Postulat 9

2.8K 352 15
                                    

A Fanfiction
.
.
Ending Scene
.
.
Na_Ren
.
.
Enjoy
.
.
.

Music itu segalanya, baginya music itu seperti bulan, bumi tidak akan berotasi dan berevolusi tanpanya, begitu juga denganya, dia tidak akan bisa hidup tanpa music, padahal itu salah, dia tidak akan pernah hidup tanpa kedua orang tuanya.

Sayangnya sudah larut sekali, anggota sudah tidur, kalau dia bermain gitar di dorm bisa-bisa di gampar tetangga, tidak ada pilihan lain bukan.

Taeil memasuki lift, rooftop di dorm berada di lantai 18, seram, tentu saja! banyak desas dedus tidak mengenakan, ada yang bilang pernah melihat a/b/c/d. tapi pemuda kelahiran 94 ini tidak ada rasa takut.

Pemuda ini membuka pintunya perlahan, kebetulan sekali tidak terkunci, terpaan angin langsung membelai wajah, membuat rambut coklatnya berkibar-kibar acak, untung dia sudah menyiapkan semuanya, seperti jaket, kopi panas cemilai dan Gitar. Tapi kenapa suasananya seram sekali padahal langit tampak cerah, mungkin hanya perasaannya saja.

Taeil duduk bersilah di satu kursi, bersiap memetik senar gitar, dia juga membawa kertas hvs, siapa tau dia mendapat wejangan di malam hari.

Jreng

Suara gitarnya berpendar, terdengar kencang di antara sunyinya malam, Taeil bangga dengan perbuatanya.

Adrenalinya semakin meningkat, senyum kepuasan tampak jelas, dia berfikir kenapa dia baru punya ide pergi ke rooftop, kemana saja selama ini. Taeil kembali bersiap.

Tapi tidak jadi, hyung tertua di 127 ini mengerutkan dahi sembari memperlebar telinga, seperti ada suara lirih meringkih, entah ini berasal dari makhluk aneh atau karna tiupan angin malam, ada banyak suara di sekitarnya, tapi kenapa harus suara seperti ini.

Taeil tidak punya rasa takut, dia tidak takut saat bermain di rumah hantu, bukanya takut dia malah mengajak hantunya selfi berdua, dia bilang itu adalah karya seni.

Akhirnya Taeil meletakan gitar dari pangkuan, lagian di jaman modern seperti ini masa sih masih ada setan dan antek-antek, tapi dia tidak bohong kalau suaranya seram juga. Taeil melangkah pelan menuju sisi roftoop, hembusan angin semakin kencang menerpa wajah, suara itu semakin jelas masuk ke-gendang telinga, tuh kan, tuh kan tidak ada hantu yang ada hanya-

" Jisung, itu kamu"

Merasa namanya di panggil dia menoleh ke sumber suara, bukanya berhenti, tangisnya semakin menjadi-jadi.

Taeil buru-buru menghampirinya, berjongkok di sebelahnya, sementara Jisung kembali meringkuk di posisinya tadi " hey ada apa, cerita sama Hyung kenapa malah disini sendirian, menangis pula" tanyanya panjang lebar.

Si magnae mengusap wajahnya, menatap Taeil sekilas lalu mengalihkan pandangan ke tempat lain. Hyung tertua ini menangkup wajah si magnae dengan kedua telapak tangan, mengusap sudut matanya yang berair, Jisung melengos, dia tidak biasa menunjukan wajah sembab di depan orang asing.

" kamu bisa sakit, lebih baik kita pulang ya"

Taeil nyaris terjungkal kala tubuhnya di dekap erat. Jisung memeluknya erat sekali, dia menangis lagi, menumpahkan segala rasa sesak bersama air mata itu, dia tidak sanggup mengatakan betapa perihnya dia, betapa lelahnya dia saat ini, betapa kacaunya dream saat ini, Haechan benar pelukan Taeil itu sangat nyaman.

Taeil tidak bertanya lebih lanjut, dia dan Jisung tidak terlalu dekat, mungkin karna Taeil tidak bisa membuka percakapan atau Jisung yang membuat batas sehingga sulit di lewati, berada di pelukan Jisung seperti ini sudah memberinya sedikit clue, kalau dia bisa melewati batasan itu meski hanya sekali.

Ending scene (NCT DREAM)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang