"Mentari menghangatkan tanpa harus mengahanguskan"
Langit terus memantul-mantulkan bola basket ke tanah dibawah terik nya matahari tanpa rasa lelah.
Aciel dan Keenan sudah menyerah terduduk di bawah pohon tapi Langit masih setia menggiring bola basket itu dan memasukan nya ke ring.
Dari lantai 2 dan 3 gedung sekolah banyak sekali kaum hawa yang memperhatikan Langit dengan keringat bercucuran yang menambah kesan tampan pada diri nya.
Minuman dan snack juga sudah berjejer rapi di pinggir lapangan beserta nama pengirim nya.
Setelah lelah Langit pun menghampiri Aciel dan Keenan di bawah pohon pinggir lapangan.
"Capek juga akhirnya lo kita kira robot" celoteh Aciel.
"Itu Langit jagoanku cita-cita nya setinggi Langit" ucap Keenan yang menirukan kata-kata iklan di TV.
Langit hanya memutar bola matanya malas tak berminat berkomentar.
"Panas banget dosa lo bocor nan" ucap Langit spontan sambil mengibas-ngibaskan tanganya.
"Enak aja anak alim kaya gue mana ada dosa" elak Keenan.
"Alim konon sholat aja pakai beribu alasan lo" sanggah Aciel sambil terkekeh.
"Gue bakal rajin sholat kalau udah nemu calon makmum nya cel mana enak sholat sendirian" Keenan mulai ngawur.
"Alfatiha aja gak lancar" Ikut Langit.
"Langit mah ngomong pendek tapi nusuk tau sampe ke selubung hati" raut sedih muncul di muka Keenan.
Langit hanya tersenyum sedangkan Aciel tertawa kemenangan "Mampus lo" ujarnya bangga.
"Hai Langit, gue bawa minum nih" tegur salah satu cewek yang memakai seragam amat ketat.
Langit mendongak mendapati Rossa dan hanya memutar bola matanya malas "Gue gak haus" ucap Langit ketus.
"Sini kita haus banget nih aduhhh gatal tenggorokan" Aciel Langsung merebut minuman ditangan Rossa.
"Eh tapi itu buat Langit"
Langit bangkit dan mendekatkan wajahnya ke Rossa "Mending lo berhenti deh ganggu gue! Gue jijik tau gak" bisik Langit namun amat sinis.
Rossa hanya menunjukan raut kesal. Langit melihat penampilan Rossa "Lo anak orang kaya kan? Gak mampu beli seragam baru ini udah kecil!" Lalu melenggang pergi.
Aciel dan Keenan hanya mengangkat bahu acuh dan pura-pura tidak melihat dan asik mengobrol.
"Awas lo bakal jatuh ke pelukan gue Lang"
****
Pelangi memakai handset di telinganya sambil terus menulis di sebuah buku bersampul Rainbow itu dengan asik nya tanpa memperdulikan Pak Jordan yang sedang mengajar.
"Pelangi!" Panggil pak Jordan.
Namun gadis itu tak memperdulikan dan masih sibuk menulis.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI7
Fiksi RemajaMempunyai kenangan buruk, Ketika melihat Sahabat nya meninggal di hadapan dirinya membuat kehidupan Langit Ivander Arsenio menjadi kelabu. Rasa bersalah dan kekesalan kepada sang Ayah yang selalu melakukan apapun dengan uang membuat ia mengubur mimp...