6

38.3K 7.3K 4.5K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Jika biasanya guyonan tidak bermutu sangatlah menjengkelkan untuk didengar
Berbeda untuk kali ini
Guyonan murah terdengar semanis madu kala dia yang melontarkan

Lama-lama suara bersin saja bisa membuat candu

–––––

SEHARUSNYA sore ini Januar maupun Jeno pergi ke bandara untuk mengantar kepergian Jefri ke Belanda. Tapi usut punya usut, ternyata sang empunya sudah berangkat pukul sembilan pagi tadi, melenceng dengan apa yang diberitahukannya pada Januar. Bahkan Jefri beberapa saat lalu mengirimi sang adik foto selfie dirinya dengan latar belakang Bandara Internasional Schiphol Amsterdam. Itu berarti Jefri sudah berada di Belanda saat ini.

Di parkiran, Januar dengan segala gerutuannya membuat Jeno yang berdiri tak jauh darinya hanya bisa meringis. Dari beberapa menit lalu Januar terus mengeluarkan kata-kata sarkas sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Jeno mengerti, Januar pasti begitu kesal karena Jefri berangkat begitu saja tanpa memberitahunya.

"Memang gak ada duanya ya Jefri Sanjaya ini. Tiba-tiba pergi terus nanti tau-tau udah ada lagi di Jakarta kek kura-kura ninja."

Jeno tersenyum, ia melihat sisi lain dari Januar.

"Berarti kita gak jadi pergi ya."

"Iya..."

Januar memasukan ponselnya ke saku celana. Ia menghampiri Jeno yang sudah rapi dengan setelan hitam ala ninja. Jaket bomber, sarung tangan, masker dan helm yang sudah terpasang di kepalanya.

"Maaf ya gak jadi. Lagian biarin aja lah Bang Jefri terserah. Lain kali gak usah lagi kita peduli sama dia!" Lagi-lagi Januar menggerutu.

"Gapapa kok. Kalo gitu berarti saya langsung pulang aja." Jeno menunjuk motor Beat hitam yang sudah terparkir di sampingnya.

"Iya, pulang aja. Saya juga langsung pulang." Januar menunjukkan kunci mobilnya yang dibalas anggukan oleh Jeno.

Setelahnya Jeno dan Januar berpisah. Jeno yang menstarter motornya dan Januar yang berbelok menuju parkiran khusus tidak jauh dari sana. Sebenarnya Jeno tinggal pergi dari parkiran saat ini juga, tapi entah mengapa ia malah terdiam dan menunggu Januar keluar dengan mobilnya.

Hitung-hitung memanaskan mesin, pikir Jeno.

Tidak lama setelah itu benar saja Januar muncul dengan mengendarai Alphard putihnya. Jeno mencoba pura-pura tidak melihat, malu dia jika ketahuan menunggu Januar tanpa alasan.

TIN

TIN

TIN

Januar membunyikan klakson tiga kali lalu berhenti di samping Jeno sambil membuka kaca mobilnya. Ia sedikit menyembulkan kepala dan sedikit berteriak, takut Jeno tidak mendengar karena memakai helm.

"Mas! Hati-hati!"

Ucapan manis Januar yang tiba-tiba hampir saja membuat Jeno jatuh dari motor. Saat ia akan membalas, mobil Januar sudah lebih dulu melesat meninggalkan Jeno seorang diri.

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang