Pelangi menarik tangan Langit hingga berhenti di taman belakang sekolah."Langit lo anak Ditektur kan berati lo bisa lakuin apa aja kan?"
"Jangan bertele-tele"
Pelangi menghembuskan napasnya "Ponsel gue disita pak Jordan padahal gue butuh banget tuh hp demi masa depan novel dan fans gue"
"Jadi lo tolong ambilin ponsel gue yah" Mohon Pelangi.
Langit memutar bola matanya malas "Lo buang waktu gue" ujar nya sinis.
"Plis Langit gue mohon kali ini aja bantu gue" ujarnya sambil menyatukan kedua tangan nya.
"Gue gak ada urusan lagi sama lo" kata Langit sinis lalu pergi.
Pelangi hanya melongo tak percaya apa benar itu Langit? Kok kaya orang asing sih.
Pelangi mengacak rambutnya frustrasi "Duh ponsel gimana? Papa? Mati gue" rutuknya.
Pelangi kesal langsung lari ke kantin dan duduk dengan kesal di sebelah Kyra dan Fany.
"Lo gila sinting miring Lang Duh gak nyangka gue"oceh Kyra.
"Lo kok ninggalin kita di depan kelas itu sih ngeri tau" ikut Fany.
Pelangi hanya menatap lesu kedua temanya dan menenggelamkan kepala nya di kedua tanganya.
"Huhhh ponsel gue mati nih gue" ucap Pelangi frustrasi.
"Heh lo kenapa gak minta tolong Dareen aja?" Tanya Fany.
"Fany!!!!!!!" Teriak Pelangi "Lo cerdas makasih sobat see you" ucapnya histeris.
Pelangi pun bergegas menuju ruang osis berharap Dareen ada di sana. Sesampainya di ruang osis ternyata Dareen tidak ada.
Pelangi nampak berpikir keras dimana Dareen berada yah.
"Oh iya perpus dia kan rajin" guman nya.
Pelangi berlari lagi kini baju nya telah penuh dengan keringat yang bercucuran karena tidak henti-hentinya berlarian kesana-kemari.
Matanya berbinar saat menemukan Dareen di ujung perpustakaan sedang membaca buku dan berkutat dengan rumus.
"Dareen" sapa Pelangi.
Dareen mendongak dan tersenyum "eh ngapain lo kesini katanya gak suka aroma perpus" kekeh Dareen.
Pelangi hanya terkekeh dan duduk di depan Dareen "Gini yah gue boleh minta tolong gak?"
"Apa sih yang enggak buat lo?" Canda nya.
"Alah lo bisa aja" kekeh Pelangi "Btw ponsel gue disita pak Jordan dan gue butuh bantuan lo buat ambil nya lo kan ketos nih mungkin aja bisa lagian pak Jordan kan suka banget sama lo" Jelasnya panjang lebar dengan Muka cemas.
"Aduh gimana yah Lang gue...."
Pelangi memotong ucapan Dareen "Plis Dareen cuma lo harapan gue, gue butuh ponsel itu buat nulis novel gue" Ujarnya lalu menyatukan kedua tanganya.
Dareen nampak berpikir sejenak "Yaudah tapi gue gak janji bisa yah"
"Gue percaya sama lo kok Ren" ujar Pelangi sambil tersenyum.
Dareen dan Pelangi pun bangkit untuk ke ruang guru menemui pak Jordan.
Sesampainya di sana mereka menghampiri meja pak Jordan dengan mulut Pelangi yang tidak henti-hentinya berdoa.
"Misi Pak" Dareen pun menyalami Pak Jordan di ikuti Pelangi.
Pelangi hanya tersenyum kikuk tak kala Pak Jordan meliriknya.
"Pak apa bisa untuk ponsel Pelangi diambil sekarang? Tenang aja kok Pak saya yang ngejamin" ujar Dareen sopan.
Pak Jordan menghembuskan napasnya "Kenapa kamu mau ngejamin dia?"
Dareen hanya tersenyum "Kasihan pak soalnya dia perlu untuk Nulis Novel nya dan saya yang Mastiin ini gak akan terulang"
"Iya nih pak..."
"Ssstt jangan bicara" ucap Pak Jordan.
Pelangi hanya memanyunkan bibirnya kesal untung guru kalau bukan huh entah apa yang terjadi.
"Begini Dareen kamu kan ketua osis dan siswa berprestasi di sekolah ini saya pikir kamu gak usah buang waktu untuk hal gak penting" ucap Pak Jordan spontan.
Pelangi merasa tersinggung kala dikatakan ini hal tidak penting. Dia hanya meremas rok nya kuat menahan emosi.
"Saya ngerti pak dan mewakili Pelangi minta maaf yang sebesar-besarnya" Dareen pun tak menyerah.
"Yasudah berhubung kamu yang ngejamin Dareen saya percaya dan kamu Pelangi jangan bikin ulah dan menyusahkan orang banyak" ucap Pak Jordan sambil memberikan Ponsel Pelangi.
"Kenapa semua orang mau Bantuin anak kayak kamu sih Pelangi, heran" sambungnya.
Pelangi tak lagi mendengarkan ucapan Pak Jordan kala mata nya sudah berbinar dan senyum nya mengembang.
"Makasih Pak" ujar nya senang.
"Terima kasih pak kita permisi" ujar Dareen kemudian menyalami Pak Jordan.
Pelangi? Jangan ditanya dia sudah lari keluar tanpa memperdulikan pak Jordan lagi.
Diluar ruang guru dia terus melompat-lompat seperti orang gila.
Dan menatap Dareen berbinar "Dareen lo sahabat terbaik gue! Pokoknya tengkyuh Pery much" sambil tersenyum.
"Lo berhutang sama gue yah ingat" kekeh Dareen.
"Tenang aja Ren nanti kalau novel gue di terbitkan dan gue terkenal lo bakal jadi orang pertama yang gue teraktir kalau sekarang sih belum punya duit"
"Elah santai aja sih nanti kalau gue perlu aja gue tagih" ucap Dareen sambil mengusap lembut puncak kepala Pelangi.
"Okehh deh lo yang terbaik!!"
"Gue deluan yah Lang biasa mau berteman ama nih buku" pamitnya.
"Sip semangat yah!!!"
Dareen tersenyum dan mengangguk kemudian melenggang pergi.
"Aaaaaaa Dareen kalau senyum manis juga yah kaya Le mineral" ucap Pelangi sambil ngawur.
Saat hendak pergi dia terkejut kala Langit ada di depan nya "Lebay" ucap Langit sinis.
Pelangi tak menghiraukan kemudian melenggang pergi tanpa menoleh ke Langit. Jujur dia masih kesal karena Langit tak mau membantu nya tadi.
Namun tangan nya di cekal oleh Langit "Lo deket sama Dareen?" Tanya Langit.
"Gue gak ada urusan sama lo" ujar nya meniru gaya bicara Langit tadi dan melepas cekalan tangan Langit.
Langit hanya tersenyum sinis saat mendengar kalimat tak asing lagi baginya "oh jadi lo marah karena itu? Dasar labil" ucap Langit lalu melenggang Pergi.
"Eh Nak Langit kenapa?" Tanya Pak Jordan.
"Bisa kembalikan ponsel Pelangi"ujar Langit tanpa basa-basi lagi.
"Kenapa....."
Langit memasukan tanganya ke saku "Siang ini Ayah saya mau kesini" ujarnya dengan santai.
Pak Jordan hanya menghela napas "Iya nanti bapak kembalikan"
Langit mengangguk dan melenggang pergi dengan santai sedangkan Pak Jordan hanya terduduk pasrah.
****
Wah ternyata Pelangi salah! Ini bukan berkat Dareen namun berkat Langit yang telah menemui Pak Jordan deluan!!!Hebat yah Langit wkwkwk:b
Vote dan komen yah kaleannn!!!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI7
Genç KurguMempunyai kenangan buruk, Ketika melihat Sahabat nya meninggal di hadapan dirinya membuat kehidupan Langit Ivander Arsenio menjadi kelabu. Rasa bersalah dan kekesalan kepada sang Ayah yang selalu melakukan apapun dengan uang membuat ia mengubur mimp...