DUASATU : Tentang Dia

10 1 0
                                    


Selamat membacaa
Kasih vote dan comment

Kasih tahu kalau ada typo

[Felline Hara Caxton ]

Hari ini adalah malam minggu sekarang aku sedang bersiap-siap untuk pergi bersama arsen tentunya aku memandang diri ku di depan cermin aku menggerai rambut sebahu ku sebelumnya rambut ku panjang melwati bahu tapi beberapa hari yang lalu aku potong . Sweater rajut berwarna biru muda dan memakai rok pendek berwarna hitam polos sangat casual tak lupa juga aku memakai ham tangan daniel wellington yang melingkar di tangan kiriku lalu aku memakai sling bag berwarna hitam memasukan ponsel dan dompet ku .

Tentang tante giselle tetap sama seperti kemarin-kemarin tidak ada telfon tidak ada pesan . Aku merindukan tante giselle sekarang aku sudah siap untuk pergi tapi ketika aku melewati meja belajar ku aku melihat figura foto berkukuran sedang yang di sana ada foto ayah dan ibu aku berada di tengah mereka ayah memakai jas berwarna hitam aku memakai gaun putih yang sama dengan ibu aku mengambil figura foto itu dan mengusapnya .

"Felline merindukan kalian "

Aku merasakan mata ku yang memanas .

"Jangan menangis felline nanti arsen akan marah kalau tahu kamu nangis"

Aku menaruh figura foto itu ketempat semula lalu aku keluar dari kamar menuruni tangga lalu aku memakai flatshoes berwarna hitam lalu aku keluar tak lupa mengunci pintu .

Di depan pagar aku sudah melihat mobil hitam arsen sudah terparkir dan arsen sedang berdiri di depan mobilnya dia menunduk sambil memegang ponselnya dia tengah asik dengan ponselnya sampai tak sadar kalau aku sudah berada di dekatnya .

"Arsen !"

Aku menepuk bahu nya .

"Lama banget "
Ujarnya . Dengan nada dinginnya

"Kamu kaya gak biasa aja "

"Yaudah yuk "

Kata ku .

Lalu arsen membukakan pintu agar aku mudah untuk masuk .

"Terimakasih pacar "

"Hm"

Arsen pun menyusul juga masuk ke mobil .

"Kita mau kemana ? "

Kata ku ketika arsen mulai menjalankan mobil .

"Nanti juga kamu tahu "

Selalu seperti itu jawabannya . Mengesalkan .

Perjalananya agak lama karena kita keluar dari kota kami memasuki jalan yang di pinggriannya banyak rumput dan pohon cemara di kiri dan kanan

"Sebenarnya kita mau kemana sih ?"

Aku yang merasa ketakutan bertanya lagi asli sih ini nyeremin dan sepi banget .

"Nanti kamu bakal suka "
Jawab arsen .

"Suka apanya sen nyeremin gini ah "

Aku melipat tangan ku di dada .

Lalu kami sampai di depan rumah kayu yang besar di hiasi lampu-lampu berwarna kuning . Sepertinya cuma ada satu rumah di sini pasalnya sedari tadi aku tidak melihat rumah-rumah penduduk lain terus rumah ini mempunyai halaman yang luas dan tidak ada pagar .

Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang