Postulat_14

2.3K 317 12
                                    

A Fanfiction
.
.
Ending Scene
.
.
Na_Ren
.
.
Temen2 boleh minta rekomendasi sad song gitu ga? Bebas apa aja, terimakasih.
.
.
Enjoy
.
.

Nct 127 sedang menyelesaikan syuting di sekitar sungai Han, syuting untuk NCT daily, sudah lama juga mereka tidak membuat konten bertema jalan-jalan atau bertema piknik di musim gugur, para pengembar pasti menantikan konten seperti itu dan akhirnya tema semacam itu dipilih.

Chenel Yt gabungan itu sudah mencapai jutaan pelanggan, mungkin karna pertimbangan itu juga perusahaan memutuskan membuat berbagai macam konten-konten menarik, tentunya konten yang bisa menaikan reting dan yang menarik banyak pelanggan lagi.

Syuting berjalan baik, sekalian refresing setelah sibuk berkutat dengan konser, waktu syuting., mereka gunakan sebaik-baiknya, seluruh kegiatan sudah berjalan separuh, ada jeda sebentar untuk istirahat.

Jeno menggunakan waktu jeda untuk bersepeda keliling sendirian, dia rasa tidak ada yang lebih mnyenangkan selain bersepeda bersama Jaemin, dia dan Jaemin itu satu frekuensi jadi apapun yang berhubungan dengan Jaemin terasa cocok untuknya, oleh karna itu Jeno merasa kesepian karna tidak ada Jaemin.

Jaemin itu pengertian bukan hanya padanya, dia perhatian pada semua orang tapi bagi Jeno itu jauh lebih besar maknanya, dulu saat Dream bercanda bersama dia tidak bisa menciptakan suasana lucu, akhirnya dia menjadi bahan olok-olok. Tapi Jaemin-

Dia selalu memberi respon berbeda, itu cukup membuat hatinya tenang dan Jaemin satu-satunya orang yang memuji lawakanya.

Sebulan sudah berlalu sejak pertemuan terakhir, setiap kali Jeno meminta bertemu ada saja alasan, mungkin Jaemin masih kesal karna tidak punya kesempatan bertemu Jisung, atau memang Jaemin yang perhatian, 127 senang sibuk akhir-akhir ini, mungkin Jaemin tidak ingin membuat Jeno semakin kelelahan.

Anak itu sudah sembuh, waktu itu hanya demam biasa bukan karna cororong.

Jeno memarkirkan sepedanya di dekat jembatan kecil, sebut saja area balap Dream, karna jembatan ini sering di gunakan untuk berlomba, dari kejauhan dia melihat ada orang berdiri di jembatan, pandanganya lurus entah kemana, kebetulan sekali.

Wajahnya terlihat cemas, tanganya meremas ponsel di tangan, beberapa kali juga membuat pose layaknya sedang berdoa, sedang apa dia sebenarnya.

Bunyi ponsel miliknya terdengar jelas sampai ke telinga Jeno, lihatlah betapa buru-burunya dia membuka ponselnya, sedetik kemudian.

Suara pekikan masuk ke indra pendengaran Jeno menggantikan suara lain.

Jeno terkekeh mendengar teriakan Renjun, super konyol, cowok itu tidak berubah sama sekali, masih savage seperti biasa, masih suka mukul juga, tanganya tuh ringan banget asli.

Dulu saat pertama kali melihat Renjun, Jeno merasa tidak ada cacat sedikitpun, dari luar Renjun terlihat sempurna dengan semua keahlian yang dimiliki, tapi bukankah tidak ada orang sempurna di dunia ini, sekarang kita sama-sama tau betapa bobroknya dia dengan suara nyaring, selalu menjadi legenda.

" huaaa" teriak Jeno tak kalah kencang. Membuat Renjun menoleh kaget.

Jeno tertawa " ada kabar bahagiakah hari ini?" tanyanya, jangan lupakan mata sipitnya, oh tuhan itu sangat menggemaskan

Renjun memeluk Jeno refleks " Jenoo— akhirnya aku debut" hanya dua detik setelah itu Renjun melepaskanya.

Jeno balas merangkul " selamat, aku ikut senang mendengar ini, bahagia sekali aku menjadi orang pertama yang tau berita hebat ini, yang lain harus tau juga, ini berita besar hyung" Jeno terkekeh diakhir ucapanya

" kebetulan sekali kamu disini, jangan bilang pada siapapun aku akan membuat kejutan"

Yang lebih muda satu bulan mengangguk, sesekali pandanganya menyapu seluruh area wajah Renjun, mencari sedikit perbedaan tapi tidak ada yang berubah, dia Renjun seperti biasa, Renjun tiny menggemaskan.

" undang aku si showcase pertama, kalau aku tidak sibuk aku akan datang"

" aku tidak debut menjadi penyanyi Jeno"

Hah

Renjun menyunggingkan senyum tipis " aku ikut komunitas lukis dari galeri xxy" jeda sebentar " sebenarnya Suho sonsangnim sudah mengetes suaraku, hanya saja belum ada pemberitahuan lagi"

Jeno menggeleng "apapun itu, aku akan mendukung mu, aku tidak perduli kamu debut menjadi apa dengan siapa, asal kamu menyukainya aku akan mendukung mu"

" benar kah" Renjun terdiam kala Jeno memeluknya sekilas. Tidak ada yang berubah dari sosok ini.

" hyung harus mengundang ku saat pameran lukisan nanti, aku akan mengajak Jaemin, Haechan dan semuanya, hyung harus melakukan yang terbaik"

Hawa kebahagiaan terlihat jelas diantara mereka berdua, seperti baru memenangkan undian ratusan juta, rasanya seperti mengulang saat mereka akan debut, kerja keras yang mereka lakukan bertahun-tahun akhirnya terbayar sudah.

Jeno senang akhirnya rasa percaya diri Renjun sudah muncul lagi, akhirnya Renjun si penerang dunia akan segera menyapa dunia dengan lukisan-lukisanya.

Keduanya memutuskan berjalan-jalan di sekitar sungai Han, tidak ada yang berubah sejak terakhir kali mereka datang, secuil demi cuil kenangan masa lalu kembali terputar di kepala masing-masing, menimbulkan kesan lucu ketika mengingatnya.

Ini hari yang cerah untuk bersantai, tidak ada yang perlu ditakutkan lagi, mereka tidak perlu menggunakan masker ataupun topi besar untuk menyamarkan diri, tidak ada sesaeng fans yang akan menguntit kemana mereka pergi, bahkan dispace (?) tidak akan segan lagi, ini sungguh kenikmat tiada tara.

" kamu sudah berbaikan? Aku tidak pernah bertemu Jaemin sejak itu" Renjun membuka suara.

Jeno menoleh, tanganya sibuk memegangi stang sepedanya "aku juga jarang bertemu, terakhir saat Jisung sakit, kita bertemu karna dia menitipkan roti, setiap kali aku mengajak keluar dia selalu menolak, mungkin dia sangat sibuk"

" dia tau kalau kamu juga sibuk, dia pasti ingin kamu banyak-banyak istirahat" Jeno terkekeh mendengar penuturan hyungnya "ah manager mu juga mengerikan" lanjut Renjun. Jeno semakin terkekeh.

"apa kamu tidak kesepian?" tanya Jeno hati-hati, sebenarnya ini pertanyaan sedikit sensitive bagi Renjun, Renjun sedang mencerna kata- kata itu, sejak pertama kali bertemu Renjun dia memberikan kesan manis yang ingin Jeno miliki juga.

" tidak, aku punya kalian soalnya" Jeno merasa puas atas jawaban itu, dia merangkul pundak Renjun rapat dengan tangan kiri, seperti sepasang kekasih sedang berkencan.

" ayo aku traktir sesuatu"

Bruak

Tubuh Renjun dan Jeno terjerembab lalu berguling bersamaan saat tak sengaja sesuatu yang keras mendorong keduanya dari belakang. Keduanya terdorong ke depan tak beraturan dan berhenti diatas rerumputan, begitu juga sepeda yang Jeno bawa tadi.

" Jeno gwencana" seru Renjun sembari bengkit dari tempatnya. Setengah berlari menghampiri Jeno, cowok itu masih rebah diatas rumput. Mata Renjun melebar saat menyadari ada cairan merah di kepala cowok itu.

Renjun membantu Jeno duduk, membiarkan cowok itu bersandar pada pundaknya "kepalaku rasanya mau pecah" ucapnya lemas.

" ayo pergi ke Rumah sakit, aku harus menghubungi Haechan"

Jeno memijat kepalanya yang terasa pening, sesekali mendesis pelan, Renjun masih berusaha menghubungi Haechan, sementara pandanganya menyapu area di sekitarnya, Renjun sempat melihat seseorang tadi, dia bermantel orange menyala, seharusnya dia masih berada di sekitar taman. Tapi tidak ada orang bermantel orange di sekitar mereka, kemana perginya orang itu?

" hyung!"

To be countinue.

Ending scene (NCT DREAM)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang