Di jalan Pelangi tidak henti-henti nya mengoceh kagum ke Langit berkat papa nya memberi izin."Lo ajaib Lang mungkin lo cowok pertama yang dibolehi papa pergi sama gue secara terang-terangan"
"Bahkan Dareen aja gak di bolehin"
"Lo guna-guna bokap gue yah?"
"Sinting" ujar Langit.
Pelangi sangat menikmati perjalanan mereka. Menghirup udara pagi yang sangat menyejukan.
Tok tok tok
Pelangi memukul helm Langit berkali-kali dan membuat pengendara menghentikan motornya "Ada apa?"
"Liat itu toko helm kan? Kaca helm lo bisa di ganti biar gak pecah lagi" ujarnya kemudian turun dan melenggang pergi ke toko itu.
Langit pun tersenyum dan mengikuti Langkah Pelangi ke Toko itu sambil menenteng helm nya.
"Pak bisa ganti kaca helm ini" pelangi berujar dan mengambil Helm ditangan Langit.
Penjual itu mencoba mengecek kaca helm nya dan menyerit "lebih baik beli yang baru aja dek, kaca helm ini bahkan lebih mahal" jelasnya.
Langit nampak tak suka namun pelangi berusaha menenangkan keadaan "Gapapa pak dia orang kaya" kekehnya.
Penjual itu hanya tersenyum "okeh tunggu dulu yah"
Pelangi pun mengangguk dan menarik tangan Langit untuk duduk menunggu kaca Helm nya di ganti.
"Kenapa lo peduli?"tanya Langit.
Pelangi menyeritkan alis nya "Soal apa?"
"Helm"
Pelangi hanya terkekeh "Kaya nya itu berharga banget bagi lo dan sory yah gue belum bisa bayar" ucapnya tersenyum tak enak.
"Lo selalu bilang gue orang kaya" canda Langit.
"Enak yah jadi orang kaya" Pelangi tertawa hambar.
"Awal nya gue juga ngira gitu tapi ternyata enggak"
"Hah maksud nya?"tanya Pelangi.
"Nih udah dek" ucap penjual itu datang.
Setelah memperbaiki helm Langit mereka berdiri di trotoar jalan yang ramai dilewati untuk membagikan sebuah brosur.
"Silakan Mbak" ucap Pelangi sambil tersenyum.
"Ini kak brosurnya" tanpa lelah pelangi terus berucap sambil membagikan sebuah brosur kue ibunya.
Dia menatap Langit yang tidak melakukan apapun hanya berdiri dibawah pohon sambil memegang brosurnya.
"Heh lo ngapain?"
"Emang gue harus ikuti gaya lo"tanya nya cuek.
"Iya tapi kalau lo berdiri aja mana ada orang yang mau menghampiri lo dan mengemis brosur itu" Pelangi berdecak pinggang.
Langit pun pasrah dan menghampiri orang-orang untuk membagikan brosurnya namun tidak ada yang mau menerima.
"Senyum" bisik Pelangi.
Dengan amat terpaksa Langit tersenyum. Pelangi yang melihatnya hanya terkekeh dan melanjutkan aktivitasnya.
Pelangi mengusap keringat di keningnya tanpa lelah dan tidak berhenti tersenyum. Langit yang melihat nya merasa sangat kagum dan tanpa sadar menarik sudut bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI7
Teen FictionMempunyai kenangan buruk, Ketika melihat Sahabat nya meninggal di hadapan dirinya membuat kehidupan Langit Ivander Arsenio menjadi kelabu. Rasa bersalah dan kekesalan kepada sang Ayah yang selalu melakukan apapun dengan uang membuat ia mengubur mimp...