47. Bertemu Dia Lagi🐥

32.3K 2.4K 72
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

Di dalam ruangan Abel, gue masih setia tangisin dia. Genggam tangannya begitu lembut, sambil sesekali kasih kecupan di permukaan tangannya.

"Maafin Mama, sayang. Mama salah." Racauan penuh penyesalan udah beberapa kali terlontar dari bibir gue.

Tante Dinar udah pulang lima menit yang lalu, ada seseorang yang harus dia urus karena sedang mengalami sakit yang lumayan membuatnya butuh bantuan seseorang.

Dan orang itu ... adalah orang yang selalu gue cintai.

Geo. Dia demam sejak gue pergi ke Bandung. Bodohnya gue gak ngeh sama gejala dia ketika pulang kerja dulu, saat wajahnya kelihatan pucat parah.

"Kamu sakit karena Mama, Papa juga sakit karena Mama. Disini Mama nyesel, sayang, Mama bodoh banget karena mementingkan diri Mama sendiri. Harusnya Mama gak kayak gini, mungkin kalau Mama gak pergi, Abel gak akan berbaring di kasur ini. Abel gak akan ngerasain sakit sama alat-alat yang ada di tubuh Abel. Maafin Mama, Mama gak tahu harus kayak gimana supaya kamu mau bangun dan buka mata untuk tatap wajah Mama yang terakhir kalinya."

Dan gue menangis lagi, sampai membekap mulut supaya gak menimbulkan suara isakan yang bisa mengganggu tidur nyenyak Abel.

"Nghhh Mamaaaa."

Seketika gue tertegun, tangisan yang deras tadi tiba-tiba berhenti dalam sekejap. Mendengar Abel memanggil Mamanya, membuat hati gue berdesir hebat. Entah harus merasa senang atau sedih melihat Abel yang mau buka mata untuk Mamanya.

"Mamaaaaa, akkk." Abel ketawa, dia udah bangun, sekarang lagi merentangkan kedua tangannya ke arah gue.

Gue tersenyum manis, pegangin kedua tangannya dan mulai mengajak dia ngomong. "Nggak dulu ya, sayang. Kamu gak bisa Mama gendong, nanti sakit." Senyum manis gue berganti dengan senyum penuh kepedihan.

Entahlah, Ibu macam apa yang menelantarkan anaknya seperti ini?

Abel kalau udah besar dan tahu kesalahan gue yang ini, mungkin dia akan benci dan gak mau jadiin gue sebagai Mamanya.

"Pipi kamu agak kecil ya, Bel. Badan kamu juga sedikit kurus, penyakitnya nakal, lancang banget ambil daging kamu." Gue terkekeh, berusaha untuk senangin Abel sambil tutupin luka dihati yang semakin lama, maka semakin tergores lebih dalam.

Hasilnya, Abel ketawa, dan itu bikin hati gue lega.

"Rambut kamu jangan sampai hilang semua? Mama akan dukung kamu terus. Dan izinin Mama, habisin waktu kebersamaan terakhir dengan kamu malam ini. Besok Mama gak akan bisa lihat wajah kamu lagi, cubitin pipi kamu lagi, bercandain kamu sampai nangis." Tangan gue mengusap puncak kepala Abel perlahan, lalu tangan satunya mengusap perut Abel agar dia kembali tertidur. "Mama pasti rindu kamu, sayang."

Abel mulai tenang, dia memejamkan matanya dan kembali tertidur.

Wajah imut dia menjadi titik pandang sepenuhnya. Hati gue terus menjerit, meneriaki melalui batin kalau gue gak rela Abel pergi keluar negri. Mau sampai kapan dia tinggal di negeri orang? Menjadikan tujuan pergi kesana untuk mempertahankan hidupnya.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang