SEPULUH : Dad and Mom

14 1 0
                                    

Selamat membacaa
Tinggalkan vote dan comment

[Arsen Juro Miller ]

Sinar matahari masuk di sela-sela jendela gue mengerjapkan mata dan membuka nya perlahan dan pemandangan yang gue liat pertama kali adalah wajah cantik dan tenang dari gadis yang gue cinta siapa lagi kalau bukan felline caxton .

Awalnya gue sempet kaget karena ini pertama kalinya gue tidur di kamar cewek gak sepantasnya gue tidur di kamar cewek . Ketika itu gue melihat felline yang masih pulas tidur gu menyibak selimut dan turun dari kasur gue mencari-cari ponsel mau bangunin felline gak enak takut ganggu dia ini adalah hari minggu hari yang di nantikan semua orang setelah lelah beraktivitas selama enam hari .

Gue melihat ke sekeliling dan mata gue tertuju pasa meja belajar felline gue melangkahkan kaki kearah meja belajar dan benar ponsel gue berada di meja . Ketika gue membuka ponsel banyak sekali notif dari ayah dia menelfon gue dua puluh lima kali dan mengirimi pesan sepuluh kali .
Walaupun ayah gue orang yang keras dan disiplin dan dia juga lagi marah sama gue tapi dia tetap bakal khawatirin gue yang gak pulang . Padahal gue udah SMA tapi ayah masih aja suka nyariin gue mungkin karena gue anak satu-satu nya .

Lantas gue langsung mengirimi ayah pesan kalau gue nginep di rumah teman semalam . Entah apa yang di lakukannya ketika gue pulang nanti gue gak peduli .

Dan ketika selesai gue kirim pesan ke ayah, tiba-tiba ibu nelfon gue . Gue ragu untuk ngangkat telfon dia tapi gue ngerasa berdosa kalau gini .

"Ada apa ? "
Gue gak pake sapaan ketika menganggkat telfonnya .

"Kamu kenapa gak pulang ? Ayah kamu cari "

Gue menghembuskan nafas kasar .

"Anda bukan siapa-siapa saya lagi lantas tidak usah peduli "

"Miller kau tidak bisa berkata seperti itu aku tetap ibu mu ! "

"Jangan panggil nama belakang saya ! Saya tidak suka "
Kata gue berteriak dan gue langsung memutuskan panggilan itu .

Nafas gue memburu .

"Sen "
Panggilan di belakang gue .

Gue menoleh ternyata felline sudah bangun .

"Fell aku harus pulang sekarang "

Felline mengerutkan keningnya .

Gue rasa dia bingung

"Hm ayah nelfon tadi "

Gue mendekat kearahnya dan duduk di ujung kasur .

"Aku harus pulang sekarang sayang dan makasih banyak udah mau dengar cerita aku dan ngobatin aku "
Kata gue sambil membenarkan surai-surai rambut felline yang berantakan karena baru bangun tidur jujur ini pertama kalinya juga gue ngeliat wajah bangun tidur felline .

"Sama-sama sen, semoga kamu cepet baikan sama ayah kamu "
Ujar felline sambil tersenyum .

Gue memeluk felline .

"Aku pulang, gak usah antar kedepan kamu mandi aja sama jangan lupa sarapan "

Lantas felline mengangguk lagi .

"Hati-hati sen nanti kalau udah sampe kasih tahu aku "

"Siap boss"

Setelahnya gue menuruni tangga rumah felline dan keluar lalu mengendarai motor gue melintasi jalanan Jakarta di pagi hari .

Sesampai di rumah gue masuk dan keadaan di dalam rumah sudah rapi tidak seperti tadi malam pas gue tinggal . Lantas gue melangkahkan kaki dengan santainya aura rumah ini sudah berbeda tidak ada kehangatan lagi seperti dulu sekarang sangat dingin dan sunyi di rumah gue tinggal ber empat ayah,gue dan tukang bersih-bersih rumah sama supir ayah .

Gue belum liat tanda-tanda ayah di rumah jadi nya gue memutuskan untuk kekamar tapi baru aja gue menjejakkan kaki di tangga ke dua ada suara bariton yang mengintrupsi langkah gue .

"Arsen !"

Gue menghembuskan nafas kasar dan bahu gue yang mulanya tegap turun seketika .

"Aku gak mau berdebat sama ayah"
Ucapku sambil menoleh kearahnya .

Ayah sangat tampan walaupun umurnya sudah menginjakkan angka empat puluh enam .

Lantas ayah mendekat kearah gue dan gue turun dari tangga .

"Kenapa kamu gak pulang ? "

"Tersarah saya pulang atau tidak bukan urusan anda"

"Arsen ! Jaga ucapan kamu ! "
Teriak ayah
Gue bisa ngeliat rahang ayah mengeras dan tangannya mengepal .

"Kenapa ? Anda mau mukul saya ?!"
Tantang gue .

"Arsen kamu benar-benar tidak tahu sopan santun apa saya harus mengembalikan kamu ke Sd lagi agar tahu cara ngomong sama orang tua ! "

"Saya nanya baik-baik ke kamu dan kamu malah melawan saya ! "
Lanjutnya .

"Terserah anda ! Dan dengar saya gak akan kaya gini kalau bukan anda duluan yang memulai ! "

Kata gue dengan nafas yang memburu .

Gue berbalik dan menaiki tangga .

"Jangan harap setelah ini kau bebas arsen ! "

"Saya gak peduli ! "
Gue berteriak tanpa menoleh kearah ayah .

Gue tetap melanjutkan langkah gue yang tertunda .

Di kamar gue membanting pintu dengan kencang dan gue langsung berbaring di atas kasur . Sesak gue merasakan sesak nafas lagi .

Dan gue berdiri berjalan kearah meja belajar dan mengambil sesuatu di laci gue yang bisa membantu pernapasan gue.

Setelah memakai inhaler gue bisa bernafas lagi tidak sesak seperti tadi

Gue sakit, tubuh gue sudah rusak padahal gue masih terlalu muda dan gue lemah .

Gue gak kaya orang-orang lain yang bisa bernafas dengan leluasa . Felline gak tahu tentang penyakit gue bahkan gue sendiri gak akan bilang kepadanya .

Lalu gue duduk mengatur pernapasan

Setelah gue merasa udah baikan gue memutuskan untuk membersihkan diri .

Lalu selesai mandi gue menelfon felline gue membutuhkannya felline adalah obat terbaik gue .

---

Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang