.
.
.
Uhuk uhuk
" yak Renjun!!"
Jaemin membuka matanya, seruan itu cukup keras hingga membuat beberapa orang menoleh heran, cowok ini melongok melalui kaca lebar di sampingnya, kelopak mata Jaemin semakin melebar, terlihat Renjun bersimpuh sembari terbatuk.
Tanpa berfikir panjang Jaemin buru-buru masuk ruangan seperti kesetanan, sepertinya dia lupa kalau di sana masih ada pelatih bahkan melemparinya dengan tatapan tajam.
" Hyung gwenchana?.. Hyungg.. jangan membuat aku khawatir" tanya Jaemin sementara Renjun berusaha menstabilkan dirinya.
Jaemin menepuk punggung Renjun menenangkan " tarik nafas lalu keluarkan perlahan" saran Jaemin.
Renjun mengikuti saran Jaemin namun batuknya kembali muncul, wajah Jaemin semakin cemas dan khawatir, ia menoleh di dapati si pelatih hanya menatap tanpa punya insiatif melakukan apapun, Jaemin geram tentu saja " ya!! Apa yang anda lakukan huh? Renjun Hyung kesakitan apa anda tidak melihatnya, kenapa anda hanya diam seperti ini, apa anda tidak punya hati nurani untuk membawanya kerumah sakit!" seru Jaemin panjang lebar, si pelatih buru-buru keluar mencari bantuan.
Yang lebih muda menggapai air mineral, menyerahkan pada Renjun " minum lah, perlahan" kata Jaemin, Renjun menggenggam tangan Jaemin erat, kepalanya menggeleng deru nafasnya semakin memburu. Jaemin hanya bisa menggigit bibir bawahnya kencang dia tidak tau harus bagaimana, apalagi si pelatih belum juga muncul.
Uhuk-uhukk
Jaemin memangdang hyungnya nanar, sesekali mengusap punggungnya menenangkan " tunggu sebentar hyung" kata Jaemin untuk kesekian kalinya, sementara Renjun masih terbatuk, intensitasnya cukup sering.
" Jaemin-ah" panggilnya pelan. Mata rusa Jaemin terbuka semakin lebar kala Renjun menatapnya sendu, jemari lentik Jaemin perlahan mengusap sudut bibir hyungnya, kenapa ada cairan merah disana.
Hanya beberapa detik karena Renjun kembali terbatuk, Jaemin semakin panic saat lantai di dekatnya berubah merah, tidak sampai disitu Renjun tiba-tiba ambruk di pangkuanya.
" hyung-hyung tunggu sebentar lagi ya" Jaemin merapikan sedikit anakan rambut yang mengenai matanya " Pelatih BURUAN!! Sialan" teriak Jaemin kalap.
Renjun tidak bereaksi, sesekali masih terbatuk memuntahkan cairan merah itu " jangan tersenyum bodoh" hyungnya malah ikutan ia omeli, bagaimana bisa Renjun tersenyum di saat seperti ini, bukankah menjengkelkan.
Jemari lentik Renjun mengusap wajah Jaemin perlahan, meninggalkan pola berwarna merah, cowok ini masih tersenyum, entah maksudnya apa, seperti ada hal yang ingin dia katakan namun urung karna rasa sakit. Dada Jaemin bergemuruh, dia tidak bisa melihat semua ini, ini terasa menyakitkan. Jemari Renjun mengusap sudut mata Jaemin, tatapan matanya seolah berkata kalau dia baik-baik saja, jadi Jaemin tidak perlu se khawatir itu, sayangnya Jaemin tidak bisa.
"Hyungg... bertahanlah sebentar lagi Jeball?" tepat saat itu air mata Jaemin menitik mengenai wajah Hyungnya, wajahnya semakin putih memucat. Tanganya refleks menghapus air mata itu, tidak seharusnya Jaemin menangis, Renjun butuh dukungan, kalau dia menangis Renjun akan semakin sedih pastinya.
.
.
" tu..wa...ga.. tu..wa...ga... tu...wa...ga..."
Entah sudah berapa lama Jaemin terpaku dengan kegiatanya, menggerakan seluruh tubuhnya secara bersamaan, tubuhnya sudah basah bermandikan keringat, namun, cowok ini masih melanjutkan kegiatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending scene (NCT DREAM)✅
FanfictionKini tidak ada Nct Dream, siapa mereka, mereka bukan siapa siapa lagi, bukan lagi 6 / 7 Remaja tampan yang siap menghibur NctZen, bukan lagi BB legendaris. Karna mereka itu hanya kisah masa lalu yang kias akan rasa sakit. Orang bilang " ada yang uda...