5

43K 8K 8.5K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Jika melihat ke masa lalu, mengagumi dalam keheningan adalah keahlian Abinaya
Maka kali ini ia ingin mencoba menyuarakan relung hatinya
Meski jika pada akhirnya akan seperti membaca novel yang sama berulang kali
Tapi Abinaya sadar, kini ia butuh seorang yang menemani setiap rintihan hatinya

Ia perlu berjuang...

–––––

BERSANTAI di tengah suasana meriah kantor pagi ini, Jeno dengan satu cup kopi Janji Jiwa pemberian Somi di tangannya berjalan menyusuri lorong di lantai tiga. Ia baru saja berdiskusi bersama kepala divisi penjualan di lantai lima.

Sebenarnya tidak ada keperluan hingga Jeno harus turun ke lantai tiga tempat Human Resource Departement berada. Ia hanya ingin menyaksikan secara langsung huru-hara penghuni lantai tiga yang terkenal gudang gosip kini tampak sangat sibuk berlalu lalang.

"Ini ngapain sih preman pasar ada disini?" Celetuk Lucas yang datang dari belakang Jeno dengan membawa setumpuk map.

"Gak ada sih. Mau liat aja keributan disini, siapa tahu dapet gosip." Jeno menatap Lucas santai sambil menyeruput kopinya menimbulkan suara yang sangat menjengkelkan di telinga Lucas.

"Gini ya Bapak. Minggu ini HRD lagi ruwet ngurusin recruitment. Hasrat bergunjing kita lagi mode off jadi silahkan kembali lain waktu." Lucas menunjuk pintu lift dengan dagunya membuat Jeno terkekeh.

Jeno mengikuti Lucas yang masuk ke ruangan dengan tulisan Human Resources of Development Recruitment di pintunya. Ia tidak benar-benar masuk sebenarnya, hanya berdiri di ambang pintu dan mengamati.

"Waaahhh... Pak Abi mau ngajak saya kencan? Tapi maaf aja nih sekarang saya lagi sibuk, kencannya besok lagi ya ganteng!" Celetuk Felix, salah satu tukang gosip kepercayaan HRD yang sedang sibuk memeriksa dan mencorat-coret kertas di mejanya.

"Bacot banget kuntet! Kayak si Rendi aja!" Sahut Lucas. Tidak seperti biasanya pria itu tampak sangat galak hari ini. Mungkin karena efek terlalu banyak pekerjaan membuatnya sangat sensitif.

Tiba-tiba dari belakang Jeno berdiri sosok familiar dengan tatapan tajamnya ke arah Lucas. Di tangan pria itu ada sebuah map berwarna kuning yang digulung. Pria itu menyingkirkan tubuh bongsor Jeno yang menghalangi jalan dengan kasar, sampai Jeno sedikit oleng.

"Apaan bawa-bawa nama sultan? Nyari mati?!"

Pria yang baru saja datang itu adalah Rendi, si sekertaris direktur yang galak. Rendi berjalan ke arah Lucas yang tampak panik dan memukulkan gulungan map di tangannya ke kepala Lucas, membuat empunya meringis.

"Sampein ke Pak Johnny dari Bos!" Rendi menjejalkan gulungan mapnya ke dada Lucas. Sedangkan orang-orang yang menyaksikan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Mereka ingin tertawa sebenarnya, termasuk Jeno yang menggigit kencang sedotan di mulutnya menahan untuk tidak tertawa.

Sekilas informasi, Lucas dan Rendi adalah mantan sepasang kekasih semasa kuliah. Belum diketahui alasan mereka putus dan selalu tidak akur setiap kali bertemu. Tapi tentunya hal itu cukup menjadi hiburan bagi para karyawan dengan tingkah konyol keduanya.

"Ini ngapain Bapak Manajer disini? Kerja, malah santai!" Sembur Rendi pada Jeno yang meloncat kaget terkena bentakan.

Jeno gelagapan, "O-Oke!"

Lain Jeno, lain juga Lucas. Pria bertubuh bongsor itu mencebik kala melihat Rendi sudah keluar dari ruangan. Sambil membuka berkas lamaran calon karyawan satu persatu Lucas berkata sedikit berteriak.

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang