Dua

27 4 2
                                    


Pelangi sangat malas menjalankan pelajaran hari ini. Karena merasa bosan ia pun izin ke toilet hanya karena ingin menghirup udara segar.

Di koridor Pelangi berjalan santai sampai ada suatu suara keras yang membuatnya terkejut.

Bruk

"Arghhhh sial"

Mata Pelangi menyipit mendapati orang yang menendang pot bunga dengan kasar. Dan pergi tanpa ada perasaan bersalah.

"Hei kok malah pergi? Gak mau tanggung jawab!" Teriak Pelangi sambil menyilangkan tangan di dada.

Orang itu pun menoleh dan mata Pelangi membulat saat tau bahwa itu adalah Langit.

Langit pun mendekat dengan santai ke arah Pelangi "Lo selalu ikut campur urusan gue!" Ujar Langit mendekati muka Pelangi.

"Sejak ketemu lo hidup gue makin sial" ujarnya lebih dekat.

Pelangi pun memundurkan langkah nya dan akhirnya berakhir di dinding kelas. Langit makin mendekat kan wajah nya dan menghalangi tubuh gadis itu dengan kedua tangan nya.

"Gu..e cuma.."

"Cuma apa? Cari mati?" Suara nya terasa sangat dekat sampai hembusan napas nya makin terasa.

Pelangi memejamkan mata nya dan membayangkan yang tidak-tidak.

"Aduhhhhhh!!! Siapa yang mecahi pot bunga ini hah!" Teriak Bu Maya salah satu guru Bk yang sangat tegas.

Langit memundurkan wajahnya dan melenggang pergi tanpa memperdulikan Pelangi yang masih diam mematung.

Pelangi memegangi jantung nya "huh sejak kapan gue sakit jantung" ujarnya.

"Hei Pelangi!" Teriak Bu Maya nyaring.

"Iya bu kenapa?"

Bu maya memukul-mukulkan mistar kayu itu ke tangan nya "Kamu masih nanya kenapa hah?"

Pelangi hanya menyerit bingung pasalnya ia tidak melakukan kesalahan apapun kali ini.

"Liat itu! Kenapa pot sebesar itu bisa pecah hah?" Tunjuk Bu maya.

Pelangi menoleh dan matanya membulat "Bu tapi itu anu dia yang..."

"Dia siapa hah kamu mau nuduh anak ayam?"

"Sekarang kamu bersihkan itu dan juga bersihkan taman belakang sekolah! Selalu saja kamu membuat ulah" ujar Bu Maya melenggang pergi.

"Tapi bu bukan...."

"Kerjakan pulang nanti saya periksa"

Pelangi hanya mampu mengentakan kaki nya kesal kalau tahu begini lebih baik dia ikut pelajaran Pak Lion yang tidak jelas.

Setelah beberapa menit membersihkan pot tanaman yang pecah pelangi pun bergegas ke taman belakang sekolah.

Dia hanya menatap lesu dedaunan yang berserak begitu banyak. Pasalnya disini sangat jarang sekali di bersihkan karena cukup jauh juga.

"Ini kali ketiga gue ketemu cowok itu dan selalu membawa nasib gue lebih buruk! Awas kalau sampai kali keempat ketemu awas!!" Oceh nya sambil menyapu halaman itu.

"Dasar sialan!" Umpatnya.

"Ngomong itu di depan" ujar Seorang yang terguling santai di bangku taman.

Sejak kapan kenapa pelangi tidak menyadari kalau dari tadi ada orang disana.

"Gak usah dengerin mungkin itu cuma makhluk halus" ujar Pelangi mengangkat bahunya acuh.

Lelaki itu bangkit dan menampakkan wajah tampan nya yang amat datar dan ternyata itu adalah Langit.

"Pelangi Grizelle Jovanka" dia berucap sambil membaca Nametag di baju pelangi.

"Nama lo Cantik tapi mulut lo sampah" ujar Langit sangat menusuk.

Pelangi geram melempar sapu nya asal "Hei lo Langit Ivander Arsenio Nama dan kelakuan lo jauh lebih buruk dari sampah!" Ucapnya spontan.

"Kenapa sih gue harus ketemu sama orang kaya lo? Yang cuma bikin hidup gue susah. Liat gara-gara lo gue dihukum!" Oceh Pelangi tak suka.

"Payah" ujar Langit santai dan hendak pergi.

"Hei kenapa Nama Lo harus Langit hah?? Langit gak seburuk lo coba sekali-kali lo liat ke atas dan betapa indah nya Langit diatas di banding lo" teriak Pelangi.

"Coba sekali-kali lo liat langit diatas hehe! Dia bahkan jauh lebih baik dari Langit disamping gue" ucap Pria itu sambil tertawa mengejek.

Langit yang hendak Pergi namun langkahnya tertahan akibat kata-kata Pelangi tadi yang membuatnya ingat akan sesuatu.

"Kenapa berhenti hah? Lo sadar?" Tanya Pelangi bersusah payah menyamai tinggi Langit yang amat jauh darinya.

Langit hanya mampu diam dan tidak menjawab seperti biasanya yang membuat Pelangi merasa bersalah dengan kata-katanya.

"Maaf gue gak..."

"Eh tunggu dulu" Pelangi merogoh saku baju nya dan mengambil sebuah plaster. Entahlah akhir-akhir ini Pelangi sering membawa Plaster.

Dia membuka nya dan menempelkan nya di dahi Langit yang nampak terluka sepertinya akibat perkelahian kemarin.

Pelangi sedikit berjinjit "Jangan payah kalau luka yah obatin jangan jadi sok kuat" kekeh Pelangi.

Langit hanya diam membeku melihat Pelangi biasanya amat galak kini terkekeh di depan nya.

Pelangi hendak pergi "Btw itu gak gratis yah lo berhutang sama gue" ujarnya santai kemudian pergi.

Langit hanya diam mematung dan memegang dahinya yang terpasang plaster.

'Bahkan bokap gue gak pernah perhatian ke gue kaya tadi' batin Langit.

Setelah menyelesaikan pekerjaan nya Pelangi berlari ke parkiran dan mengambil sepeda nya disana lalu hendak pulang.

"Yah kok bocor sih" ujar nya lesu melihat ban sepedanya.

"Mungkin kamu lelah yah"

"Hei" sapa Dareen.

Pelangi mendongak "Oh hai" kekehnya.

"Lo belum pulang?" Tanya Dareen.

"Biasa kerja bakti di sekolah" canda Pelangi.

Dareen hanya terkekeh mendengar nya "Sepeda lo kenapa lagi?" Tanya nya.

"Biasa dia butuh istirahat"

Dareen yang mengerti pun hanya mengangguk paham "Yaudah bareng gue aja" tawarnya.

"Sebenarnya sih mau cuma nanti ngerepotin"

"Gak kok malah gue seneng"

"Yaudah yuk" Dareen menarik tangan Pelangi ke arah Motornya.

Ternyata Langit memperhatikan mereka dari jauh "bahkan lo bisa tersenyum di depan sampah itu" ujar Langit kesal.

****

Gimana?? Nyambung kan alurnya? Kalau enggak sih nyambung-nyambungin aja wkwkwk

Jangan lupa Vote dan Komen yah!!!!

PELANGI7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang