bangun." Geo menarik tangan gue supaya berdiri, tapi gue meronta-ronta.

"GAK MAU! KAMU PASTI MARAH. MARAHIN AKU AJA, AKU NGAKU SALAH KOK. hiks hiks hiks." Kali ini gue nangis kejer, sampai menutup wajah dengan kedua tangan.

Detik berikutnya, tubuh gue tertegun karena merasakan dekapan hangat dari dia. Usapan di kepala belakang membuat gue membuka mata dan menjauhkan tangan dari wajah, menatap Geo dengan mata yang masih berair. "Yo," panggil gue serak.

"Gak apa-apa. Udah ya jangan nangis. Kertasnya bisa aku ketik lagi," bisik Geo.

Dalam dekapan dia gue menggeleng pelan, masih terisak dan menenggelamkan tubuh dalam tautannya. "Aku minta maaf, Yo. Aku salah hiks. Maaf banget. Nanti hiks aku ganti. Aku yang hiks akan ketikin file skripsi kamu."

Geo menaruh dagunya di atas kepala gue, sesekali mengecup mata gue yang setia mengeluarkan air mata palsu. "Udah aku maafin, kamu gak usah merasa bersalah, oke?"

Tubuh gue dilepas gitu aja dari dekapannya, dia menangkup wajah gue dan memandangnya lekat. Gue jelas tersipu, mencoba menghilangkan rasa gugup seraya mengerlingkan mata. Bibir masih sesenggukan, sampai hidung mampet gara-gara lendir yang bernama ingus.

"Tatap aku, Na," titah Geo yang gak di gubris sama gue.

Gue cuma menggeleng seraya menundukkan kepala.

"Na." Suara Geo melemah.

Apa dia lelah sama tingkah gue? Apa dia mau marah? Ah, kalau gitu gue nangis lagi aja.

"Huaaaaaaa, aku gak bisa, Yo. Aku gak bisa merasa gak bersalah. Aku salah, hiks, makanya aku gak enak." Gue teriak kayak balita yang lagi mode nangis kenceng.

Masa sih Geo gak marah sama gue yang merusak benda pentingnya? Ya kalau hape atau benda-bendanya yang masih bisa dibeli dalam keadaan baru, gue wajarin dia gak akan marah. Tapi ini skripsi lho! Mahkota bagi mahasiswa untuk mencapai gelarnya.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang