Postulat_19

2.1K 299 10
                                    

A Fanfiction
.
.
Ending scane
.
.
Na_Ren
.
.
Enjoy
.
.
.
Kasih bintang kalau sukaლ(^o^ლ)
.
.

127 kembali berkutat bersama jadwal menyebalkan, menghabiskan banyak waktu di ruang latihan, menari ini itu, membuat seluruh tubuh pegal-pegal, belum lagi kegiatan di luar.

Seperti biasa Jisung harus pergi lebih awal, hari ini syuting acara dance, tapi sungguh! Jisung tidak ingin pergi ke acara itu, dia tidak ingin bertemu tiga kunyuk menyebalkan, sayangnya dia sudah terlanjur menandatangani kontrak itu, bagi SM membatalkan kontrak = haram. Sebenarnya malas ngurus ini itu sih belum lagi bayar biaya penalty, SM itu pelit jangan lupa.

" Jisung aku tunggu di luar" kata manager.

Si magnae hanya mengangguk tanpa menjawab.

" Jisung kau pergi sendiri tidak apa?" tanya Taeil " kalau kamu mau aku bisa menemanimu" ucapnya tulus.

Johnny merangkul Taeil yang proporsi tubuhnya lebih kecil " hyung hanya ingin menghindar dari latihan ini kan"

Taeil merotasikan Matanya " mana tega aku membiarkanya pergi sendiri"

Jisung terkekeh " tidak hyung, aku akan pergi sendiri"

Taeil memeluk Jisung sekilas " fighting" Jisung mengangguk " hyung aku pergi" pamit Jisung di sertai lambaian tangan kecil.

" nde.. hati-hati di jalan, sampai bertemu di dorm nanti malam"

Jisung berharap jalanan akan ramai, dia berharap akan macet supaya lebih lama sampai di tempat syuting, dia sangat berharap itu, dia tidak ingin bertemu mereka semua, dia hanya ingin bertemu—

Satu helaan nafas terdengar berat, Jeno sempat cerita kalau Jaemin datang ke rumah sakit, tapi Jisung tidur waktu itu. Jeno bilang Jaemin tidak tega membangunkannya, dia bahkan membelai wajahnya.

Entah lah, Jisung masih kesal, kenapa Jaemin tidak mau masuk 127 bersamanya, kenapa dia tidak penepati janjinya untuk tetap bersama Jisung, tapi memilih hobynya itu, kalau di fikir lagi Jisung memang terlalu bergantung padanya.

Mobil itu akhirnya sampai di tempat tujuan. Dunia menyebalkan bagi Jisung akhirnya datang juga.

-

" Lama sekali tidak muncul" sapanya ramah, membiarkan Jaemin duduk di tempat kesukaanya, sementara Hansol kembali berkutat pada pekerjaanya. " ku dengar Jeno masuk rumah sakit, sakit apa dia?" tanyanya lagi.

" ada insiden kecil di taman, tidak terlalu serius juga" jawabnya singkat.

Hansol manggut-manggut paham, pria ini menatap Jaemin sekilas hingga bibirnya membentuk lengkung indah, dia tidak ingin berspekulasi lebih tinggi, hanya dari wajahnya sudah menjelaskan semuanya, pasti ada kekacauan di dalam dirinya yang tidak bisa di luapkan, ada gejolak yang menyakitkan tapi di coba untuk tahan.

" kayaknya kamu banyak pikiran sampai gak menyadari hal penting?"

Hm?

Hansol berbisik pelan " ada Jisung dan teman-temanya"

Jaemin menoleh perlahan, sebisa mungkin supaya keberadaanya tidak mencurigakan, aneh ya dulu seperti ibu dan anak, sekarang malah kaya minyak dan air- tidak bisa menyatu.

Anehnya kenapa Jisung tampak lesu di antara tawa, seperti tidak menikmati perkumpulan itu, meski Jaemin tau Jisung tidak terlalu terbuka pada orang baru, seharusnya dia tidak menampilkan wajah cemberut seperti itu.

" kopi seperti biasa" Hansol meletakan gelas dan beberapa cookies " ada yang aneh?" tanya Hansol.

Jaemin tidak menjawab, keduanya menatap kumpulan itu, dulu Jaemin pernah berada di meja ramai seperti itu, dulu dia punya orang-orang yang bisa membuatnya tertawa, sekarang hanya Hansol teman minumnya, karna untuk Jaemin- Hansol masuk salah satu prioritasnya. Tapi kenapa Jisung tidak bisa menghargai apa yang dia miliki saat ini.

Hansol nyaris terpekik saat salah satu di antara mereka bangkit dari tempatnya duduk lalu mendang kursi milik Jisung, tidak perlu di tebak kalian pasti tau apa yang terjadi, yup anak itu terguling ke lantai.

Bersamaan itu Jaemin bangkit dari kursi, rupanya ada amarah di dalam dada, lagian siapa yang tidak marah kalau adiknya di perlakukan seperti itu.

" jangan ikut campur Jaemin, kamu sendiri yang bilang kalau kamu bukan siapa-siapa, kamu bisa merusak karirnya" Hansol mencoba meredakan amarah Jaemin.

" tapi itu keterlaluan" tunjuk Jaemin tidak terima.

Ele salah satu pegawai menuntun Jaemin supaya duduk, Jaemin menghela nafas kasar, pandanganya tampak awas melihat gerak-gerik Jisung dan teman-temanya, tapi lihatlah! Jisung bahkan tidak melawan, dia masih menunjukan senyum manis, sebenarnya ada apa dengan dia.

Suara tawa dari bangku itu benar-benar mengganggu, cowok kelahiran 00 ini menggigit bibir dalamnya, tanganya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih pucat, yang membuat Jaemin sakit dia harus melihat itu tapi tidak bisa melakukan apa-apa, dia merasa gagal menjadi hyung yang harus menjaga si magnae.

Dilain sisi Jisung menyadari keberadaan Jaemin, dia tau cowok itu selalu duduk di meja bar sendirian, dia masih ingat segala kostum yang pernah Jaemin kenakan, karna itu menjadi hal yang harus Jisung ingat, tapi sejatinya dia tidak ingin Jaemin melihatnya seperti ini, betapa menyedihkanya dia.

Cukup lama Jaemin menahan rasa kesal di dadanya, bangku itu sudah kosong sejak 2 menit. Jaemin rasa dia harus menemui Jisung.

" aku pergi hyung" pamit Jaemin buru-buru keluar café.

Pandanganya menyapu sekeliling, dia mengacak rambutnya kasar, Jisung berjalan sendirian persis anak yang kehilangan orang tuanya, tapi kenapa anak itu berjalan sendiri, kemana managernya, dimana teman-temanya tadi apa dia berencana pulang tanpa takut di ikuti sasaeng?

" Jisung-aa" panggil Jaemin lebih tepatnya teriak Jaemin.

Jisung menoleh tanpa ekspresi, tapi percayalah dia ingin berlari memeluk Jaemin saat itu juga, dia ingin menumpahkan segala macam rasa kesal di dada.

" aku tidak ingin bertemu Hyung, pergilah" usir Jisung lalu melanjutkan langkahnya.

" tapi aku ingin bertemu dengan mu, apa kamu tau seberapa rindunya aku?" tanya Jaemin

" aku tidak perduli, pergilah"

Jaemin menahan tangan Jisung " tapi aku perduli padamu"

Jisung terkekeh pelan sembari menepis lenganya " yak! Sejak kapan Hyung perduli, Hyung sudah berubah, bukan Hyung yang Jisung kenal, pergilah" Jisung kembali berjalan.

" Jisung--a... dengarkan Hyung" Jaemin berlari lalu memeluk Jisung dari belakang " aku tau kamu membenciku, kamu bebas membenciku tapi untuk sekarang ijinkan aku menjadi orang pertama yang mendengar keluh kesah mu"

" tidak ada" ucap Jisung serak, mati-matian menahan tangis yang sudah di puncak, beberapa kali memberontak supaya lepas dari kungkungan lengan Jaemin.

" dengarkan aku Jisung" teriak Jaemin tidak sabar. Lenganya semakin kuat memeluk si dongsaeng, dia hanya ingin memperbaiki apa yang sudah terjadi.

Jisung tidak berhenti memberontak dan mendang, dengan sisa tenaga yang di miliki, tapi dia sudah tidak punya itu.

Dia pasrah saat Jaemin membalikan tubuhnya. Jaemin membeku melihat Jisung berlinangan air mata.

" Jisung-a" gumam Jaemin tanpa sadar.

Jisung mengusap wajahnya " jangan sok jadi pahlawan Hyung, jangan selalu baik padahal kita tidak pernah memperlakukan hyung dengan baik, jangan pernah jadi pahlawan karna kita tidak akan pernah jadi pahlawan untuk Hyung, Hyung tau maksud Jisung kan, Jisung tidak ingin melihat wajah Jaemin Hyung untuk sementara waktu ini, jadi jangan pernah temui Jisung lagi" usirnya.

" Jisung-"

TBC.

Ending scene (NCT DREAM)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang