Hari ini kelas Sebelas Ipa tiga dan kelas Sebelas Ipa empat sedang berada dilapangan mengikuti jam olahraga.
Kebetulan jam olahraga mereka bersamaan dengan guru pengajar yang berbeda. Materi hari ini adalah permainan basket.
Setelah mengajarkan beberapa materi dan mencontohkan teknik nya dua orang guru itu pun pergi meninggalkan murid-murid bermain basket dengan bebas.
Dengan lapangan yang cukup luas tidak membuat dua kelas kesusahan bahkan mereka bisa bergabung dan bermain bersama.
Bisa dibilang Pelangi payah dalam permainan ini menurutnya apa bagusnya bisa memasukan bola ke dalam ring buang tenaga saja.
Setelah beberapa kali mencoba Pelangi Kyra dan Fany memutuskan duduk di pinggir lapangan melihat kaum Adam yang bermain.
"Wahh tuh Aciel keren banget gue suka" ujar Fany sambil membuka mulutnya kagum.
Kyra yang awalnya malas kini menatap dengan mata berbinar saat melihat Keenan yang tak kalah keren dengan keringat bercucuran "Keenan juga Fan"
Pelangi pun ikut melirik lapangan "Dareen perfect yah udah ganteng pinter Ketos jago basket lagi Alena beruntung deh" ujar Pelangi.
Kyra dan Fany hanya mengangguk "Alena juga cantik dan kaya kali Lang" ujar Kyra.
Pelangi hanya mengangguk membenarkan "Beda banget sama Langit harusnya dia itu bersyukur bisa terlahir dari anak orang kaya eh malah buat onar terus" cibir Pelangi sambil melihat Langit yang memainkan bola nya dengan lincah.
"Kata nya dulu Langit juga pinter lo pas kelas sepuluh dia pernah menang lomba menggambar nasional" ucap Fany.
Pelangi membulatkan matanya "Kok gue gak tau?"
"Sejak kapan lo mau tau?" Tanya Kyra balik.
Pelangi hanya memanyunkan bibirnya "Huh kayak nya gue paling kudet tentang sekolah ini yah?"
"Ya iyalah kalau lo cuma sibuk ama tuh dunia khayalan lo aja" cibir Kyra.
"Tapi gue keren kan?" Tanya Pelangi sambil menaik turunkan alisnya.
Kyra menarik tangan Fany untuk bangkit "Bodo ah Lang"
Pelangi yang menampilkan muka cemberut terkejut kala ada yang menghantam kepalanya dengan keras.
Bugh
"Aw!" Ia pun meringis kesakitan saat bola basket itu menyentuh kepalanya.
"Eh lo gapapa Lang?"tanya Kyra.
Pelangi mengambil bola itu pun dan melihat ke lapangan siapa pelaku nya.
Dia pun mendekati semua murid cowok itu "Siapa yang ngelempar ini ke gue??" Teriaknya.
Mereka semua saling tatap dan tidak ada yang membuka suara "Gue tanya siapa!!!" Kali ini suaranya lebih nyaring.
Dengan tangan di saku celana Langit berbicara dengan santai "Gue" lalu mendekat ke arah Pelangi.
Tatapan Pelangi mulai geram melihat reaksi Langit yang sangat belagu "minta maaf" ujarnya sedikit lembut.
"Gak akan" ujar Langit lalu melenggang pergi meninggalkan Pelangi yang masih memegang bola basket tadi.
Bugh
Bola itu pun mendarat cukup kuat di punggung Langit. Pelangi hanya tersenyum sinis saat Langit menoleh dan menatapnya mematikan.
"Dasar gila!!!!" Teriak Langit sangat nyaring membuat Pelangi meringis.
"Susah yah buat lo minta maaf hah??? Kalau gitu gue bakal bersikap sama" ujar Pelangi menantang dengan tangan di dada.
Kyra dan Fany hanya diam tidak bergeming mereka tahu jika Pelangi sudah marah maka tak segan-segan hujan badai datang.
"Langit Ivander Arsenio!!! Lo tau sejak kecil gue diajarin buat bersikap baik sama orang baik dan sebaliknya"
Pelangi menunjuk muka Langit "Dan Lo gak pantes dapat perlakuan baik" ujar nya Lalu pergi di iringi Fany dan Kyra.
Langit mengepalkan tangan nya kesal karena sudah di permalukan di tengah lapangan seperti ini. Sebelumnya tidak ada yang berani menunjuk muka nya seperti tadi.
"Liat apa kalian semua bangsat!"
Semua orang yang awal nya diam memperhatikan seperti bermain Manhequen challange kini terkejut dan pura-pura menjalan kan aktivitasnya kembali.
"Heh Liat aja pembalasan gue!" Ujar Langit sinis sambil mengepalkan tanganya.
*****
Kini bel istirahat telah berbunyi nyaring di telinga seluruh siswa sehingga membuat mereka semua berakhir di kantin sekolah.
Pelangi Kyra dan Fany seperti biasanya menghabiskan waktu di kantin entah untuk makan bercanda ataupun bergosip.
Fany yang memakan kentang goreng nya pun terus menatap Pelangi dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tak terkecuali Kyra juga sambil tanganya yang mengambil kentang goreng milik Fany ikut menatap Pelangi.
Pelangi pun jengah "Duh kalian kenapa sih?" Tanya nya.
"Nanti lo bakal bilang apa sama Kepsek?" Tanya Fany.
Kyra pun mengangguk "Lo udah siapkan alasan yang tepat?"
Pelangi mengangkat alisnya bingung "Kalian apa-apaan sih? Kenapa Kepsek? Emang gue lakuin kesalahan besar?"
Kyra melempar Pelangi dengan kentang goreng nya "Eh nyet lo bahkan buat masalah yang lebih besar dari yang dibayangkan! Lo udah permalukan Langit"
"Putra dari Direktur Devan, mati lo" cibir Fany.
Pelangi hanya menghembuskan napasnya pasrah "Lebay! gue gak bunuh dia kali"
Kyra membulatkan matanya "Ini harga diri gels bahkan lebih penting dari nyawa bagi Langit"
Fany pun mendekat kan wajahnya "Nih yah bahkan Senior yang berani menghina Langit entah nasib nya bagaimana sekarang setelah di Drop out"
Pelangi mulai menyipitkan matanya "Semengerikan itu yah?"
Kyra dan Fany mengangguk bersamaan "Mending lo minta maaf deh jangan Nambahin urusan bokap lo deh Lang" ujar Fany.
"Iya seenggaknya lo minta maaf demi bokap lo lah kalau dia dipanggil kesini juga bakal repot dan ganggu pekerjaan nya kan?" Lanjut Kyra.
Pelangi nampak berpikir sejenak benar juga apa kata kedua teman nya ini. Bahkan masalah Laptop yang pecah sudah merepotkan Papa nya. Masa harus nambah masalah baru sih.
"Kamu mau sekolah atau mau jadi biang onar sih! Mau Ayah kita kena serangan jantung karena ulah kamu?"
Pelangi hanya bergidik ngeri mengingat ucapan Angkasa yang sangat berlebihan itu menurutnya.
"Iya deh nanti gue minta maaf" ujar Pelangi pasrah.
Kyra dan Fany tersenyum lalu mereka segera kembali ke kelas untuk kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
****
CUS!!! Jadi gimana nih seru gak??? Kalau ada yang ganjal Langsung Komen aja yah!!! Vote juga dungs:)
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI7
Novela JuvenilMempunyai kenangan buruk, Ketika melihat Sahabat nya meninggal di hadapan dirinya membuat kehidupan Langit Ivander Arsenio menjadi kelabu. Rasa bersalah dan kekesalan kepada sang Ayah yang selalu melakukan apapun dengan uang membuat ia mengubur mimp...