Postulat_20

2.2K 287 7
                                    

A Fanfiction
.
.
Postulat 20
.
.
Na_Ren
.
.
Selamat malam minggu🥰🥰🥰
.
.
Kangen ga?
.
.
Enjoy
.
.
Kasih bintang kalau sukaლ(^o^ლ)
.
.

Orang yang tidak suka alcohol lalu banyak minum sampai mabuk kepayang bukankah itu perlu di curigai, selera minum Jaemin itu aneh, dia bisa minum kopi sepahit kenyataan, tapi dia tidak bisa mentolelir pahitnya alcohol, walaupun tidak terlalu buruk tapi menghindar menjadi salah satu hal yang mesti dia lakukan. Cowok itu akan menghindar saat ada pertemuan salah satunya karna dia tidak suka minum.

Tapi sekarang.

Ckck. Decak Renjun saat memasuki apartemen Jaemin, tadi manager menghubungi kalau Jaemin butuh teman, akhirnya Renjun datang setelah menyelesaikan urusanya.

Tapi percuma juga dia datang, Jaemin tepar tidak sadarkan diri di ruang tengah, dia mabuk berat, bahkan tidak bangun saat Renjun menendang kakinya bertubi tubi, bukankah itu lebih baik, Renjun bisa menjelajahi dapur sesuka hati, dia juga bisa tidur enak di kamar Jaemin, biar Jaemin kedinginan di ruang tv.

Ha ha ha

Renjun terpana melihat isi lemari pendingin, entah karna Jaemin suka menyimpan makanan atau dia tidak pernah makan, isi kulkasnya penuh kotak makanan dingin, freezernya penuh daging, tidak lupa sayur mayur di bagian bawah.

Dan ada makanan dingin di atas meja.

Anak yang malang.

Renjun hanya menyeduh cup ramen kumplit telur dan sedikit keju, tidak enak juga meskipun itu rumah Jaemin, dia juga punya tata karma. Renjun duduk menikmati ramen ditemani lagu long slow distance milik 127, sesekali terdengar racauan aneh dari ruang tengah, Renjun tidak mengerti dengan kondisi seperti itu, maksudnya bagaimana orang akan berkata jujur jika dia mabuk, kenapa orang yang kehilangan kesadaran bisa mengatakan semua unek-uneknya padahal dia kehilangan kesadaran, bagaimana otak melakukan itu?

Renjun bukan anak biologi, lebih baik dia menyelesaikan makan dan lekas beranjak.

" Jaem" Renjun menepuk pipi Jaemin kuat, tapi tidak berpengaruh sama sekali, pilihanya hanya satu membiarkan Jaemin tidur di ruang tengah, Renjun mana kuat menggendong Jaemin ke kamar.

Yang penting Jaemin hangat dengan balutan selimut tebal.

Dan sekarang saatnya Renjun menguasai kamar Jaemin. HAHAHAHAHA

.

.

BRAKK

" bisa gak sih pencet bel dulu, ngagetin tau" protes pemuda bermarga Zong, dia meletakan ponselnya beralih mengambil gelas berisi wine, minuman ala orang kaya. Ditenggaknya isi didalamnya sampai tandas.

Wanita yang baru saja datang melipat tanganya di depan dada, raut wajahnya tampak mengerikan, seperti sedang marah tapi bagi Chenle itu hanya hiasan tak berarti.

" aku sudah memperingat kan mu, jangan melampaui batas, kamu dengar kan" wanita itu melempar Chenle dengan snack di atas meja.

Cowok itu terkekeh, selanjutnya dia melipat tangan di depan dada tanpa membersihkan remahan di bagian dada " aku" tunjuknya pada diri sendiri " aku melampaui batas, aku rasa aku tidak melakukan apa-apa"

si wanita membenarkan rambutnya seperti kehilangan katakat " jangan campuri urusan pribadi dia, tugas mu hanya untuk pekerjaan"

" bukanya butuh alasan?" Chenle menuangkan cairan ungu kedalam gelas, lalu menyesap sedikit " apa kamu tidak berfikir kalau rencana kita bisa berantakan jika aku hanya diam, penggemarnya akan curiga"

" karna itu ikuti perintah!!" Seru si Wanita.

Chenle melempar gelas ditanganya hingga pecah bertubi-tubi " apa kamu mau orang-orang membuat spekulasi menjijikan, tunggu saja sampai berita itu muncul. Zong Chenle penyanyi berbakat yang tidak bisa bernyanyi lagi"

" TUTUP MULUT MU" Teriaknya.

" aku tidak mencampuri urusan pribadinya, aku bilang semuanya butuh alasan, harusnya kamu ingat, kamu pernah bilang, kalau aku boleh melakukan semua hal yang aku sukai asal namanya tetap di nomor 1"

Ruangan itu berubah sunyi setelah kejadian panas beberapa saat lalu.

" kurasa sudah tidak ada hal yang perlu kita bahas lagi, pergi lah, aku juga tau batas" kata Chenle final.

-

Renjun mengeram kasar khas orang baru bangun tidur, ia mengucek kedua mata lalu menoleh ke samping, berharap Jaemin ada di sebelahnya, sayangnya tempat itu kosong, bantalnya rapi karna tidak di gunakan, Renjun melirik jam di atas nakas, masih pagi dan entah kenapa suasananya cukup sunyi.

Pemuda ini memutuskan untuk bangkit, berjalan lunglai menuju pintu lalu membukanya perlahan, wajahnya tertampar angin pagi yang menyejukan, pintu balkon terbuka lebar, membuat helaian gorden melayang-layang tertiup angin, benda-benda kecil pun ikut beterbangan.

Ruang tengah berubah kacau, rupanya ada yang lebih kacau. Renjun berjalan menghampiri balkon, berdiri diambang pintu sementara pandanganya menatap lurus punggung tegap yang bergerak seirama karna hembusan nafas.

" kamu udah bangun?" tanya Renjun pelan.

Jaemin menoleh tanpa ekspresi, refleks menggeser tubuh supaya Renjun ikut bergabung, tapi tidak ada niatan menjawab pertanyaan Renjun.

Renjun juga tidak keberatan meski Jaemin mengacuhkan pertanyaanya, cowok ini ikut menghela nafas lalu mengusap punggung Jaemin menguatkan " aku berharap rasa kalut mu akan menghilang bersama munculnya mentari pagi"

Jaemin kembali menundukan kepala, menghirup nafas dalam lalu menatap ke ufuk timur, langit terlihat lebih cerah, perlahan tapi pasti kecerahan itu berubah menjadi sinar elok keemasan, yah pagi resmi datang, tapi Jaemin tidak merasakan itu, rasa yang Renjun bilang tadi.

" sudah ku bilang temui dia" kata Renjun lebih tegas, selama ini dia sudah sabar melihat tingkah Jaemin dan Jisung, keduanya seperti anak kecil, tidak ada yang ingin mengalah, bikin Renjun emosi.

Jaemin menghirup nafas dalam " aku sudah melakukan semuanya, tapi dia tetap begitu, aku juga lelah, tapi aku tidak bisa memungkiri kalau aku ingin bertemu denganya, dia membenciku"

" karna itu beri dia alasan, kamu harus memberi tahu semuanya, Jisung hanya menghawatirkan mu, dia tidak ingin melihat mu kesusahan, dia hanya mencemaskan, bukan semata-mata dia ingin terus bersama mu, jadi bicaralah denganya, aku lelah melihat kalian berkelagi seperti ini"

Jaemin terkekeh " kenapa dia hanya menghawatirkan aku, lalu bagaimana dengan mu, bagaimana dengan Jeno, Chenle juga. aku melakukan itu juga bukan semata-mata karna Jeno sahabat ku, aku melakukan itu juga bukan karna dia sudah merawat dan menjaga ku, tidak Ren, aku menyukai pekerjaan ku yang sekarang dan aku tidak ingin membiar kan mu pergi ke CIna sendirian"

Yang lebih tua mengerutkan dahinya tipis" apa maksud mu"

Jaemin mejunduk "aku takut tidak bisa menjadi alasan mu tetap tinggal di korea, kamu kesulitan dan aku juga kesulitan, aku ingin membantu mu dan aku juga butuh bantuan mu, kamu juga bukan alasan yang sesungguhnya, alasanku karna aku menyukai pekerjaan ku yang sekarang"

" aku tidak akan pulang ke Cina Jaemin, karna- kalian itu rumah ku"

Grebb

Renjun membeku, sial! Kenapa Jaemin memeluknya.

" berjanjilah untuk tidak pergi apalagi menghilang, aku akan sedih kalau kamu lakukan itu" sela Jaemin di sela sela memeluk Renjun.

Renjun balas memeluk Jaemin, kadang- dia juga merasa dipermainkan, Jaemin memang baik kepada semuanya, tapi bagi Renjun konteksnya jauh dari pada itu, cowok yang berada di pelukanya pernah menjadi alasanya untuk tetap tinggal, dia orang yang selalu membuat Renjun kuat, karna sikapnya yang perhatian Renjun tidak pernah merasa se frustasi akhir-akhir ini, satu hal lagi Jaemin itu orang pertama yang mengajaknya bercerita, dia sangat berpengaruh bagi Renjun, sekarang dan di masa lalu mereka.

" terimakasih sudah menghawatirkan aku, tapi kamu harus tau kalau aku baik-baik saja"
.

.
.
.
.
T
B
C
21/11/20

Ending scene (NCT DREAM)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang