30 (END)

43.1K 6K 6.7K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Apapun yang baru dilakukan seumur hidup akan terasa sangat mendebarkan
Dada bergemuruh tapi tak memungkiri rasa antusias lebih menguasai
Pengalaman pertama juga semoga yang terakhir

–––––

RUMAH megah keluarga Sanjaya yang biasa terasa menyeramkan dan penuh intimidasi kini berubah drastis di pandangan Jeno. Kali ini auranya terasa hangat sampai ia merasa begitu disambut hanya dengan melihatnya.

Hari ini adalah salah satu hari paling bersejarah di hidup Jeno. Berbekal dengan pakaian semi formal terbaik, juga dengan kedua orang tua serta adiknya yang kini ikut bertandang ke Jakarta untuk menemui keluarga pujaan hatinya.

Jeno begitu bahagia juga gugup. Perasaan campur aduk terus bergemuruh di hatinya. Entah itu antara terlalu antusias atau takut melakukan tindakan yang kurang tepat. Jeno dibuat tidak karuan, tapi hanya ia simpan di dalam hati.

Sesuai permintaan Pak Sigit tiga minggu lalu yang meminta Jeno untuk membawa kedua orang tuanya, maka hari ini Jeno benar-benar memenuhi permintaan Pak Sigit. Ia datang bersama keluarganya untuk berbicara lebih dekat dengan keluarga Sanjaya.

Sebut saja lamaran.

Jeno turun lebih dulu dari mobil yang membawa keluarganya dari Bandung dibantu oleh Mas Eka, orang yang menyewakan mobil sekaligus menjadi sopir dadakan di acara ini. Ia kemudian membukakan pintu untuk Emak dan Jauzan yang keluar selanjutnya.

Bapak turun paling akhir dari mobil dibantu oleh Jeno. Tidak lupa ia juga mengeluarkan tongkat yang dilipat agar Bapak bisa berjalan dengan lebih nyaman. Sedangkan di belakang ada Emak, Jauzan, dan Mas Eka yang mengeluarkan beberapa buah tangan untuk dihadiahkan.

Acara lamaran ini tidak digelar mewah dan cenderung tertutup. Hanya ada keluarga inti yang hadir, tidak neko-neko dan sangat sederhana. Semuanya atas dasar kesepakatan dari kedua belah pihak.

Bapak terdiam sejenak, menatap betapa megahnya kediaman Sanjaya tempat beliau kini berpijak. Sebelum menaiki tangga kecil menuju teras rumah, Bapak memejamkan mata dan bergumam kecil yang masih bisa didengar.

"Jika ini benar yang terbaik, semoga dilancarkan sampai akhir."

"Aamiin."

Jeno tersenyum mendengar ucapan Bapak. Ia sedikit menengadah yang langsung disambut oleh Pak Sigit dan Bu Yuna yang berjalan menghampiri. Selanjutnya disusul oleh tiga orang asisten rumah tangga yang membawa buah tangan dari keluarga Jeno untuk dibawa ke belakang.

"Selamat datang di Jakarta." Sapa Pak Sigit yang langsung menyalami Bapak.

"Terima kasih sudah bersedia untuk direpotkan." Balas Bapak.

"Ini kewajiban kami sebagai tuan rumah. Kita akan jadi keluarga, memang seharusnya saling merepotkan."

Bu Yuna yang sudah berbincang dengan Emak lebih dulu tersadar. Mereka tanpa sadar malah terus berbicara di teras rumah. Setelahnya beliau mempersilahkan agar keluarga dari Bandung itu untuk segera masuk ke dalam.

"Ayo langsung saja ke dalam, Pak, Bu."

"Terima kasih."

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang